Rhaella Delyth adalah seorang gadis cantik dengan kepribadian dingin dan ekspresi wajah yang selalu datar. Meskipun berasal dari keluarga terpandang, kehidupan yang ia jalani jauh dari kata bahagia. Kehadirannya di dunia tidak pernah diharapkan, membuatnya tumbuh dengan hati yang keras dan kesulitan untuk mempercayai orang lain.
Sementara itu, Gabriel adalah seorang pemuda tampan dan berkarisma yang lahir di lingkungan keluarga kaya dan berpengaruh. Di balik pesonanya, ia memiliki sifat dingin, tak mudah didekati, serta sisi kejam yang tidak banyak diketahui orang.
Bagaimana kisah pertemuan mereka bermula? Ikuti perjalanan mereka dalam cerita ini, yang penuh dengan intrik dan adegan penuh ketegangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eireyynezkim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 34
Rhaella kini sedang berjalan seorang diri menuju toilet sebelum pergi ke kantin karena dia sudah tidak bisa menahannya lagi, saat sedang berjalan dia mendengar mereka sedang membicarakannya tapi Rhaella tidak mendengar jelas apa yang sedang mereka bicarakan, Rhaella tidak peduli akan hal itu selagi mereka tidak mengganggunya itu tidak jadi masalah baginya.
"Kayanya lo harus hati-hati deh kalau berurusan sama Rhaella" ucap Siwa A
"Iya ngeri banget gue liat dia tadi, baddas banget" ucap siswa B
"Iya langsung KO 4 preman kekar itu" sambung si A
"Gue yakin mira and the geng ngga bakal berani lagi sih ngegangguin Rhaella, apalagi bekingannya juga para inti Desmond" celetuk siswa C
"Gue mending ngga mau berurusan lah sama mereka cari aman" sambung si B
"Iya bener gue juga" sambung si A B C
Rhaella kini sudah berada dalam bilik toilet, saat dia akan keluar dia mendengar pembicaraan seseorang dari dalam bilik toilet.
"Rhaella sialan, dia bahkan bisa ngalahin preman-preman yang udah di bayar mahal sama Mira"
"Awas aja lo sialan, gue bakal abisin lo, dia tahu dari mana sih gue sering ke club itu" ucapnya kembali frustasi. Rhaella yang mendengar itu tersenyum miring dari dalam toilet.
Rhaella pun kemudian keluar dari bilik toilet tersebut melihat Daena yang sedang mencuci tangannya, dia pun berjalan mendekat ke arah wastafel di sebelahnya untuk mencuci tangan juga.
Daena yang menyadari kehadiran seseorang pun langsung mendongak melihat seseorang dari cermin didepannya yang sebelumnya dia menunduk, dia melihat ternyata itu adalah Rhaella, dia pun langsung menatap tajam Rhaella sedangkan Rhaella hanya memberikan senyum miringnya tapi matanya tidak melihat ke arah Daena.
"Gue tahu lo hebat tapi lo nggak ada apa-apanya kalau udah di hadapan ayah Rhaella" ucap Daena tersenyum sinis pada Rhaella.
"Lo tahu? Gue sebenernya hanya menunggu waktu yang tepat buat membasmi lo semua, apalagi lo sama nyokap lo itu, kalian berdua itu sama kaya parasit, sekali gue kasih tahu foto dan video lo yang di club gue yakin lo bakal di depak langsung dari kediaman Blaze" ucap tenang Rhaella dengan tersenyum miring melihat wajah Daena sudah mulai merah karen marah.
"Lo pasti nggak tahu kan kalau nyokap lo udah di usir sama ayah? Karena ketahuan selingkuh?" Tanya Rhaella pada Daena.
"Jangan sembarangan ngomong lo anjing, nyokap gue nggak pernah selingkuh, nyokap gue juga ngga di usir tapi lagi liburan" jawab Daena yang langsung di hadiahi tawa oleh Rhaella.
"Astagaa, lo emang bodoh yah, harusnya lo udah naruh curiga ke nyokap lo yang sering keluar rumah apalagi nyokap lo itu nggak kerja apa-apa, apa perlu gue kasih lihat foto sama videonya, oke wait gue kirim yah" ucap Rhaella, entah kenapa sekarang dia sangat suka melihat wajah panik Daena dan Alane, ini seperti sebuah kesenangan tersendiri untuknya.
"Gue udah kirim tuh, Lo bisa buka kapan aja lo mau lihat video panas nyokap lo sepuasnya" ucap Rhaella kemudian pergi dari toilet, tapi ternyata Daena yang kepalang geram ingin menjambak rambut Rhaella, tapi tidak semudah itu, Rhaella yang menyadari pergerakan Daena langsung memutar tubuhnya dan balik dia yang menjambak rambut Daena.
"Aakkhhh anjing lepasin tangan lo sialan" teriak Daena pada Rhaella yang menjambak rambutdengan dengan kencang.
"Gue suruh lo buat liat video nyokap lo, tapi tangan lo yang kotor ini berani banget mau nyentuh tubuh gue" jawab datar Rhaella pada Daena dengan tangan yang masih berada di kepala Daena.
"Lepas bangsat" ucap kembali Daena, dan Rhaella pun langsung melepaskannya dengan sedikit mendorongnya.
"Lo tahu, sekali gue kirim foto dan video lo ke media sosial gue yak..."
"Rhaella anjing itu bukan gue sialan"
"Oh yah, kalau itu bukan lo kenapa lo harus marah dan panik kaya gini? Kalau begitu lo nggak masalah dong kalau gue sebar foto sama video itu kan itu bukan lo" Daena sudah di buat geram dengan ucapan Rhaella, dia berniat ingin merebut handphone milik Rhaella, tapi tangannya terhenti akan kehadiran beberapa siswa perempuan yang ingin masuk ke toilet. Daena pun kemudian pergi daerah toilet dengan menatap tajam Rhaella, sedangkan Rhaella malah menatapnya datar.
"Awas aja lo"
Gabriel saat ini sedang dalam perjalanan, dia akan ke markas Desmond terlebih dahulu baru menuju sekolahnya, karena orang kepercayaannya memberi tahu bahwa James dan Jasper sudah berada di sana.
Kurang dari lima belas menit berkendara Gabriel memasuki gerbang markasnya, terlihat di sana ada beberapa motor-motor sport yang terparkir, Gabriel tahu itu adalah anggotanya yang sedang bolos.
Gabriel berjalan memasuki markas di sana terlihat ada satu anak kecil yang di kelilingi oleh anggotanya sepertinya sedang mengobrol. James yang melihat kedatangan Gabriel langsung berlari memeluk Gabriel.
"Kak Gabriel " ucap James yang sudah memeluk tubuh bagian bawah Gabriel karena tubuh James yang memang hanya sebatas pinggul Gabriel. Gabriel yang di peluk seperti itu tidak risih sedikitpun, dia hanya merasa sedikit aneh, dia seperti seorang ayah yang sedang di nanti kepulangannya oleh anaknya.
"Kak Gabriel terima kasih, aku senang banget ada disini, kakak-kakak itu semuanya baik seperti kak Gabriel dan kak Rhaella"
"Baguslah kalau kamu suka, dimana adikmu?" Tanya Gabriel.
"Dia sedang tidur kak" Gabriel pun mengangguk, kemudian mereka pun berjalan menuju sofa.
"El... Lo kalau mau James bisa kok tinggal di rumah gue aja, nyokap gue pasti seneng" ucap salah satu anggotanya. Gabriel kemudian melirik ke arah James yang menggelengkan kepalanya, kemudian kembali menatap anggotanya yang baru saja berbicara.
"Biar mereka tinggal di sini aja, kalian juga masih bisa sering ketemu sama mereka kalau kesini" ucap Gabriel kemudian dia angguki oleh yang lain.
"Gue minta kalian bersikap baik ke mereka dan jaga mereka"
"Siap bos"
"Dua hari lagi kamu sekolah, sekolahnya dekat dari sini, kamu bisa pake sepeda buat ke sana, kaka udah sediain sepeda buat kamu di luar"
"Yang bener kak?" Tanya James antusias
"Tapi aku nggak bisa bawa sepeda kak" ucapnya kembali dengan menggaruk kepalanya.
"Gampang itu mah, nanti biar Kaka aja yang ajarin" jawab salah satu anggota Desmond.
"Iya nanti kaka sama yang lain juga bakal ajarin kamu supaya cepet bisa bawa sepedanya" ucap yang lainnya dan dia angguki pula oleh anggota yang lain.
"Terima kasih kak Gabriel sudah beliin aku sepeda, makasih juga buat kakak-kakak semua udah mau terima aku sama adik aku disini" ucap tulus James pada mereka semua.
"Mulai sekarang kamu bagian dari kita" ucap Gabriel pada James dan di angguki anggotanya, James tersenyum bahagia mendengar penuturan Rhaella padanya. Para anggotanya tidak heran melihat ketuanya seperti itu, meskipun Gabriel terlihat sangat cuek dan dingin tapi dia begitu peka dengan keadaan di sekitarnya.
"Terima kasih kak" ucap tulus James pada Gabriel dan kembali memeluk tubuh James dari samping.
"Sekarang kamu istirahat, Kakak ingin pergi ke sekolah dulu" ucap Gabriel pada James.
" Iya kak, James masuk kamar. Daah kakak-kakak"
"Daah James" ucap yang lainnya. Kemudian James pun pergi ke menaiki tangga menuju lantai dua tempat kamarnya berada.
Drrt Ting
Sebuah notifikasi masuk di handphone Gabriel, dia pun mengambil handphonenya di saku celananya.
Dia mengkerutkan keningnya melihat Merrit mengiriminya sebuah video dengan pesan di bawahnya 'Gue tahu siapa pelakunya, gue sama yang lain udah cari tahu' Gabriel pun kemudian memutar video itu dia terkejut ternyata itu adalah video perkelahian antara Rhaella dan beberapa orang yang terlihat seperti preman tadi pagi.
Gabriel meremas ponselnya dan mengeraskan rahangnya, anggotanya yang melihat itu bergidik ngeri, kemudian Gabriel pun berdiri "gue ke sekolah jaga markas" tanpa mendengar jawaban dari anggotanya Gabriel langsung berjalan keluar markas dengan sedikit tergesa dan langsung memasuki mobilnya.
Gabriel sampai di sekolah tidak sampai 10 menit, dia langsung masuk ke dalam lingkungan sekolah, mereka semua menatap bingung kedatangannya pasalnya Gabriel datang tidak menggunakan seragam sekolah melainkan pakaian bebas dan yang membuat mereka bingung sekaligus takut adalah Gabriel datang dengan aura dinginnya yang pekat.
Mereka saat ini sedang jam istirahat jadi wajar saja jika banyak yang melihat kedatangan Gabriel, Gabriel pun langsung menuju kantin karena sebelumnya dia menghubungi Merrit bertanya dimana posisinya saat ini dan juga Rhaella, dia sudah bertanya siapa yang sudah berani ingin mencelakai Rhaella, dia akan memberikannya pelajaran jika memang itu di perlukan nanti.
Mereka semua di buat terkejut dengan kehadiran Gabriel di kantin, tak terkecuali Rhaella yang melihat Gabriel kini sedang berjalan menuju ke arahnya dengan aura dinginnya.
"El kenapa?" Tanya bingung Rhaella, namun Gabriel tidak menjawab.
Gabriel langsung menarik Rhaella dari duduknya dan melihat setiap inci tubuhnya untuk melihat apakah ada luka di wajah atau tubuhnya, tapi nihil dia tidak menemukan ada luka apapun.
"Kamu kenapa? Katanya tadi pulang baru jemput" tanya Rhaella yang memang kebingung melihat kehadiran Gabriel.
"Kenapa kamu nggak bilang kalau tadi kamu di serang sama preman Rha" ucap Gabriel dengan nada khawatirnya
"Aku nggak papa, aku bisa hadepin mereka makanya ngga aku kasih tahu kamu"
"Tapi gimana kalau kamu luka Rhaella, aku ngga mau itu terjadi lagi."
"Hey i'am okay" ucap Rhaella kemudian Gabriel langsung memeluk tubuh Rhaella.
"Aku ngga mau liat luka kamu lagi Rha, udah cukup dua kali aku lihat kamu luka saat itu" Rhaella diam tidak menjawab.
"Kamu denger sayang?" Tanya Gabriel pada Rhaella, Rhaella pun menganggukkan kepalanya, lalu Gabriel melepaskan pelukannya, kemudian mencium lama kening Rhaella di depan semua penghuni kantin. Rhaella terkejut bukan main, Gabriel sendiri seakan tidak peduli dengan keberadaan mereka disini.
"El ini di tempat umum, bikin malu aja" ucap kesal Rhaella pada Gabriel.
"Jadi maunya di tempat sepi? Ayo" jawab Gabriel dengan wajah datarnya.
Bugh
Rhaella memukul lengan Gabriel, namun tidak ada apa-apanya bagi Gabriel karena memang Rhaella tidak memukulnya kencang. Gabriel pun kemudian pun sadar ternyata banyak yang sedang melihat ke arah mereka berdua termasuk para sahabatnya, namun Gabriel tetap menampilkan wajah datarnya tidak peduli dan kembali memeluk tubuh Rhaella.
Penghuni kantin sudah di buat menganga dan gigit jari, melihat ke uwuan Gabriel pada Rhaella.
"Kyaaaa El romantis banget anjir"
"Copyan El ada nggak sih, pengen satu"
"Asli Rhaella beruntung banget"
"El tipe cowo bucin, gue yakin posesifnya bukan main" dan di angguki oleh mereka yang mendengar itu.
Mereka sekarang sepertinya sudah yakin bahwa Rhaella dan Gabriel memang benar-benar sudah berpacaran, terbukti dengan perlakuan Gabriel saat ini pada Rhaella.
"Itu anak emang bener-bener yah bikin kita semua iri mana pake acara cium kening segala lagi" ucap Rufus melihat sahabatnya sedang berpelukan lalu El yang mencium kening Rhaella.
"Lo peluk sama cium dia aja" ucap Calix menunjuk ke salah satu siswa yang sedikit kemayu. Rufus sudah bergidik ngeri membayangkan jika dirinya di peluk oleh kaum seperti itu.
"Iihh kok ngeri yah gue bayanginnya" ucap Rufus pada teman-temannya.
"Ya lo ngapain juga ngebayangin bego" celetuk Calix pada Rufus. Kemudian Rufus pun menoleh ke arah Hans lalu mengkode Calix karena melihat sahabatnya yang biasanya usil kini sedang diam senyum-senyum sendiri.
"Kenapa lo Hans, lo ngga kerasukan karena hantu penunggu di jalan tulip kan?" Tanya Rufus pada sahabatnya Hans yang terlihat seperti orang aneh.
Yah Hans sudah menceritakan kejadiannya tadi malam, tapi dia tidak bercerita tentang bertemu perempuan yang bersamanya tadi malam.
Karena tidak mendapatkan jawaban dari Hans, Rufus pun langsung menjitak kepala Hans dengan keras. Dia takut Hans benar-benar kerasukan setan tadi malam.
"Anjing" umpat Hans memegang dahinya yang di jitak oleh Rufus tiba-tiba.
"Sakit bego, Lo ngapain jitak kepala gue sih" ucap Hans mengelus dahinya karena jitakan Rufus tadi lumayan sakit.
"Gue kira lo kesurupan jun, makanya gue mau keluarin setan dalam tubuh lo ini" jawab Rufus jujur
"Setannya kan dia, mana bisa dikeluarin" Rufus dan Calix sudah terbahak mendengar celetukan Merrit tiba-tiba, lain halnya dengan Hans yang sudah melotot dan mengumpat kecil.
"Sekalinya ngomong mulut lo berasa kaya makan seblak level 50 ya ta, pedes banget anjir" ucap Hans pada Merrit, Merrit hanya terkekeh kecil mendengar ucapan sahabatnya dia tidak tersinggung sama sekali dengan celotehannya.
"Anjir ... Astagaa Merrit sekalinya ngomong emang suka bener ya Ruf" ucap Calix di sela tawanya. Sedangkan Hans sudah mengumpati ke dua temannya yang sedang menertawakannya.
"Seneng banget ya lo berdua kayanya kalau gue di nistain" ucap kesal Hans pada kedua sahabatnya.
"Ya gimana yah, ada benernya juga sih omongan Merrit, lo kan emang kaya setan" lanjutnya kemudian mengambil ancang-ancang untuk kabur takut di tendang lagi oleh Hans.
"Mau kemana Lo monyet" teriak Hans yang sudah berlari mengejar Rufus. Calix sudah kembali tertawa melihat tingkah sahabatnya sedangkan Merrit hanya menggelengkan kepalanya saja.
Gabriel kini sedang duduk bersama Rhaella di kantin, dia merasa bersalah pada kekasihnya karena sudah mengganggu acara makannya tadi.
/Sob/