NovelToon NovelToon
Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: @Asila27

Di dunia yang penuh gemerlap kemewahan, Nayla Azzahra, pewaris tunggal keluarga konglomerat, selalu hidup dalam limpahan harta. Apa pun yang ia inginkan bisa didapat hanya dengan satu panggilan. Namun, di balik segala kemudahan itu, Nayla merasa terkurung dalam ekspektasi dan aturan keluarganya.

Di sisi lain, Ardian Pratama hanyalah pemuda biasa yang hidup pas-pasan. Ia bekerja keras siang dan malam untuk membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Baginya, cinta hanyalah dongeng yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Takdir mempertemukan mereka dalam situasi tak terduga, sebuah insiden konyol yang berujung pada hubungan yang tak pernah mereka bayangkan. Nayla yang terbiasa dengan kemewahan merasa tertarik pada kehidupan sederhana Ardian. Sementara Ardian, yang selalu skeptis terhadap orang kaya, mulai menyadari bahwa Nayla berbeda dari gadis manja lainnya.

dan pada akhirnya mereka saling jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Asila27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ardi di pecat

"Woy, ketiak item! Kira-kira dong kalau teriak! Bikin gue kaget aja," ucap Dina.

"Hehe, maaf, maaf. Habis gue seneng banget, Din! Ternyata selama ini perasaanku ke Mas Dana itu nggak bertepuk sebelah tangan. Makasih ya, Din. Berkat lo, gue jadi tau. Seneng banget gue!" ucap Nayla tanpa jeda.

Di dalam kamar, Nayla yang sedang bahagia nggak sadar kalau saat ini Ardi sedang dituduh oleh papanya.

Di dalam ruangan Pak Andi, beliau masih mendesak Ardi untuk mengakui bahwa dia telah merencanakan sesuatu terhadap Nayla.

"Pak, dari awal saya nggak ada niatan buat merencanakan apa pun. Saya kerja fokus ke pekerjaan, nggak ada niatan lain," ucap Ardi.

"Nggak ada niatan lain, kamu bilang? Mana ada cowok miskin berani jatuh cinta ke anak saya yang statusnya pewaris saya? Kamu harusnya ingat, kamu itu nggak pantas untuk Nayla!" ujar Pak Andi.

Ardi yang disudutkan semakin emosi. "Baik, kalau Bapak nggak percaya sama saya, saya akan berhenti bekerja, supaya Bapak nggak menuduh saya. Dan akan saya buktikan kalau saya memang nggak ada niatan untuk mendekati anak Bapak!" kata Ardi, suaranya penuh kemarahan.

"Nggak ada niatan, katanya? Jelas-jelas kamu sudah berani cerita ke Dina, berarti kamu cukup cerdik," ucap Pak Andi.

Ardi terkejut mendengar ucapan itu. Bagaimana mungkin Pak Andi tahu? Apa mungkin Dina cerita ke beliau? batin Ardi.

Pak Andi yang melihat keterkejutan di wajah Ardi pun tersenyum tipis.

"Kenapa kamu terkejut? Bukankah ini memang rencana kamu? Dan jangan berpikir saya akan melepaskan kamu setelah Nayla mempercayai kamu. Apa kamu nggak sadar kalau kamu itu dalam pengawasan saya?" ungkap Pak Andi dengan nada dingin.

Ardi yang sadar bahwa selama ini dia diawasi oleh anak buah Pak Andi merasa tidak terima.

"Kalau dari awal Bapak nggak percaya sama saya, kenapa Bapak mempekerjakan saya?" tanyanya.

"Iya, saya mempekerjakan kamu tentu ada alasannya. Saya nggak mau anak saya menganggap saya nggak tahu balas budi. Dan satu lagi, ini ambil untuk biaya kamu pulang kampung." Pak Andi menyodorkan segepok uang ke arah Ardi.

Ardi yang kaget langsung menegang. Melihat uang itu membuat emosinya meledak.

"Pak, saya memang orang miskin, tapi saya punya harga diri! Jangan kira saya mendekati anak Bapak karena harta! Maaf, Bapak salah sangka. Tanpa Bapak minta pun, saya akan pergi sendiri!" ucap Ardi tajam.

Pak Andi mendengus, ikut emosi. "Hei, orang miskin! Kamu butuh uang! Nggak mungkin kamu dekatin anak saya tanpa ada maunya! Ini ijazah kuliah kamu. Saya sudah urus semuanya. Dan ini uang kompensasi karena kamu saya pecat!" ucapnya tegas.

Ardi mengepalkan tangan. Ia menatap Pak Andi dengan tajam. "Tanpa Bapak pecat pun, saya juga akan pergi. Percuma saya kerja di tempat yang nggak percaya sama bawahannya," ucapnya tegas.

Tanpa basa-basi, Ardi meraih ijazahnya dan berjalan menuju pintu. Namun, sebelum keluar, ia menoleh dan berkata,

"Terima kasih atas kesempatannya, Pak. Dan saya nggak akan membawa uang sepeser pun dari Bapak. Ini HP saya dan kontak motor saya, kalau belum cukup untuk membayar Bapak karena menebus ijazah saya, suatu saat saya akan kembali untuk melunasinya."

Setelah mengatakan itu, Ardi pergi tanpa menoleh lagi.

Pak Andi yang melihat kepergian Ardi hanya bergumam, "Dasar orang miskin sombong."

Sementara itu, di depan gerbang, Ardi menghampiri satpam dan berkata, "Pak, boleh pinjam HP-nya? Soalnya HP saya lowbat."

"Oh, boleh, Mas. Memangnya untuk apa?" tanya satpam.

"Saya mau pesan Gojek," jawab Ardi.

"Memangnya motor Mas kenapa? Kok pesan Gojek?" tanya satpam lagi.

"Rusak, Pak," jawab Ardi singkat.

Setelah selesai memesan Gojek, Ardi mengembalikan HP satpam. "Ini HP-nya, Pak. Terima kasih ya."

"Iya, Mas. Sama-sama," ucap satpam.

---

Di dalam kamar, Dina yang melihat Nayla girang hanya bisa menggeleng-geleng kepala.

"Loe itu kayak nggak pernah jatuh cinta aja, Nay," ungkap Dina.

"Ya, beda lah, Din! Ini tuh cowok yang udah bikin gue jatuh cinta. Orangnya misterius banget! Nggak kelihatan kalau dia juga suka sama gue. Padahal tiap hari kita bareng terus, tapi gue kok nggak sadar. Makanya gue bahagia banget!" kata Nayla penuh semangat.

"Iya deh, iya deh, terserah loe aja," kata Dina.

"Ya udah, ayo Din, kita cari Mas Ardi. Tadi kan dia ke ruangan Papa," ucap Nayla.

"Emang ngapain cari Mas Ardi?"

"Ya mau bikin surprise dong! Gimana sih loe, nggak bisa lihat temen bahagia dikit?"

"Eh Nayla dodol, kalau gue nggak pengen loe bahagia, buat apa gue dapatin rekaman itu?" sarkas Dina.

"Hehehe, iya iya, maaf. Loe emang temen gue yang paling bisa bikin gue bahagia! Besok gue traktir deh shopping, sekalian belanjain Mas Ardi," janji Nayla.

"Bener ya? Awas loe bohong!"

"Iya iya, gue nggak akan bohong. Ya udah, sekarang cari Mas Ardi dulu, keburu pulang dia."

"Iya udah, ayo kalau gitu," sahut Dina.

"Emang loe mau ngapain kalau udah ketemu Mas Ardi?" tanya Dina lagi.

"Ya mau nanya lah, kenapa dia nyembunyiin perasaannya selama ini."

"Terus kalau udah dapat jawabannya?"

"Ya gue ajak pacaran," jawab Nayla sambil tertawa.

"Dasar bunglon! Jual mahal dikit kek, jadi cewek," cibir Dina.

"Masa bodo! Yang penting gue lagi seneng banget hari ini!" sahut Nayla.

"Halah, loe seneng juga berkat gue!" ucap Dina.

"Loe itu ya, ikhlas dikit kek bantuin temen!" ujar Nayla.

"Bukan gue nggak ikhlas, cuma kalau temennya modelan kayak bunglon kayak loe, harus ada imbalannya!" goda Dina.

"Dasar temen kutilan!" balas Nayla kesal.

Tanpa mereka sadari, mereka sudah sampai di depan pintu ruangan kerja Pak Andi.

Tok. Tok. Tok.

"Papa ada di dalam nggak, Pa?" tanya Nayla.

"Ada. Masuk aja, pintunya nggak dikunci," jawab Pak Andi.

"Ya udah, ayo masuk, Din. Pintunya nggak dikunci," ajak Nayla.

"Gue belum budek, Nay. Gue denger kok," sahut Dina.

Nayla pun tertawa mendengar jawaban Dina. Lalu, ia membuka pintu ruangan kerja ayahnya.

"Hay, Papa! Kok nggak istirahat sih?" tanya Nayla.

"Belum selesai nih kerjaan Papa, Ay. Ada apa? Tumben kamu ke sini, pasti ada maunya," goda Pak Andi.

"Hehehe," Nayla nyengir.

"Itu, Pa. Mas Ardi udah pulang ya? Tadi kan ke ruangan Papa."

Pak Andi yang mendengar pertanyaan Nayla mengerutkan keningnya, tapi ia tetap tersenyum, berusaha menutupi kenyataan bahwa Ardi sudah tidak bekerja di sana lagi.

"Oh, Ardi? Baru aja keluar. Emang kenapa, Ay? Tumben kamu nyariin dia?"

Nayla langsung ingin keluar untuk mencari Ardi.

"Gak ada apa-apa, Pa. Ada keperluan aja sama Mas Ardi."

Saat keluar ruangan, Dina tiba-tiba berkata, "Ay, kok rasanya ada yang aneh ya dengan sikap Papa kamu?"

1
Nyoman Nuarta
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!