“Jangan berharap anak itu akan menggunakan nama keluarga Pratama ! Saya akan membatalkan pernikahan kami secara agama dan negara.”
Sebastian Pratama, pewaris tunggal perusahaan MegaCyber, memutuskan untuk membatalkan pernikahannya yang baru saja disahkan beberapa jam dengan Shera Susanto, seorang pengacara muda yang sudah menjadi kekasihnya selama 3 tahun.
Shera yang jatuh pingsan di tengah-tengah prosesi adat pernikahan, langsung dibawa ke rumah sakit dan dokter menyatakan bahwa wanita itu tengah hamil 12 minggu.
Hingga 1.5 tahun kemudian datang sosok Kirana Gunawan yang datang sebagai sekretaris pengganti. Sikap gadis berusia 21 tahun itu mengusik perhatian Sebastian dan meluluhkan kebekuannya.
Kedekatan Kirana dengan Dokter Steven, yang merupakan sepupu dekat Sebastian, membuat Sebastian mengambil keputusan untuk melamar Kirana setelah 6 bulan berpacaran.
Steven yang sejak dulu ternyata menyukai Kirana, berusaha menghalangi rencana Sebastian.
Usaha Steven yang melibatkan Shera dalam rencananya pada Sebastian dan Kirana, justru membuka fakta hubungan mereka berempat di masa lalu.
Cover by alifatania
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 DLBK Bukan CLBK
Hubungan Sebastian dan Kirana semakin mesra. Kirana berusaha mengikis perlahan rasa tidak percaya diri dengan status barunya : kekasih Sebastian Pratama, CEO MegaCyber.
Di kantor, hubungan profesional tetap terjalin seperti sebelumnya. Sebastian yang awalnya sangat posesif, mulai bisa membiarkan Kirana menikmati hidupnya sebagai pegawai kantoran. Makan siang atau nongki-nongki cantik di cafe selepas pulang kerja bersama karyawan lainnya, dengan catatan tidak boleh hanya dengan kaum pria apalagi berduaan dan menemani Sebastian saat kekasihnya itu ada di kantor saat jam makan siang atau makan malam.
Keluarga Sebastian juga menerima kehadiran Kirana dengan baik. Meski awal mulanya Kirana merasa canggung, seiring waktu berjalan, gadis itu sudah akrab dengan Mommy Amelia.
“Bee, Sabtu besok kita diundang sama Auntie Rosa. Acara ulangtahunnya Uncle Ray.”
Kirana sedang menyiapkan makan siang untuk Sebastian. Mansyur baru saja mengantarkan pesanan mereka dari lobby.
“Boleh nggak datang ?” Kirana melirik sambil tertawa pelan.
“Takut CLBK sama Steven kalau sering ketemu ?” ledek Sebastian sambil tertawa mengejek.
“No !” Kirana menggeleng. “Bukan CLBK sama Sebastian, tapi DLBK sama Tante Rosa.”
“Apalagi tuh DLBK ?” Alis Sebastian menaut.
Kirana meletakan piring berisi nasi dan lauk di depan Sebastian yang masih sibuk mengecek beberapa dokumen di kursi sofa.
“Dendam Lama Belum Kelar, Bee,” Kirana terkekeh.
Sebastian menggelengkan kepalanya. Kelasihnya ini selalu punya istilah aneh untuk menyampaikan sesuatu.
“Memangnya kamu dendam sama Tante Rosa karena nggak dibagi mangga ?” ledek Sebastian
“Bukan aku yang dendam, Bee. Tapi Tante Rosa. Terakhir ketemu di rumah kamu, tatapannya itu udah kayak T-Rex lihat daging.”
“Kamu tuh, Ki. Masa Tante Rosa disamakan sama dinosaurus,” Sebastian tergelak.
“Kalau sampai nanti Tante Rosa bikin kamu malah kena masalah gimana, Bee ? Aku nggak ikut aja ya ?”
“Nggak bisa nggak ikut. Mommy udah pesan-pesan kalau calon menantunya harus ikut,” Sebastian menjawab dengan tegas. Kirana hanya terdiam dan mengambilkan peralatan makan untuk Sebastian.
“Suapin dong, Honey. Aku lagi tanggung nih periksa laporan. Pak Johan minta diinfo sore ini,” Sebastian menaikturunkan alisnya sambil tersenyum genit.
“Ckckckk.. kamu tuh ternyata manja ya. Kelihatannya diluar pria gagah yang dingin dan berwajah datar. Ternyata…” Kirana geleng-geleng kepala.
Kirana mengambil nasi yang berisi sayur dan lauk kesukaan Sebastian. Tumis sayur hijau dan ayam goreng mentega.
Dia mulai menyuapi Sebastian yang masih berfokus dengan dokumen di tangannya.
“Tadi pagi mommy sudah info kalau baju untukmu sudah dipesan, tinggal diambil. Sabtu siang dijemput Tomo, ketemuan di salon sama mommy.”
“Bee… “
“Nggak boleh protes dan bilang nggak enak hati lagi. Kalau kamu sudah siap, bulan depan mommy pasti nggak keberatan pestain perkawinan kita.”
“Iihh kamu tuh Bee,” Kirana memukul pelan bahu Sebastian. “Apa-apa maunya cepet aja, jalur ekspress. Kamu kira membangun rumahtangga segampang itu ?”
Sebastian memberi isyarat kalau mulutnya sedang penuh dan mengangkat dokumen di tangannya.
Kirana mengangguk, mengerti bahwa boss sekaligus kekasihnya itu perlu fokus dengan pekerjaannya.
###
Seperti sebelumnya, Kirana kembali dijemput oleh mobil mewah milik Tuan Richard dan dibawa ke salon, dimana Nyonya Amelia juga sudah menunggu.
Jam 4 keduanya sudah sampai di rumah keluarga Tuan Richard, dan bersiap untuk pergi ke pesta ulangtahun Om Raymond.
Sebastian yang baru saja menyelesaikan beberapa pekerjaan dengan Dion, keluar dari ruang kerja Tuan Richard. Dion mengekor di belakangnya.
Mereka berpapasan dengan Kirana yang sudah siap menunggu di ruang tamu.
“Waahh upik abu udah ganti gaya jadi Cinderella nih. Cantik banget Ki, sampai nggak kenalin,” celetuk Dion dari belakang punggung Sebastian.
Sebastian langsung menoleh dan melotot ke arah Dion, membuat sang asisten tertawa kikuk dan menangkup kedua tangan di depan wajahnya.
Kirana yang melihatnya langsung tertawa sambil menutup mulutnya. Dihampiri Sebastian yang masih melotot, lalu dirangkulnya lengan pria itu.
“Sepertinya kamu harus memberi Dion waktu untuk mencari jodohnya, Bee,” ujar Kirana. “Jiwa jomblomya terus meronta, umurmya saja sudah 25. Nanti malah dia yang dibuat patah hati sama wanita karena kurang pengalaman.”
Kirana terkekeh melihat Dion yang masih salah tingkah. Sebastian sendiri langsung menoleh menatap Kirana dengan tajam.
“Nyindir aku ?” Tanyanya ketus.
Dahi Kirana sempat berkerut, belum mengerti kenapa Sebastian jadi sewot.
“Nyindir aku yang sudah dibohongi sama wanita, sampai menikah segala lagi.”
Kirana langsung menepuk jidatnya sambil tersenyum.
“Maaf Bee, bukan itu makaudku.”
Sebastian mendengus dan melewati Kirana dengan wajah cemberut.
Dion cekikikan melihat Kirana sekarang jadi korban kekesalan Sebastian. Gadis itu meiotot pada Dion yang menertawakannya.
“Awas kamu !” Kirana menunjukan kepalan tangan sambil mengancam Dion dengan suara pelan. Pria di depannya itu hanya menjulurkan lidah meledek Kirana sambil tertawa pelan.
Jam enam lewat limabelas, keluarga Tuan Richard sampai di rumah Tuan Raymond. Mereka langsung masuk tanpa menunggu tuan rumah menyambutnya.
Tuan Richard mengajak istri dan anaknya serta Kirana untuk menghampiri Tuan Raymond yang sedang berbincang dengan beberapa pria yang tidak Kirana kenal.
Kirana melirik kanan kiri, mencari keberadaan Tante Rosa. Dia sudah menyiapkan batinnya untuk menghadapi mama Steven itu.
“Cari Steven ?” Bisik Sebastian saat mereka melangkah ke tempat lainnya.
Setelah memgucapkan selamat ulangtahun pada Tuan Raymond, mommy dan daddy Sebastian masih melanjutkan dengan obrolan, sedangkan Aebastian mengajak Kirana menjauh.
“Kamu tuh, Bee,” Kirana memukul pelan bahu Sebastian. “Kayaknya keseringan doain aku sama Steven. Nanti kalau sampai doamu terkabul, yakin nggak jadi nyesel ?”
“Nggak boleh !”
“Nggak boleh apanya ?” cibir Kirana.
“Aku cium di sini ya ?” Sebastian langsung merangkul pinggang Kirana.
“Eeehh… nggak ada ya Bee. Nggak boleh nyosor sembarangan.” Kirana memberikan tatapan galaknya, sementara Sebastian hanya tertawa pelan.
“Aku haus, Bee. Ambil minuman dulu, yuk.”
“Kamu tunggu di sini aja,” Sebastian menahan lengan Kirana dan meminta gadis itu tetap di tempat.
Kirana menatap punggung Sebastian sambil tersenyum.
“Apa kamu sebahagia itu, Nana ?” Bisikan dari belakang tubuhnya membuat Kirana tersentak dan bergerak maju.
Tanpa sengaja tubuhnya malah terhuyung dan hampir jatuh. Kirana menutup matanya dan bersiap menanggung malu, tapi sebuah tangan kekar menahan pinggangnya.
“Kamu nggak apa-apa ?” Raut wajah khawatir langsung terlihat saat Kirana membuka matanya.
Dia menarik nafas lega karena tidak sampai jatuh ke lantai. Dan yang lebih membahagiakannya kalau tangan yang menahannya milik Sebastian dan bukan Steven.
“Terima kasih, Bee.” Kirana spontan mencium pipi Sebastian. Pria itu terkejut sekaligus senang dengan sikap Kirana. Apalagi dilakukannya di depan Steven, membuat sepupunya mengepalkan kedua tangannya di samping.
“Ooo jadi kelakuan kamu nggak berubah ya Kirana,” suara ketus Tante Rosa menghampiri ketiganya yang berdiri berhadapan.
“Setelah gencar mengejar Steven dan ditolak, sekarang giliran Bastian kamu jadikan korban berikutnya.” Suara sinis Tante Rosa terdengar begitu menyakitkan.
Keberanian yang sudah dibangun sejak beberapa hari ini mendadak menguap entah kemana. Kirana hanya mampu mengigit bibir bawahnya.
“Auntie Rosa !” Tegur Sebastian dengan rahang mengeras. “Jangan bicara sembarangan pada calon istri saya.”
Beberapa tamu yang berdiri dekat situ mulai mengalihkan perhatian mereka pada perdebatan di depan mereka. Dari kejauhan Nyonya Amelia memperhatikan tanpa bermaksud ikut campur saat ini.
“Calon istri ?” Ejek Tante Rosa dengan nada sinis. “Sudah kamu pastikan kalau perempuan ini wanita baik-baik untukmu, Bas ? Coba kamu tanyakan pada Steven yang pernah menjadi korban rayuannya.”
Tante Rosa menatap Steven yang sejak tadi hanya diam saja. Kedua tangannya tidak lagi terkepal. Tante Rosa memberi isyarat supaya Steven ikut berbicara memberikan dukungan padanya, tetapi Steven hanya terdiam sambil memandangi Kirana.
“Perempuan itu hanya mengincar hartamu, Bas !” seruan Tante Rosa kali ini cukup keras hingga benar-benar menarik perhatian tamu-tamu yang sudah datang.
Sebastian mengepalkan kedua tangannya dengan rahang yang semakin mengeras. Badannya sudah bergerak maju ingin mendekat pada Tante Rosa, namun tangan Kirana menahannya. Kirana menggeleng saat Sebastian menatapnya.
Hati Kirana terasa sakit dan mulutnya sedang menahan emosi yang ingin dimuntahkan. Untung saja otak Kirana masih waras, dia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri yang sudah diperkenalkan sebagai calon menantu Tuan dan Nyonya Richard.
Kirana melepaskan tangannya dari lengan Sebastian. Dia maju dua langkah supaya posisinya lebih dekat dengan Tante Rosa setelah sebelumnya menarik nafas panjang untik menenangkan letupan emosi dalam hatinya.
“Nyonya Rosa yang terhormat,” sapa Kirana sambil tersenyum. “Saya tidak mengerti mengapa Nyonya begitu membenci saya dan membicarakan saya untuk masalah yang tidak ada buktinya.”
“Kamu kira ini perkara pengadilan sampai membutuhkan bukti ?” Cebik Tante Rosa dengan suara tinggu hingga semakin menarik perhatian orang.
Tuan Raymond berjalan dari halaman belakang ingin menghampiri istrinya yang sedang berdebat dengan keponakannya.
“Terima kasih karena Nyonya sudah mengingatkan Sebastian sebagai seorang tante yang baik. Tapi saya yakin kalau posisinya sebagai CEO membuat Sebastian terbiasa untuk tidak gegabah mengambil keputusan, apalagi menyangkut hidup dan masa depannya sendiri.”
“Kamu…” Belum sempat Tante Rosa melanjutkan kalimatnya, tangan Tuan Raymond menahan istrinya dan memberi isyarat pada istrinya.
“Maaf kalau saya sudah membuat suasana jadi tidak nyaman, Tuan Raymond,” ujar Kirana dengan sopan sambil membungkukan badannya.
Tuan Raymond hanya mengangguk dan membawa istrinya pergi dari situ. Tidak lupa beliau memberi kode pada Steven untuk ikut menjauh dari Sebastian dan Kirana.
Kirana langsung membalikan badan dan memegang jemari Sebastian. Pria itu balas menggenggam tangan Kirana yang terasa dingin. Senyuman lebar menghiasi wajahnya.
“Apa kubilang kan Bee ?” Kirana mengibas-kibaskan wajahnya dengan tangan. “Tante Rosa masih menyimpan DLBK sama aku.”
Sebastian tertawa dan menggandeng Kirana untuk mengambil minuman yang tadi batal diambiknya karena melihat Steven mendekati kekasihnya.