Boleh dibaca selama puasa ya...
Orang bilang, berhubungan dengan pria atau wanita selain pasangan kita bisa membangkitkan lagi gairah seksual.
Dua tahun terasa hambar bagi hubungan Allasca dan Pingkan. Hingga, ide gila Pingkan membawa mereka ke sebuah villa dan melakukan pertukaran pasangan.
Open marriage, Allasca tak habis pikir dengan usulan ekstrem yang dicetuskan Istrinya. Meski menolak, Allasca dibuat tak berkutik setelah tahu jika partner pasangan terbukanya tidak lain dan tidak bukan adalah Viera; adik angkatnya.
ALLASCA RICK RAIN, pewaris tahta pertama Tuan Sky Rain. Menjadi CEO di usia muda bahkan terbilang sukses sedari masih belasan tahun usianya.
Perfect CEO, gelar yang disematkan padanya selama hampir satu dekade. Sayangnya, tak ada manusia yang sempurna, bukan?
Sebab di balik kesempurnaan yang dilihat orang-orang selama ini, ada cukup banyak permasalahan pelik yang tidak orang tahu.
Selain mengidap automysophobia, Allasca juga memiliki permasalahan less desire.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
APC 026
"Tanggal 12 bulan 12?" Kening, Nick mengernyit cukup dalam. "Bukannya tanggal 12 hari perayaan pesta pernikahan Akhkas?"
"Benar."
Allasca masih ingat benar kapan tepatnya acara pernikahan Akhkas digelar, Akhkas memang sengaja mencari tanggal cantik agar mudah dikenang.
"Berarti, tas itu tertinggal di hari yang sama saat aku menginap?"
Kalau benar demikian, itu berarti tas itu milik Pingkan? Tapi, seingat Allasca, Pingkan tidak menyukai tas selempang seperti itu.
"Boleh aku periksa tasnya?" Allasca menatap petugas Lost And Found yang hanya bisa mengeluarkan deretan gigi putihnya.
"Maafkan saya, Tuan. Kami tidak bisa memberikan tas itu kepada Anda jika Anda tidak memiliki bukti pemesanan resort di tanggal yang tertulis. Maafkan saya. Pihak kami hanya akan mengembalikan barang yang tertinggal pada pemilik aslinya."
Nick mencondongkan tubuhnya. "Di tanggal 12 bulan 12 dua tahun lalu, Boss saya yang menginap di kamar 208, dan mungkin, tas itu memang milik istri Boss saya," ujarnya.
Namun, pria itu tersenyum. "Semua orang bisa mengaku-ngaku. Tapi, kami hanya melakukan tugas sesuai SOP."
Ah, walau Allasca menyukai petugas yang amanah seperti Pria itu, tapi, Allasca benci dengan orang-orang yang berusaha mempersulit dirinya dalam segala hal.
Baiklah, cara ini licik tapi, Allasca yakin petugas tersebut akan luluh setelah tawaran uang yang dia ulurkan lewat ponsel berupa nominal di akun uang elektronik miliknya.
"Saya akan transfer sebesar ini jika kamu membiarkan ku memeriksa tas itu."
Petugas sempat ragu-ragu, tapi, dia yakin bahwa menolak rezeki bukan hal yang disarankan bagi pemilik gaji UMR sepertinya.
"Saya hanya akan memeriksa nama yang terukir di bawah tas itu. Setelahnya, aku pastikan aku akan membawa bukti pemesanan resort secepatnya."
Pada akhirnya, nominal uang yang Allasca tawarkan meruntuhkan tembok pendirian seorang petugas. Lagi pula, hanya diperiksa, tidak dibawanya. "Baiklah, tapi ingat, tas ini tidak untuk dibawa, Tuan."
Allasca meraih tas yang petugas ulurkan. Kemudian membalikkan benda tersebut demi melihat inisial yang tercetak di bawahnya.
VIQUSHE, tidak salah lagi, "ini tas yang aku beli di Italia untuk Viera," cetus Allasca yakin.
Nick mengernyit, dia pikir, tas ini justru milik Pingkan yang tertinggal. Lalu, tiba-tiba saja, Allasca menyebutkan nama Viera?
"Untuk apa tas Viera di sini?" tanya Nick.
Dia bingung jujur saja. Sementara, Allasca masih tampak berambisi untuk mengorek-ngorek informasi dari petugas.
"Boleh tahu siapa pemesan kamarnya? Karena saya juga yang singgah di kamar 208 di malam 12 bulan 12 itu."
"Pemesannya, Pingkan."
Yah, hanya informasi basic, petugas itu berpikir, sejauh ini dia tidak melanggar hukum perhotelan terkait data pengunjung. Ini hanya data yang tertulis di struk tas itu.
"Pemesannya Pingkan." Allasca bergumam kebingungan. "Kalau benar. Lalu, bagaimana bisa ada tas Viera di kamar kami?"
Ah, rasa penasaran Allasca semakin tinggi setelah mengetahui hal ini. "Aku mau cctv yang lengkap. Di tanggal 11, 12, dan 13. Kau tidak perlu cemas. Aku akan bayar mahal jika kamu bisa memberikan rekaman cctv-nya."
Allasca kemudian memberikan penawaran kedua demi kesepakatan kedua. "Kau boleh minta berapa pun setelah memberikan aku akses ke cctv di tanggal yang ku sebut tadi."
"Baik."
Tak pikir lama, petugas mengangguk mengiyakannya. Lagi pula, kalau hanya meminta diputarkan rekaman cctv di sudut-sudut resort, bahkan orang biasa pun akan diberikannya jika memang diperlukan.
Petugas sempat menelepon operator Cctv yang bertugas hari ini. Dan meminta rekaman di tanggal 11, 12, 13 bulan 12 dua tahun lalu, tapi jawabannya cukup mengecewakan.
"Maafkan kami, Pak. Kebetulan, Cctv di hari itu rusak sebagian, termasuk cctv yang mengarah ke kamar 208."
Allasca tak peduli dengan itu. "Kalau begitu, aku butuh DVR yang rusak. Aku akan perbaiki sendiri kerusakannya."
"Memang kau mau tahu tentang apa?" Nick menyela penasaran, hanya karena tas merah muda yang tertinggal, Allasca sampai harus mencari DVR cctv yang telah rusak.
"Aku harus tahu. Bagaimana caranya tas ini bisa sampai ke kamar 208," jawab Allasca.
"Mungkin memang terbawa Pingkan yang iseng dengan Viera. Bukankah semua orang ada di pulau ini saat Akhkas menikah?"
"Lalu kenapa DVR dari cctv yang mengarah ke kamar 208 harus rusak?" sela Allasca.
"Kau mencurigai sesuatu?" Nick terkekeh, dia bahkan tak menganggap tas merah muda itu hal yang serius. "Come on, it's just a bag!"
Allasca terkekeh. "Tidak sesederhana yang kamu pikirkan, Nick. It's not just about the bag!" (Ini bukan hanya soal tas!)
"Lalu???"
Allasca mendesah ke udara, dia harus beri paham Nick terlebih dahulu sebelum melanjutkan misi pencarian tahunya.
"Entah ini hanya perasaanku atau tidak, tapi, Pingkan masih mengeluarkan da-rah di malam setelah pernikahan kami. Sementara kau tahu, aku dan Pingkan sudah one night stand sebelum malam pengantin kami."
Nick paham, yang Allasca bicarakan. Tapi masih belum paham maksudnya. "Apa dalam ilmu medis, keluar da-rah dua kali atau mungkin lebih, tidak mungkin terjadi?"
"Yah," sela Allasca, "dokter bilang, bisa terjadi di beberapa wanita di dunia ini dan dia bilang aku tidak perlu mempermasalahkannya."
"Kalau begitu apa yang mau kamu sampaikan? Aku tidak paham." Otak mungil Nick masih begitu keras untuk mencerna apa yang ingin Allasca sampaikan padanya.
"Setelah melihat tas ini. Dan, mengingat desah Viera tempo hari, aku merasa ada yang aneh dengan diriku. Tapi, semoga kecurigaan ku akhir-akhir ini, tidak benar."
mo nunggu tamat ko gak tahan..
kangen ama Alaska ama neng Viera niih/Drool//Drool//Drool//Drool/