windu pamungkas adalah seorang pria yang menanggung kutukan akibat kesalahan leluhur nya.
dalam perjalanannya dia ditemani kekasih nya ayu Kinasih, mengarungi dunia persilatan sekaligus menyempurnakan kekuatan empat unsur dalam tubuh nya...
mampukah windu pamungkas menghadapi tekanan, musuh yg belum diketahuinya ditambah sebuah organisasi misterius yang selalu membuat kekacauan di dunia persilatan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nopugho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sergapan di wanua kali gawe
"Kisanak! Aku sedang ada keperluan penting. Harap sudi memberi jalan...," ujar pemuda itu, ketika kudanya telah tenang kembali.
Klabang Geni mendengus dingin di balik topi capingnya.
"Kaukah Windu Pamungkas?" Tanya laki-laki bercaping itu dengan nada dingin.
"Kalau ya, kenapa, Dan kalau bukan, kenapa?" pemuda itu malah balik bertanya dengan nada enteng.
"Persetan dengan jawabanmu Aku yakin, kau pasti Windu Pamungkas!"
"Nah! Kalau itu maumu, ya sudah. Maaf, aku ada keperluan lain. Aku tidak bisa berlama-lama karena ada urusan yang amat penting!" jawab pemuda berbaju rompi kuning gading yang memang windu pamungkas.
"Urusan penting, Ha ha ha...! Apakah tentang mustika itu..."!"
Windu jadi terkejut. Hatinya agak heran juga, mengapa orang itu tahu kalau Windu membawa sesuatu. Matanya seketika memandang tajam ke arah penghadangnya. Lalu bibirnya tersenyum kecil.
"Agaknya mustika ini begitu berarti, karena banyak orang yang menginginkan nya?" gumam Windu, seperti untuk dirinya sendiri.
"Berikan padaku. Dan kau boleh melanjutkan perjalanan!" dengus orang bertopi caping itu lantang.
"Kisanak! Mustika yang kau inginkan, ada padaku. Dan tidak akan kuberikan pada siapa pun sampai ke tangan orang yang berhak. Jika kau memaksa, terserah!" sahut Windu, tenang.
"Ha ha ha....! murid pedang malaikat yang amat termashur! Jangan coba-coba menggertak si Klabang Geni, Kau boleh mampus di tanganku jika itu yang diinginkan!"
"Yeaaa...!"
Sring!
Mendadak Klabang Geni melempar topi capingnya, hingga melesat kencang ke arah Windu. Namun dengan gerakan cepat Windu melompat gesit dari punggung kudanya. Maka dia sempat menepuk pantat kudanya hingga meringkik keras, langsung berlari kencang. Dan dalam keadaan masih di udara, Windu menghantam caping yang melayang ke arahnya.
Bros! Kepalan tangan windu menembus topi caping itu yang dihantamnya. Lalu dengan pengerahan ilmu meringankan tubuhnya yang sangat sempurna. windu melesat cepat. Dan tahu-tahu dia telah duduk kembali di punggung kudanya yang belum berlari jauh.
"Kurang ajar...!"
Klabang Geni menggeram penuh amarah. Tubuhnya langsung berkelebat cepat, mengejar Windu yang masih berada dalam jarak jangkauannya. Sehingga Klabang Geni mencabut golok, menyerang Windu.
"Huh! Yeaaa...!"
Terpaksa windu melompat tinggi, langsung berputaran di udara menghindari serangan. Dan begitu kedua kakinya menjejak tanah, tubuhnya langsung berkelebat mengelilingi Klabang Geni dalam pengerahan jurus “langkah Malaikat”. Untuk sesaat, Klabang Geni dibuat terkejut, karena melihat seolah-olah windu jadi berjumlah banyak Setan.
Klabang Geni memaki Langsung dilepaskannya satu pukulan jarak jauh ke arah salah satu bayangan windu.
Glar!
"Hup! Hiyaaat...!"
Pukulan Klabang Geni hanya menghantam tempat kosong, sehingga membuat tanah yang terhantam berlubang. Dan bumi pun bergetar seperti dilanda gempa. Karena yang dihantam Klabang Geni hanyalah bayangan semu Windu Pamungkas. Dan tiba-tiba saja windu melenting ke udara, mempergunakan jurus “Naga Menyambar Langit”. Dan ketika tubuhnya meluruk turun, Windu merubah jurusnya menjadi “Pukulan amarah Naga”.
"Heh!"
Klabang Geni tersentak kaget ketika melihat perubahan jurus yang dilakukan pemuda itu. Untuk sesaat hatinya bergetar. Namun dengan menguatkan diri, dia menggeram. Langsung dipapaknya tangan Windu Pamungkas yang mengarah ke kepalanya.
Plak!
"Akh!"
Klabang Geni makin tersentak, ketika tangannya membentur tangan Windu yang telah berubah merah bagai bara, akibat pengerahan jurus “pukulan amarah Naga” yang disertai pengerahan tenaga dalam tinggi. Tubuhnya sampai terjajar beberapa langkah dengan tangan terasa panas bagai terbakar. Dan belum juga hilang keterkejutannya, Windu telah kembali berkelebat ke arahnya dengan pukulan mautnya. Begitu cepat gerakannya. Sehingga"
Plak!
"Aaa"!"
Klabang Geni hanya mampu menjerit tertahan begitu pukulan windu mendarat di kepalanya. Tubuhnya kontan terjungkal di tanah dengan kepala retak, setelah menggelepar sesaat, nyawanya lepas dari raga. Darah tampak terus mengucur menggenangi wajahnya.
windu berdiri tegak, mengawasi lawannya yang kini terbujur kaku Kemudian, dia melompat ke punggung kudanya dan berlalu dari tempat ini.
***
Malam ini terasa hening. Namun, di luar sana serangga seperti tak henti hentinya bernyanyi, mengiringi satu atau dua orang yang lalu lalang. Wanua Kali Gawe ini memang tidak begitu ramai. Paling-paling penduduknya hanya sekitar puluhan orang.
Sementara di dalam salah satu kamar di sebuah rumah pakuwon ini, seorang pemuda tampak tengah berbaring sambil menghela napas panjang Dipan yang ditidurinya berderak-derak. Dinding ruangan ini pun tidak begitu bagus, karena di sana sini terlihat bolong-bolong. Udara terasa pengap berhawa lembab. Namun hanya itulah satu-satunya yang bisa digunakan untuk melewati malam ini. karena sebenarnya penginapan desa ini memang sudah penuh. Untung saja tadi si Pemilik Rumah berbaik hati padanya.
Belum lama pemuda berbaju rompi kuning gading itu rebah, tiba-tiba tersentak bangun. Pendengaran nya seketika di pertajam. Dia memang mendengar jejak langkah yang amat ringan, mendekati ruangan dari arah luar. Langsung tubuhnya dirapatkan ke dinding, persis dekat pintu masuk.
Hieee Ringkik kuda yang tertambat di luar terdengar keras. Lalu...
"Hiiih!"
Bros!
Mendadak saja dua bayangan hitam menerobos dinding ruangan dengan keras. Untung saja pemuda tampan berbaju rompi kuning gading yang tak lain windu pamungkas itu bertindak cepat. Dia segera melompat keluar menerobos dinding bilik. Dan belum juga dia bersiap dua sosok tubuh berpakaian serba hitam telah meluruk ke arahnya dengan senjata terhunus.
'Yeaaa...!"
"Hup!"
Windu pamungkas cepat menundukkan kepala sambil meliukkan tubuhnya sedikit untuk menghindari dua tebasan senjata yang melesat ke arahnya.
"Yeaaat!"
Sementara dua bayangan hitam yang tadi gagal menyergapnya di dalam ruangan, kini telah muncul kembali. Mereka terus menyerang saat Windu baru saja menghindari serangan. Dengan gerakan cepat Windu memiringkan tubuhnya, dan terus berputar. Dan seketika itu pula tangannya menghantam pergelangan tangan salah seorang lawannya. Bersamaan dengan itu pula kaki kirinya menyambar ke dada lawannya yang satu.
Plak! Dukk!
"Aaakh!"
Senjata salah seorang kontan terlepas dari genggaman. Malah pergelangan tangannya yang memegang senjata tadi langsung remuk. Sementara yang seorang lagi terjungkal mencium tanah.
"Heaaat...!"
Sementara dua orang berseragam hitam yang lain terus merangsek windu tanpa mempedulikan kawan-kawannya yang merintih kesakitan. Seketika Windu melenting mendahului dengan gerakan amat gesit.
Wuuut!
Senjata golok salah seorang laki-laki berpakaian serba hitam hanya menyambar angin kosong di bawah telapak kaki Windu. Setelah berputaran dua kali, tubuh windu meluruk deras, melepaskan pukulan ke dada lawannya yang terdekat.
Begkh!
"Aaakh!"
Kembali terdengar pekik kesakitan ketika pukulan Windu telak bersarang di dada satu lawannya. Tubuh orang itu kontan ambruk di tanah dengan tulang dada remuk. Dan begitu mendarat di tanah, kaki kanannya pada saat yang bersamaan menghajar lawannya yang seorang lagi.
Begkh!
"Ugkh!"
Kontan saja orang itu terjungkal ke tanah, ambruk tak bangun-bangun lagi. Begitu kerasnya tendangan windu pamungkas, sehingga tulang leher orang itu patah.