Jatuh cinta pandangan pertama bisa saja terjadi.
Dan katanya pacaran setelah menikah sangat indah.
Benarkah?
Simak yuk dan temukan jawabannya disini.
Seperti biasa cerita ini hanya fiktif, jangan dikaitkan dengan dunia nyata, oke!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
Ibra baru saja selesai melakukan kewajibannya. Dan ia pun teringat kalau mansion ini dilengkapi cctv. Bahkan hingga keluar atau lebih tepatnya gerbang.
Ibra keruangan kontrol cctv demi untuk mengecek atau melihat gadis itu.
Ibra melihat didepan gerbang, dan benar saja ada seorang gadis berhijab keluar dari mobil. Tapi sialnya, gadis itu membelakangi cctv. Sehingga wajahnya tidak kelihatan.
"Oh iya, kamera mobil juga ada, kan?" tanya Ibra pada dirinya sendiri.
Ibra keluar untuk mengecek kamera didalam mobil. Ibra pun membukanya. Berkali-kali Ibra menontonnya tapi tidak jelas, seperti diblur.
"Aneh, mengapa bisa begini?" gumam Ibra.
Ibra tidak tau kalau kamera di mobilnya sudah diotak-atik oleh Viora. Ibra pun menghela nafas kecewa.
"Bagaimana bisa? Tadi didepan dia membelakangi cctv, seolah dia tau kalau ditempat ini ada cctv-nya. Tapi apa maksudnya?" batin Ibra.
Ibra memang pintar dan cerdas, tapi soal bermain komputer atau lebih tepatnya hacker, Ibra memang kurang mengerti. Sementara Viora, gadis itu jenius multitalenta alias serba bisa.
Viora tidak menghapus rekaman tersebut, tapi hanya membuatnya tidak jelas. Nakal memang.
Ibra kembali masuk kedalam kamarnya. Ia menghempaskan tubuhnya diatas tempat tidur. Dengan kedua tangannya direntangkan keatas.
Tiba-tiba ponselnya berdering, Ibra melihat nomor asing tertera disana. Awalnya Ibra tidak menjawab, karena nomor asing jadi ia malas mengangkatnya.
Ting ... Satu pesan masuk dari nomor yang sama. Ibra segera membuka pesan tersebut.
'Kembalikan motorku, mobilmu sudah aku kembalikan'
Ibra langsung menelpon nomor tersebut, tapi sayangnya nomor tersebut bersifat pribadi. Jadi tidak bisa untuk dihubungi.
Ting ... Pesan masuk lagi. Ibra segera membaca pesan tersebut.
'Jangan coba-coba menghubungi aku, antarkan saja motorku ke alamat ini'
Ibra melihat alamat tersebut. Ternyata tidak jauh dari mall dan Ibra tau itu.
"Aku jadi penasaran, siapa sebenarnya gadis itu? mengapa dia tidak mau aku menghubunginya?" dalam hati Ibra bertanya-tanya.
Keesokan harinya ...
Ibra sudah bersiap-siap untuk mengantarkan motor tersebut. Ibra mengajak penjaga gerbang untuk membawa mobilnya. Sementara dia membawa motor.
Ibra tiba di alamat yang dituju, Ibra sedikit kebingungan karena alamat tersebut bukan alamat rumah, melainkan butik.
"Apa benar ini alamatnya?" gumam Ibra. Ibra melihat kembali alamat yang dikirim oleh Viora.
"Benar," gumam Ibra lagi. Sementara penjaga gerbang sudah kembali menggunakan taksi.
Tidak berapa lama datang sebuah mobil, kemudian berhenti didekat Ibra. Pintu mobil terbuka, keluarlah seorang gadis cantik. Kali ini memakai gamis warna oval dan hijab senada.
Ibra tertegun melihat gadis itu. Jantungnya mendadak berdebar dan berdetak lebih cepat. Ternyata gadis ia temui di pesta waktu itu adalah orang yang sama dengan pemilik motor yang ia larikan.
"Sudah lama tuan Ibrahim Yusuf?" tanya Viora.
"Iy-iya, ehh ti-tidak. Maksudku belum lama," jawab Ibra.
Seorang Ibra gugup berhadapan dengan cewek? Sepertinya mustahil, tapi itulah kenyataannya. Untuk cewek yang satu ini benar-benar membuatnya gugup.
"Terima kasih," ucap Viora sambil menangkup kan tangannya didada. Karena ia sudah mencari tau latarbelakang Ibra semalam.
Flashback...
Setelah selesai makan malam, Viora kembali ke kamarnya. Dengan iseng Viora membuka laptopnya dan mencari tau tentang Ibrahim Yusuf.
Viora cukup salut dengan kepintaran pria itu. Ilmu agamanya kuat. Dan satu lagi tidak pernah bersentuhan dengan wanita.
"Lumayan juga dia," gumam Viora sambil tersenyum. Kemudian ia menyudahi penyelidikannya.
Flashback end...
"Oya tuan, bagaimana kalau saya tuntut anda?" tanya Viora.
"Ehh, kok gitu?" tanya Ibra.
"Karena anda sudah membawa kabur motor saya," jawab Viora.
"Saya akan bayar, berapa? Sebutkan saja nominalnya," tanya Ibra.
Viora Tersenyum, hal itu membuat seorang Ibra semakin meleleh. Rasanya ingin sekali Ibra melamar gadis didepannya ini.
"Apakah dengan uang bisa menyelesaikan semuanya?" tanya Viora.
"Tidak, tapi sebagai permintaan maafku, dan aku mohon jangan dituntut," ucap Ibra.
"Baiklah, tapi aku tidak ingin uang," kata Viora. Kini omongan mereka berubah menjadi non formal.
"Lalu?" tanya Ibra.
"Aku hanya ingin menguji mu," jawab Viora.
Ibra bernafas lega, ia tau yang dihadapi nya bukan orang sembarangan.
"Tapi aku ada syarat, kamu harus belanja di butik ku," tawar Viora.
"Baiklah, aku akan beli pakaian disini," jawab Ibra.
"Yes ...." Ibra mengepal kan tangannya karena senang.
Ibra mengikuti Viora dari belakang. Ibra mengedarkan pandangannya saat masuk kedalam butik.
"Gamis ini sepertinya cocok untuk bunda," gumam Ibra.
"Pilih saja, kalau untuk pakaian cowok disebelah sana," tunjuk Viora.
Ibra menolak saat karyawan Viora hendak melayaninya. Tapi ia meminta Viora lah yang melayaninya.
Ibra memilih jas yang menarik dimatanya. Kemudian memilih gamis untuk bundanya.
"Sudah? Ini saja?" tanya Viora. Ibra mengangguk.
Kemudian Viora menghitung belanjaan Ibra, lalu Ibra menyerahkan kartu hitam miliknya. Setelah itu Ibra pun berpamitan. Karena ia harus ke kantor.
Sepanjang perjalanan Ibra tersenyum, "akhirnya aku menemukan nya juga. Ternyata dia sangat dekat, hanya aku saja yang tidak peka," batin Ibra.
"Ya Allah, kalau memang dia tercipta untukku, permudahkan lah," gumam Ibra.
Ibra tiba di perusahaan dengan wajah ceria. Sang asisten dan para karyawan merasa heran, karena tidak biasanya bos mereka seperti itu.
Saat Ibra menyadari kalau dirinya menjadi pusat perhatian, dengan cepat ia merubah mimik mukanya. Para karyawan pun tidak berani untuk sekedar menyapa.
Ibra masuk kedalam lift, dan disusul oleh Aaron. Kebetulan keduanya tadi bertemu di lobby.
"Tuan, sepertinya hari ini cuaca nya sangat cerah, tidak seperti kemarin-kemarin yang mendung," sindir Aaron.
"Bukannya kemarin juga cerah, ya?" tanya Ibra yang tidak mengerti sindiran sang asisten.
"Iya, aku lupa," jawab Aaron akhirnya.
Aaron tersenyum, tapi wajahnya dipalingkan kearah lain. Ibra tidak menyadari itu.
Keduanya tiba dilantai atas, tempat ruangan mereka berada. Ibra sengaja tidak memperkerjakan sekretaris. Asisten pribadi merangkap sekaligus sekretaris yaitu Aaron.
Aaron sangat cekatan dalam bekerja, meskipun terkadang ia juga kerepotan. Ibra duduk di kursi kebesarannya. Sebelum memulai pekerjaan, Ibra tidak lupa membaca doa agar dipermudah segala urusan.
Ibra pun memulai pekerjaannya, tapi kali ini pikirannya kurang fokus pada pekerjaan. Beberapa kali Ibra beristighfar, kemudian ia bangkit lalu masuk kedalam kamar mandi. Ibra berwudhu dan dan sholat sunah dua rakaat. Setelah itu baru ia kembali bekerja.
Begitulah kalau ia sedang dalam keadaan tidak tenang, atau banyak pikiran. Kali ini Ibra lebih fokus pada pekerjaannya.
Pintu ruangannya diketuk. Ibra menoleh kearah pintu lalu mempersilahkan masuk.
"Tuan muda, klien kita waktu itu ingin bertemu," lapor Aaron.
"Bukannya Minggu depan?" tanya Ibra.
"Benar tuan, tapi klien kita meminta hari ini saat jam makan siang," jawab Aaron.
"Batalkan!" perintah Ibra.
"Tapi tuan ...."
"Batalkan!" ulang Ibra.
Aaron pun keluar dari ruangan Ibra, meskipun ia tidak tau alasan tuannya untuk membatalkan pertemuannya, tapi tetap saja ia laksanakan.