Liliana Larossa tidak sengaja menemukan anak laki-laki yang berdiri di bawah hujan di depan restoran ayahnya. Karena kasihan Liliana menjaga anak tersebut dan membawanya pulang.
Namun siapa sangka kalau anak laki-laki bernama Lucas tersebut merupakan anak bos tempatnya bekerja, sang pemilik perusahaan paling terkenal dan termasyur di San Francisco bernama Rion Lorenzo. Dan sayangnya, Lucas begitu menyukai Liliana dan tidak mau dipisahkan dari gadis tersebut. Hingga Rion harus mau tidak mau meminta Liliana tinggal di rumah Rion dan mengasuh Lucas dengan bayaran Liliana dapat tetap bekerja dari rumah sebagai IT perusahaan Lorenzo.
Tapi bagaimana jika Liliana tanpa sengaja menemukan fakta siapa sebenarnya Rion Lorenzo, yang merupakan ketua dari organisasi bawah tanah, Mafia? Dan harus mengalami banyak kejadian dan teror saat ia mulai menginjakan kakinya di rumah Rion?
Ikuti kisah Liliana dalam mengasuh Lucas sekaligus menghadapi sang ketua Mafia dalam teror yang akan mereka hadapi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yhunie Arthi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 13. HAL TAK TERDUGA
"Ah, ah, stop call me like that, Princess," ucap Rion seraya melipat tangan di dada, menatap gadis di depannya yang kini sedang mengerutkan dahi karena protes.
"Tapi Anda atasan saya, bagaimana mungkin saya harus bersikap tidak sopan seperti itu dengan memanggil nama Anda secara tidak langsung," protes Lili yang entah telah berapa kali.
"Kau tidak sedang di kantor, tapi di rumahku. Dan aku tidak suka dengan segala formalitas seperti itu, panggil aku Rion dan berhenti memanggilku Bos, paham? Aku tidak menerima penolakan, jika tidak memanggilku dengan namaku maka kau dilarang makan es krim," ancam Rion dengan wajah serius, walau dalam hati pria itu tersenyum lebar melihat mimik wajah sang gadis saat ini.
Lili terdiam dengan wajah tidak setuju, ingin kembali protes tapi membungkam diri karena pria itu mengancam menggunakan hal yang paling Lili suka.
"Jika tidak mau ada larangan makan es krim di rumah ini, jadi dengarkan aku dan panggil aku dengan namaku mulai sekarang," ucap Rion lagi.
"Baik," sahut Lili yang akhirnya menyerah juga.
Jujur saja ingin rasanya Rion tertawa sekarang saat mendapati ancaman tidak masuk akal itu justru berhasil dengan sangat mudah. Sepertinya bicara dengan Robert mengenai Lili cukup efektif untuk tahu bagaimana menghadapi gadis keras kepala namun memiliki sisi kekanakan seperti ini.
"So try call my name now," pinta Rion, seolah tidak puas dengan melihat Lili yang kesal sekarang, dan justru ingin menggodanya lebih lagi.
Lili menatap Rion sebal, mungkin karena telah menggunakan makanan kesukaannya sebagai ancaman.
"I'm waiting, Princess." Rion berusaha mati-matian agar tidak tersenyum atau pun terkekeh saat ini.
"Rion," ucap Lili akhirnya, walau mengalihkan pandangan dari sang pria.
Punggung pria itu merinding seperti barusan disiram air es ketika mendengar sang gadis memanggil namanya. Ia tidak mengira efek gadis itu memanggil dirinya bisa membuatnya berdesir seperti ini.
Damn, Lili. Apa yang harus aku lakukan padamu? Aku tidak menyangka mendengarmu menyebut namaku saja bisa membuatku kembali berpikir seperti pria bejat! batin Rion.
Rion menghela napas untuk memudarkan pikirannya saat ini, kemudian berkata, "Pastikan memanggilku seperti itu. Aku berangkat ke kantor, tolong jaga Lucas."
"Baik," sahut Lili.
Pria itu meninggalkan rumah seperti biasa. Beberapa hari ini mood Rion benar-benar bagus setelah Lili menetap di rumahnya. Rasanya rumah besar itu tidak terlalu kosong, justru jauh lebih hidup. Setiap hari selalu ada yang menyapanya ketika pergi dan pulang kerja, dan lebih mengejutkannya lagi selalu ada makanan di meja. Entah berapa lama sejak terkahir kali ia memakan masakan rumah. Ia tahu kalau saat ini Lili hanyalah berstatus sebagai pengasuh sekaligus karyawannya, tapi tetap saja bolehkan Rion merasa senang dengan keberadaan gadis itu di rumahnya? Menganggap kalau gadis itu bagian dari keluarga kecilnya.
Ponsel pria itu berdering saat ia masih menuju ke kantornya. Air mukanya berubah seketika saat tahu siapa yang menelepon.
"Ada apa?" tanya Rion langsung saat ia mengangkat panggilan. Suara dingin dan menusuk terdengar jelas dari pria itu.
"Bos, ada pergerakan dari Red Dog. Mata-mata kita bilang kalau dia mengutus orang untuk melakukan sesuatu tapi belum diketahui apa niat mereka," lapor pria di seberang telepon.
"Terus awasi mereka. Jika bisa tangkap orang yang mereka utus dan bawa ke markas," titah Rion.
"Baik, Bos," sahut pria di seberang sana.
Rion mengakhiri panggilan, namun sepertinya otaknya dipenuhi akan sesuatu atas semua kemungkinan yang bisa saja terjadi. Berusaha menghindari kejadian yang tidak terduga apalagi sampai melibatkan orang-orangnya seperti Lucas terakhir kali. Ia tidak mau hal itu terjadi.
Sesampainya di kantor, Rion langsung memanggil Frans sang ketua departemen sistem di perusahaannya.
"Ada apa sampai memanggilku ke sini, Rion," tanya Frans begitu ia berdiri di depan meja atasan sekaligus atasannya.
"Aku butuh bantuanmu," jawab Rion.
Frans mengerti dengan jelas jika pria di depannya itu sudah mengatakan meminta bantuan, artinya itu perihal pekerjaan Rion di bidang yang hampir tidak ada orang yang tahu.
"Kali ini organisasi mana?" tanya Frans serius.
"Red Dog, bawahanku bilang kalau ada pergerakan dari mereka tapi tidak ada informasi yang bisa didapatkan tentang apa yang mereka akan lakukan. Sepertinya mereka merencanakan sesuatu yang cukup berbahaya kali ini, carikan aku informasi itu, masuk ke jaringan mereka," kata Rion yang entah kenapa perasaannya memang tidak tenang kali ini tidak seperti biasanya.
"Akan kucoba. Setahuku Red Dog punya firewall tingkat atas untuk sistem mereka, akan membutuhkan banyak waktu untuk mengambil data dan mencari informasi dari mereka," Frans berkata dengan sikap yang kini memperlihatkan antara bawahan dan atasan sekarang.
"Kuserahkan padamu," ucap Rion.
Frans segera bergegas menuju kembali ke ruangannya, tak ingin membuang banyak waktu setelah mendengar permintaan temannya itu. Di mata orang lain Frans hanya ketua departemen pecinta kopi biasa yang ramah, namun siapa sangka kalau pria itu adalah sumber informasi dan jantung terpenting baik untuk Lorenzo Cooperation maupun Rion dan juga organisasi tersembunyi pria tersebut. Frans adalah orang yang bekerja di balik bayangan, namun lebih mematikan dibandingkan apa pun. Tak ada yang bisa menyentuhnya, tak ada yang bisa menemukannya, tak ada yang bisa melawannya, dan Rion orang paling beruntung yang bisa mendapatkan sosok Frans baik sebagai teman maupun bawahannya.
Rion mencoba untuk berkonsentrasi dengan pekerjaannya di kantor. Ada banyak hal yang harus diurus olehnya. Tumpukan pekerjaan telah menggunung, membuat kepala pria tersebut berdenyut sakit di awal hari setelah mendengar kabar dari musuh bebuyutannya, Red Dog. Namun ia berusaha untuk tetap profesional, mengingat sudah menjadi tugasnya mengurus perusahaan.
Siapa sangka di tengah kepenatan harinya, ia justru bisa merekahkan senyum ketika mendapatkan pesan tidak terduga.
Sesuai permintaan dari Rion untuk setiap hari memberikan update tentang kegiatan Lucas dan Lili di rumah. Dan kini ia mendapati Lili mengirimkan foto dirinya dan Lucas yang sedang membuat kue. Senyum terulas indah di wajah Rion dengan semu rona saat mendapati di foto Lucas tersenyum lebar seraya menunjukan kue dengan wajah belepotan.
Rion tidak menyangka kalau sekedar sebuah foto bisa menghangatkan hatinya seperti ini. Membuat segala ketakutan dan kepenatan harinya menghilang begitu saja. Menurut Rion mungkin ini rasanya punya keluarga utuh. Dengan ini Rion telah mengukuhkan hatinya bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada gadis bernama Liliana Larossa. Berniat sesuatu hari nanti pria itu akan menjadikan sang gadis miliknya, hanya miliknya. Ia tidak akan lagi menyangkal kalau ia memang menginginkan gadis itu lebih dari apa pun.
Seolah mendapatkan tenaga tambahan, Rion kembali mengerjakan pekerjaannya dengan baik. Ia menghadiri pertemuan dengan para petinggi di sebuah restoran mewah bintang lima, mengumpulkan semua para penanggung jawab setiap perusahaan Lorenzo untuk mendapatkan update anak perusahaannya.
Ia mendapati pesan dari Frans yang mengatakan untuk berhati-hati bagi Rion dimana pun berada, karena sepertinya benar bahwa Red Dog sedang merencanakan sesuatu berbahaya untuk Lorenzo atau pun Rion.
"Perintahkan beberapa orang untuk berjaga di sekitar rumah dan perusahaan. Tangkap siapa pun yang terlihat mencurigakan. Pastikan kalau semua aman," perintah Rion kepada para anak buahnya melalui telepon.
Pria itu berjalan meninggalkan ruang pertemuan di restoran tersebut, ingin segera menindaklanjuti apa yang sedang Red Dog rencanakan.
Tangan Rion terhenti ketika hendak membuka pintu mobil saat ia mendapati telepon masuk dari Lili.
"Hai, Princess, ada apa?" Senyum pria itu lagi-lagi merekah ketika ia mengangkat panggilan tersebut, seolah sudah menunggu untuk mendengar suara sang gadis.
"Menjauh dari mobilmu sekarang!" seru Lili dari seberang telepon, terdengar panik luar biasa.
"Ada apa, Lili?" Rion bingung.
"Menjauh dari mobilmu, ada bom di dalam sana!" seru Lili lagi.
Mendengar hal itu netra Rion membulat. Dengan cepat Rion berlari ke kursi kemudi, membuka pintu dan menarik supirnya untuk keluar. Tanpa banyak bicara ia berlari sejauh mungkin dari mobilnya.
DUARR!!
Dan benar saja mobil mewah itu meledak dalam hitungan detik dengan kuat.
Netra Rion menatap horor mobil yang telah terbakar itu, pikirannya sedikit kosong saat ini. Nyawanya nyaris saja melayang. Jika ia tidak mengangkat telepon dari Lili, mungkin Rion telah tenggelam dalam kobaran api yang bergolak tanpa ampun itu.
"Bagaimana kau bisa tahu, Lilipad," gumam Rion yang masih mengumpulkan pikirannya atas apa yang terjadi dalam kurun waktu cepat barusan.