NovelToon NovelToon
Titan Core

Titan Core

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Mengubah Takdir / kelahiran kembali menjadi kuat / Dunia Lain / Kehidupan alternatif / Evolusi dan Mutasi
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dee Jhon

Seorang pemuda yang bekerja sebagai petarung bayaran untuk menjadi jawara bagi kliennya dan seorang gadis yang bekerja sebagai pembunuh bayaran yang keduanya sama sama tidak memiliki ingatan sebelum sma, menemukan ingatan mereka yang hilang, namun ingatan mereka adalah ingatan sebagai monster raksasa (kaiju) yang terbunuh oleh manusia setelah menolong mereka. Selain itu, mereka bisa menggunakan kemampuan kaiju di mimpi mereka dan bisa mengubah diri mereka menjadi kaiju.

Keduanya berniat mencari jati diri mereka yang sebenarnya karena tidak percaya ingatan mereka. Petunjuk mereka hanyalah alunan sebuah tembang yang pernah mereka dengar di masa lalu. Selagi mereka mencari masa lalu mereka, keanehan demi keanehan yang mengerikan muncul ke permukaan. Benarkah mereka adalah reinkarnasi dari monster raksasa atau ada hal lain di balik ingatan mereka ?

Mohon kritik dan sarannya ya, maaf kalau masih banyak kekurangan, kalau sekiranya suka mohon di beri like, terima kasih sudah membaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 4

Pagi pagi, “cklek,” terdengar suara pelatuk di tarik, Raido membuka matanya dan langsung berniat bangun, tapi dia tidak bisa bangun karena ada ujung pistol menempel di keningnya, dia melihat sekeliling ternyata beberapa orang gangster berada di dalam rumah sedang mengepung dirinya dan Reina sambil tersenyum bengis.

“Apa mau kalian ?” tanya Raido.

“Aku kenal kamu, bekerja samalah dengan kami, biasanya kamu kalau di bayar mahal mau kan mengerjakan apa saja, serahkan gadis itu dan kami akan bayar mahal,” ujar pria berwajah garang di depannya sambil tersenyum.

“Uhh...ada apa sih...hah...siapa kalian,” ujar Reina sambil memeluk lengan Raido.

Tapi Raido menarik lengannya dan melepaskan pelukan Reina, tentu saja Reina menjadi kaget dan tertegun,

“Raido ?” tanya Reina.

“Hahaha pilihan yang bagus, ayo ikut kami, akan kami beri pelajaran kamu karena sudah berani membunuh aniki (abang) kami dan pelajaran kami akan berlangsung lama karena kami ada dua puluh orang, bersiaplah, hahahaha...” ujar pria di depannya sambil meraih lengan Reina.

“Hei..lepas....jangan sentuh aku,” teriak Reina.

Dengan wajah kecewa, Reina menoleh melihat Raido yang menunduk dan diam saja, dia terus meronta ketika di tarik. Tapi, “tap,” tangan pria yang menarik Reina di tangkap oleh Raido,

“Hehehehe.....aktingku bagus ga ?” tanya Raido kepada Reina.

“Tidak lucu....” teriak Reina menjawab dengan wajah terlihat lega.

“Hei lepaskan ak....”

“Buaaak,” belum selesai pria itu berbicara, tinju Raido sudah mendarat di dagunya dan melontarkan pria itu ke atas. “Tembaaaak...bunuh aja dua duanya,” teriak seorang gangster. “Tratat...tratat...tratat,” semuanya menembakkan senapan mesin mereka, Raido memeluk Reina kemudian memejamkan mata, tapi dia tidak merasakan apapun, dia membuka mata dan melirik, ternyata ada sebuah pelindung berbentuk sisik monster berada di sekeliling dirinya dan Reina.

“Whoaaah...jadi yang semalam itu bukan mimpi ?” tanya Raido.

“Bukan, tau gitu dari tadi aja, ga usah minta bantuan kamu,” jawab Reina.

“Heheh aku baru lihat ekspresi wajahmu tadi,” balas Raido.

“Bodo amat, jangan bicara padaku sebelum minta maaf,” balas Reina.

“Ok ok maaf, lain kali aku ga gitu lagi,” ujar Raido.

“Ok...hajar ?” tanya Reina.

“Hajar,” jawab Raido.

Dalam sekejap seluruh orang di dalam terpental keluar dari dalam dengan keadaan tidak sadarkan diri atau pingsan. Keduanya merapihkan pakaian mereka dan berjalan keluar rumah untuk menuju ke sekolah, mereka berniat meminjam kamar mandi serta mengambil seragam sekolah mereka yang sengaja di taruh di loker sebagai cadangan di waktu darurat.

Ketika sudah sampai di area dekat sekolah, seluruh siswa dan siswi yang berjalan di sekitar mereka dan melihat keduanya merasa heran, alasannya karena keduanya memakai kaus oblong rumahan dengan lengan kaus yang robek sebelah dan celana super pendek, di tambah mereka tidak memakai alas kaki. Semua yang di lewati mereka langsung berbisik dengan sebelahnya,

“Oh tidak, kasihan Chikage-chan, pasti Gondo-kun memaksa dia tuh,” ujar seorang siswa.

“Iya, kasihan, Chikage-chan jadi seperti itu, memang keterlaluan Gondo-kun,” balas siswa di sebelahnya.

“Kok mau ya Chikage-chan, pasti dia di ancam nih, kita harus lapor kepada guru,” ujar seorang siswi.

“Hus...mau lapor apa, memangnya ada bukti, kita tidak tahu kan, tapi kemungkinan besar memang seperti itu,” balas siswi di sebelahnya.

Dan masih banyak lagi bisik bisik yang terdengar di telinga keduanya, namun keduanya santai saja dan melangkah masuk ke dalam gedung sekolah dengan percaya diri tanpa menggubris bisik bisik di sekitar mereka, ketika sampai di depan gedung sekolah,

“Apa apaan kalian, cepat ikut saya ke ruang staff,” tegur seorang guru olah raga pria yang mirip dengan gorilla.

“Baik, sensei (guru),” balas keduanya.

Dengan terpaksa, keduanya mengikuti sang guru berjalan masuk ke dalam, banyak mata yang melihat mereka dan berbisik bisik dari segala angkatan. Ketika sampai di dalam ruang staff, banyak guru yang melihat mereka menggelengkan kepala. Guru olah raga berwajah gorilla mengajak mereka masuk ke dalam ruangan, setelah di dalam dia mempersilahkan keduanya duduk dan meminta mereka mengatakan alasan kenapa berpenampilan seperti itu ke sekolah.

Keduanya menceritakan kalau apartemen Raido terbakar dan apartemen Reina kehilangan kuncinya, mereka tidak mengatakan yang sebenarnya karena berkaitan erat dengan pekerjaan mereka. Sang guru mengerti walau pada akhirnya tetap memarahi keduanya, setelah itu dia keluar dari ruangan dan mengambilkan seragam baru sebagai pengganti seragam yang hancur untuk keduanya lengkap dengan sepatu yang di pinjamkan pihak sekolah.

Dia meminta keduanya untuk segera berganti pakaian dan masuk ke dalam kelas. Keduanya menunduk mengucapkan terima kasih, kemudian mereka ke kamar mandi untuk mandi dan mengganti pakaian mereka dengan seragam sekolah cadangan mereka di loker sekaligus menaruh seragam baru mereka di dalam loker. Kemudian keduanya masuk ke kelas bersamaan dan membuat gosip baru di kelas.

Raido langsung duduk di paling belakang dekat jendela yang memang tempat khusus untuknya, sementara Reina duduk di paling depan dekat pintu masuk, tiga baris setelah Raido. Setelah Reina duduk di kursinya, beberapa siswi mendekati Reina dan langsung duduk mengelilinginya,

“Eh eh Reina-chan, kamu kenapa bisa bersama Gondo-kun ?” tanya seorang siswi.

Reina diam saja tidak menjawab karena memang dia tidak akrab dengan para siswi yang mengerubunginya itu.

“Kamu di peras sama dia ya, cerita saja sama kami, kami akan bantu meyakinkan sensei,” ujar siswi di depannya.

“Iya benar Reina-chan, jangan kalah sama preman kayak Gondo-kun,” tambah siswi sebelahnya.

“Aku tidak di peras kok, memangnya aneh ya kalau aku datang sama dia ?” tanya Reina.

“Aneh banget Reina-chan, kamu cewe paling populer di sekolah dan rangking satu, sedangkan dia cowo paling rese dan di takuti di sekolah ini, tidak masuk akal aja,” balas siswi yang duduk di depannya.

“Dia tidak seperti itu kok,” balas Reina.

“Gawat nih, Reina-chan benar benar tertipu sama dia,” ujar siswi yang berada di samping menoleh kepada siswi yang berada di depan.

“Iya nih, gimana nih, apa kita lapor sensei saja ?” tanya siswi yang berada di sebrangnya.

Akhirnya para siswi itu berdiskusi sendiri tanpa menyertakan Reina yang menjadi sasaran topik hangat diskusi mereka, akhirnya Reina berdiri dan tersenyum kepada para siswi itu, dia keluar dari tempat duduknya kemudian berjalan ke belakang, dia menarik kursi dan duduk di sebelah Raido.

“Kenapa kesini ?” tanya Raido.

“Di depan berisik, kenapa ? ga seneng,” jawab Reina.

“Ga, sana jauh jauh,” balas Raido.

“Ih dasar, biarkan aku di sini sementara,” balas Reina.

“Kamu ga risih apa di gosipin aneh aneh karena dekat denganku ?” tanya Raido.

“Ah biarin aja, yang penting aku tahu kamu yang sebenarnya seperti apa,” balas Reina.

Melihat Raido yang akrab dengan Reina, akhirnya beberapa siswa teman sekelas memberanikan diri mendekati keduanya, tapi ketika Raido melirik semuanya langsung mundur, Reina yang melihatnya menangkap kedua pipi Raido,

“Senyum dong,” kedua ibu jarinya melebarkan mulut Raido supaya tersenyum.

“Sendirinya tidak tersenyum jangan membuat orang lain tersenyum,” balas Raido sambil melepaskan kedua tangan Reina dari pipinya.

Karena keduanya terlihat akrab, para siswa dan siswi teman sekelas akhirnya mendiamkan mereka dan tidak berbisik bisik lagi, hanya saja mereka mengetik dengan cepat menggunakan smartphone mereka. Raido melirik sekilas keluar jendela, wajahnya langsung kaget karena melihat gadis kecil semalam sedang duduk di dahan pohon sambil menggoyangkan kakinya dan melambaikan tangan kepada dirinya dengan kepala miring tersenyum mengerikan.

Raido menoleh melihat keluar jendela dan memegang kedua tangan Reina yang memaksa supaya Raido tersenyum tapi ketika dia melihat secara tegas, gadis itu sudah menghilang dan tidak ada lagi di pohon. Reina yang melihat wajah Raido berubah langsung bertanya,

“Siapa ?” tanyanya sambil menoleh melihat keluar jendela.

“Tidak ada siapa siapa, mungkin aku hanya berhalusinasi mengenai hal semalam,” ujar Raido.

“Oh soal itu, yang jelas semalam bukan mimpi, sudah terbukti kan paginya, kita bisa melakukan hal yang semalam kita alami (maksudnya tidak mempan di tembak dan menghajar musuh),” ujar Reina.

“Iya sih, tapi yang semalam benar benar mengejutkan, aku tidak menyangka kamu dan aku ( adalah kaiju),” ujar Raido.

“Sudah ah, jangan di bahas, kan malu (banyak yang dengar, jangan di sini),” balas Reina sambil menutup mulut Raido dan tersipu malu memotong ucapan Raido.

“Iya, nanti aja di bahasnya di rumah (di luar sekolah),” ujar Raido sambil membuka tangan Reina yang menutup mulutnya.

“Ehem,”

Keduanya menoleh dan melihat seorang sensei wanita berkacamata sudah berdiri di depan mereka sambil melipat tangan di dada dan wajah yang garang.

“Eh....” ujar keduanya pasrah.

“Sampai lupa ya kelas sudah mulai, kalian terus bermesraan di belakang, Chikage kembali ke tempatmu, istirahat makan siang kalian berdua ke ruang staff bertemu denganku,” balas sensei wanita sambil membetulkan kacamatanya.

“Baik sensei,” balas keduanya sambil menunduk.

“Sekarang teruskan pelajaran, ayo semuanya menghadap depan, tidak ada yang di lihat di sini,” teriak sensei.

Seluruh teman sekelas yang melihat keduanya langsung melihat ke depan kembali mengikuti pelajaran. Raido melihat hampir seluruh teman sekelasnya berwajah merona merah dan terlihat sekali menahan rasa malu mereka, Reina langsung berdiri dan kembali ke tempat duduknya, dia juga heran kenapa teman di sekitarnya menunduk dengan wajah merona merah, akhirnya keduanya melihat ke depan mengikuti pelajaran. Sementara itu, seluruh teman sekelas melirik Raido dan Reina di tempat duduk masing masing,

“Mereka benar benar melakukannya semalam,” gumam seluruh teman sekelas dalam hati.

Mereka tidak ada yang memperhatikan pelajaran karena hanyut dalam halusinasi mereka masing masing setelah mendengar percakapan Raido dan Reina.

1
bysatrio
novel bagus., sayang sekali kalo tidak di lanjutkan
➳βC᭄☠Agatha☠❤️⃟Wᵃf ᴹᴿ᭄°
jangan lupa mampir kembali ya kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!