"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4
Desta terus saja menghubungi ponsel Gania, namun ponselnya tidak aktif. Desta benar-benar sangat khawatir dengan keadaan Gania, pasalnya hingga larut malam, Gania juga belum pulang ke apartemen.
"Kemana kamu, Gania? kenapa hingga semalam ini kamu belum pulang." Desta yang teringat bahwa Gania sedang hamil.
Desta terus mondar mandir di ruang tamu, sambil menunggu Gania untuk pulang. Hampir 30 menit, Desta menunggu Gania, namun tak kunjung pulang. Desta semakin takut jika terjadi apa-apa dengan Gania. Desta takut Gania akan melakukan sesuatu yang tidak terduga. Desta takut jika Gania benar-benar menggugurkan kandungan nya.
"Apakah aku harus ke rumah ayah Maxim, apa Gania sedang ada di sana? tapi jika aku ke sana, ayah pasti tanya kepada ku, kenapa aku mencari Gania, pasti dia berfikir bahwa aku dan Gania sedang bertengkar. Lalu perselingkuhan ku dengan Vania akan terbongkar. Itu tidak boleh terjadi."Desta yang merasa bingung dengan keadaan saat ini.
"Apa aku harus menghubungi Vania, dan mempertanyakan apakah Gania ada di sana." Desta yang sudah meraih ponsel di dalam saku celananya.
Saat Desta sedang mencari nama Vania di kontak telfonnya, tiba-tiba Vania lebih dulu menghubunginya. Desta yang mendapat telefon dari Vania seketika segera mengangkatnya, mungkin saja Vania ingin memberi tahu kabar soal Gania.
"Halo Va.." Desta yang sudah mengangkat telfon.
"Halo sayang.. kamu lagi apa?." tanya Vania di dalam sambungan telfon.
"Jangan memanggilku sayang, kita tidak mempunyai hubungan apa-apa." ucap Desta.
"Kenapa kamu bilang seperti itu? apa kamu lupa tadi sore, kita sudah berhubungan badan selayaknya suami, istri mas, dan katanya kamu akan menikahi ku, kamu juga bilang kalau mencintaiku."
"Sepertinya aku tidak bisa menikahi mu untuk saat ini."
"Kenapa? katanya kamu sudah tidak cinta lagi dengan kak Gania, untuk apa kamu mempertahankan rumah tangga kalian, bukankah mas juga ingin menguasai perusahaan keluarga Gania, dan ingin menjadi direktur di perusahaan tersebut."
"Bukan itu masalahnya Va."
"Lalu apa? lagi pula kak Gania itu juga mandul, tidak bisa mempunyai anak."
"Itu masalahnya, Gania sedang mengandung anakku, mana mungkin aku bisa menikahi mu, dalam posisi Gania sedang mengandung."
"Hah.. kak Gania hamil?." Vania yang terkejut dengan ucapan Desta. "Dari mana kamu tahu kalau kak Gania hamil mas.?"
"Aku menemukan sebuah alat tes kehamilan di depan kamar, sewaktu kita ber cinta tadi sore, dan seperti nya Gania menjatuhkan benda tersebut di sana." jawab Desta.
"Apa? jadi kak Gania benar-benar hamil, lalu bagaimana dengan hubungan kita mas?."
"Aku sedang pusing, Vania.. sekarang Gania tidak pulang, dan entah kemana, apakah dia ada di sana?." tanya Desta.
"Iya.. bahkan dia juga sudah bilang kepada ayah kalau kamu meniduri ku."
"Apa! kenapa kamu bilang kepada ayah Vania.. ayah akan memarahiku."
"Lalu aku harus bagaimana mas? itu cara agar kita bisa menikah, dan menguasai semua harta ayah dan juga Gania"
Desta yang mendengar ucapan Vania seketika diam sejenak. "Lalu bagaimana dengan Gania? apa dia baik-baik saja?."
"Untuk apa kamu mempertanyakan kondisinya, bukan kah kamu tidak mencintainya selama ini, waktu kita sudah tidak banyak mas, kamu sudah menikah dengan kak Gania selama dua tahun, namun kita belum mendapatkan apapun dari keluarga Gania, di tambah si tua bangka Maxim itu tidak mati-mati, padahal mama sudah memberikan obat dengan dosis yang tinggi agar dia cepat lumpuh."
"Baiklah kita bahas itu nanti, aku akan datang ke sana untuk menjemput, Gania."
"Kenapa kamu tidak langsung ceraikan saja dia sih, simpel kan?."
"Tidak semudah itu, Vania." ucap Desta lalu mematikan sambungan telfon begitu saja.
Desta seketika berjalan masuk ke dalam kamar untuk mengganti pakaian, dan segera datang ke rumah ayah mertuanya yaitu tuan Maxim.
Di tempat lain. Nyonya Dewi dan Vania sedang berada di dalam kamar yang sama, yaitu kamar Vania.
"Ada apa? ibu dengar kamu tadi bicara soal kehamilan? siapa yang hamil?." tanya nyonya Dewi mendekat ke arah putrinya.
"Gania ma.. Gania hamil." jawab Vania menatap ke arah sang ibu.
"Apa? Gania hamil?." nyonya Dewi yang tak kalah terkejutnya saat mengetahui bahwa Gania sedang mengandung."Lalu bagaimana? apakah Desta tidak mau menceraikan Gania, jika dia tidak menceraikan Gania, semua rencana kita akan hancur." ucap nyonya Dewi.
"Entahlah.. Vania juga bingung, apakah mungkin Gania akan tetap mempertahankan mas Desta, bukankah seharusnya dia meminta cerai, namun sepertinya mas Desta juga berat untuk menceraikan Gania, apa lagi Gania sedang hamil."
"Bagus kalau Gania meminta cerai, itu akan semakin mempermudah kita untuk mengambil semua harta Maxim yang akan di wariskan kepada nya, ibu juga sudah berkali-kali membujuk si tua bangka itu agar membagi warisannya kepada mu."
"Tidak mudah membujuk si tua bangka itu bu.. karena Vania bukanlah anak kandung nya, sepertinya kita harus cari cara lain, agar tua bangka itu tidak jadi menyerahkan harta nya kepada Gania."
"Iya tapi cara apa?." tanya nyonya Dewi yang sedang duduk di samping Vania.
Nyonya Dewi dan Vania seketika terdiam sejenak. Sambil memikirkan rencana agar tuan Maxim tidak memberikan semua warisannya kepada Gania.
"Ibu tahu." ucap nyonya Dewi secara tiba-tiba.
"Apa?." Vania yang menatap ke arah ibunya.
Nyonya Dewi seketika mendekatkan wajahnya ke arah telinga Vania. Dengan sangat pelan nyonya Dewi membisikan cara liciknya kepada Vania.
"Bagaimana? apa kamu setuju dengan cara ibu?." tanya nyonya Dewi.
Vania seketika tersenyum kecut menatap ke arah ibunya."Ibu memang tidak pernah kehabisan cara untuk memusnahkan si tua bangka dan si wanita sok suci itu?." ucap Vania yang merasa setuju dengan ide ibunya.
"Tos dulu dong?." Nyonya Dewi yang sudah mengangkat tangannya, dan Vania seketika juga ikut mengangkat tangannya sambil tertawa.
"Husss jangan tertawa kencang-kencang."
"Oh ya.. aku lupa kalau Gania ada du rumah ini." Vania seketika menutup mulut dengan telapak tangannya.
"Kita akan buat Vania pisah dengan Desta, dan membuat si tua bangka itu benci dengan anak kandungnya sendiri." ucap nyonya Dewi.
"Tapi ngomong-ngomong siapa laki-laki yang akan ibu jadikan umpan untuk rencana kita?." tanya Vania.
"Nanti kamu juga tahu sendiri." nyonya Dewi yang melirik ke arah putrinya.
Saat Vania dan juga nyonya Dewi sedang berbincang-bincang, tiba-tiba bel rumah berbunyi.
"Apa itu Desta?." tanya nyonya Dewi.
"Sepertinya.." jawab Vania.
"Ayo kita keluar, tapi jangan lupa kamu harus akting, supaya si tua bangka itu tetap percaya dengan mu." perintah nyonya Dewi.
"Soal akting, itu gampang." Vania yang sudah beranjak berdiri dari ranjang tempat tidur.