Anak dibawah umur dilarang mampir🙅
Harap bijak dalam membaca👍
Slow update 🙏
Silahkan mampir juga ke novel pertama Cimai, klik profil Cimai yaaa😍
"Menikah Dengan Adik Sahabatku"
------
Belum ada dalam pikiran Dira untuk segera mengakhiri masa sendirinya, ia masih trauma pasca ditinggalkan oleh suami yang teramat ia cintai pergi untuk selamanya dan disusul satu-satunya superhero yang selalu berada disisinya, yaitu Ibu.
Meskipun pada kenyataannya sosok pria yang selama ini selalu memperlakukan Dira dengan lembut, ternyata diujung usianya menunjukkan sebuah kenyataan yang teramat pahit, sehingga menyisakan luka dan trauma yang teramat mendalam bagi Dira.
Dira masih tetap mencintainya.
Disisi lain, putra sulung dari pemilik Raymond Group mengalami kegagalannya dalam berumahtangga.
Setelah berhasil dari masa keterpurukannya dan memilih tinggal diluar negeri, akhirnya ia kembali ke tanah air dan menggantikan posisi ayahnya, Erick Raymond.
Awal pertemuan yang tidak sengaja anta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cimai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 28 : Tiga Hari Serasa Tiga Tahun
''Apakah ada kegiatan lain Tuan?'' tanya pak Iwan membuyarkan tatapan tuan Erick. Bahkan pria paruh baya itu tidak menyadari saat supirnya masuk ke dalam mobil.
''Kamu bikin saya kaget saja. Langsung ke rumah saja.'' ujar tuan Erick.
''Maaf Tuan, baik..'' jawab pak Iwan dengan membungkukkan kepalanya.
''Apakah pengurusnya ada ditempat?'' tanya tuan Erick.
''Ada Tuan.''
''Apa kamu mengenali semua yang menjadi pengurus disana?'' tanya tuan Erick lagi.
''Tidak Tuan, saya hanya mengenali bu Maryam saja.''
''Ohh..''
Tuan Erick menyandarkan kepalanya, mengingat sosok perempuan tadi. Sepertinya ia sedang tidak salah melihat. Sesaat kemudian tuan Erick menyunggingkan senyumnya karena mendapatkan ide.
Saat istrinya memberikan kabar bahwa istri Edgar kabur dari rumah, tuan Erick sedikit marah. Namun, berdasarkan rekam jejak Ghadira Mentari yang ia ketahui tidak pernah melakukan tindakan aneh-aneh, tuan Erick mencoba tenang. Pasti ada sesuatu yang membuat menantunya itu pergi tanpa izin, apalagi saat mengingat putranya benar-benar belum mau ketika dipaksa mencari pasangan oleh maminya.
''Baiklah Dira menantuku.. kamu bisa sembunyi dulu, setidaknya sampai malam ini saja. Besok malam kamu harus kembali kepada kami.'' batin tuan Erick tersenyum menang.
°
Tuan Erick sudah berada dirumah, berkumpul diruang keluarga bersama dengan istri dan juga putranya.
''Edgar..''
Edgar menoleh ke arah papinya.
''Apa yang sebenarnya terjadi? papi harap kau tidak akan menutup-nutupi lagi penyebab perginya Ghadira.'' ujarnya.
''Mentari!'' protes Edgar.
''Iya, Mentari..'' jelas tuan Erick.
''Tidak ada apa-apa.'' jawab Edgar malas.
''Tidak mungkin sesuatu terjadi tanpa penyebab!'' sahut mami.
Edgar menghela nafasnya dalam-dalam.
''Aku juga sedang berusaha mencarinya Mi, tolong beri waktu dan jangan buatku semakin pusing.''
''Kau ini!!'' geram mami.
Tuan Erick menyentuh tangan istrinya memberi kode agar tidak terpancing emosi.
Mami yang menyadari kode tersebut langsung terdiam menahan rasa kesalnya, meskipun bibirnya terlihat menggerutu kesal.
''Papi ingin besok kau mendatangi sebuah yayasan di daerah X, yayasan yang rutin kita support, disana banyak sekali anak-anak yang tersenyum dengan tulus. Kau bisa datang membawakan, eemmm.. sesuatu yang umumnya disukai sama anak-anak, misalkan makanan, buku cerita, pakaian, atau semuanya. Barangkali dengan kau hadir disana, kau akan menemukan ketenangan pada jiwamu dan tidak murung seperti itu.''
Edgar menyentuh pipinya sendiri, benarkah ia tampak murung.
''Nanti ku pikir, Pi..'' jawab Edgar.
''Aku akan istirahat dulu, selamat malam..''
Tuan Erick mengangguk dengan memberikan senyum tipis.
''Mami belum selesai, Edgar!''
''Ssttt! sudah Mi.. biarkan putra kita istirahat.'' cegah tuan Erick.
Mami melengos kesal menghadapi suami dan juga putranya itu.
''Bapak sama anak, sama aja!'' kesuh mami dengan menghentakkan kakinya di lantai dan langsung masuk ke dalam kamar.
Tuan Edgar masih terdiam ditempat. Membiarkan istri dan putranya menenangkan jiwanya masing-masing.
''Papi ingin kau sendiri yang membawanya kembali, Edgar!'' gumam tuan Erick.
Tiga hari serasa tiga tahun. Edgar bersandar di sofa yang biasanya digunakan Mentari untuk tidur dengan memejamkan kedua matanya.
''Huuhhh..''
''Apa aku benar-benar sudah jatuh cinta lagi?'' gumamnya.
''Tidak mungkin! tidak mungkin secepat itu. Ya, ya.. hanya status, no love.'' lanjutnya.
Setelah mempertimbangkan saran dari tuan Erick untuk mendatangi yayasan di daerah X, akhirnya Edgar menghubungi Jimmy untuk mengurus segala keperluan yang akan dibawanya esok.
''Ahh dasar bos memang kurang kerjaan! nggak bisa lebih malam lagi kah?'' gerutu Jimmy setelah menghasilkan beberapa kardus yang berisikan macam-macam.
''Waktunya kembali ke rumah dan beristirahat.'' imbuhnya setelah selesai menyelesaikan pembayaran.
''Tuan Jim-my..''
Seorang gadis hampir terjatuh saat berpapasan dengan Jimmy. Jimmy yang posisinya terdekat pun langsung reflek meraih punggung gadis itu agar tidak terjatuh.
''Kamu!'' pekik Jimmy. Saat tersadar ia pun langsung melepaskan tangannya yang menahan punggung gadis yang hampir terjatuh itu.
''Awwww!!'' rintih gadis itu mengusap pant4tnya yang kesakitan karena dilepaskan begitu saja oleh Jimmy.
''Tampan sih, tapi sayang..'' sindir Rita.
''APA?!'' seru Jimmy.
''NGGAK PEKA! KEJAM! AROGAN!'' seru Rita langsung berlari.
''Hey kamu! jangan kabur! sialan!'' umpat Jimmy.
Sementara Rita terus menerus merutuki dirinya sendiri yang selalu terpana dengan ketampanan setiap pria yang ia temui.
''Aaiisshh Ritaaaa sadaarrr!! tobat Rita, tobaaatttt!!!!'' Rita memukuli kepalanya sendiri. Ia kesal dengan hal memalukan yang kerap terjadi padanya ini.
°°
Kegiatan di gedung ini seperti biasanya, tampak lancar dan selalu sibuk.
''Tuan, jam berapa kita ke yayasan itu?'' tanya Jimmy.
''Tiga puluh menit lagi.'' jawab Edgar.
''Baik..''
Setelah tiga puluh menit, Edgar dan Jimmy langsung meluncur ke tempat tujuan dengan membawa seorang supir.
''Apakah anda benar-benar ingin mengunjungi tempat ini, Tuan?'' tanya Jimmy.
''Hmm..''
''Sepertinya tidak salah sesekali kita datang langsung.'' jawab Edgar.
Lokasinya yang ternyata tidak jauh sehingga mereka cepat sampai. Supir dan Jimmy menurunkan kardus-kardus itu dan security yayasan tersebut langsung sigap membantu lalu membawanya ke dalam.
Bu Maryam tergopoh-gopoh ke depan melihat keriuhan anak-anak.
''Banyak sekali.. kami sangat berterimakasih.'' ucap bu Maryam terus diulangi.
Edgar dan Jimmy sedikit membungkukkan badannya sebagai tanda respon.
Ketiganya sedang duduk di ruang tamu yayasan. Edgar bisa melihat tawa renyah dari anak-anak yang tampak bahagia berebut makanan ringan.
''Hey di jangan berebut ya..'' seru seseorang memberikan peringatan kepada anak-anak tersebut.
Tiba-tiba Edgar merasakan sesuatu, seperti tak asing dengan suara yang baru saja ia dengar. Bahkan obrolan dari bu Maryam yang sedang menjelaskan tentang yayasan ini pun tak masuk dikepalanya, untung saja masih aja Jimmy si pendengar setia.
Ditengah-tengah obrolan ketiganya, seseorang masuk membawa minuman, lalu mendekati mereka.
''Setelah ini jangan pergi dulu, Dira..'' ujar bu Maryam mengingatkan saat melihat Mentari semakin mendekat.
Mentari tersenyum kearah bu Maryam lalu kembali melanjutkan meletakkan gelas tanpa memperhatikan tamu yang datang di yayasan bu Maryam ini.
''Silahkan di mi-num.''
''Tu-Tuan.''
''Mentari..''
Gak berusaha ikhlas toh Edgar jga memperlakukan dia lembut ko, gak grasak-grusuk mementingkan napsunya sendiri,,,