Song Lin Qian adalah Seorang pangeran yang terasingkan sejak masih kecil, dia harus menjalani kehidupan yang keras di dunia luar untuk mencari tahu akan jati dirinya yang sebenarnya.
Dengan berbekalkan jepit rambut peninggalan mendiang sang ibu, Song Lin Qian yang diasuh oleh sepasang pendekar suami-istri akhirnya turun gunung, dan demi mengetahui akan siapa dirinya yang sesungguhnya, Song Lin Qian harus menghadapi banyak masalah di dalam pencariannya.
Akankah Song Lin Qian berhasil dalam pencariannya? Ikuti alur cerita yang berjudul "PANGERAN PENDEKAR NAGA" hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adicipto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sisa Nafas Terakhir
"Panglima, cepat kamu selamatkan Lin Fei dan Putraku," kata Raja Song.
Lian Bai melihat ke sekelilingnya, walau pertempuran belum sepenuhnya selesai, namun situasi sudah berpihak kepada Istana.
Lian Bai segera pergi berlari ke arah Lin Fei pergi, dia terus berlari hingga keluar dari tembok istana, namun Lian Bai tidak melihat keberadaan Lin Fei, bahkan dirinya sudah memasuki tempat yang tidak memiliki cahaya.
Disaat terus menelusuri jalan, Lian Bai melihat dalam remang ada tiga sosok yang sedang menebas-nebas bunga, walau agak samar karena gelap, Lian Bai yakin jika itu adalah ketiga pembunuh yang sebelumnya mengejar Lin Fei.
Tanpa banyak basa-basi lagi, Lian Bai segera melompat dengan ilmu meringankan tubuhnya, dia segera Menarik pedangnya lalu menyerang ketiga pembunuh yang masih sibuk menghancurkan bunga beserta pohon-pohonnya.
Kemunculan Lian Bai jelas mengagetkan mereka, dan mereka bertiga langsung di serang dengan permainan pedang yang sulit untuk mereka lawan.
"Kalian bertiga, cepat katakan dimana Putri Lin Fei dan Pangeran?" tanya Lian Bai.
Ketiganya yang berhasil dibuat mundur hanya saling berpandangan, mereka tahu jika mereka tidak mungkin sanggup melawan sosok pria di hadapan mereka itu.
"Kami tidak tahu," jawab salah satu dari mereka yang membuat Lian Bai sangat marah.
"Jangan main-main denganku," kata Lian Bai lalu dia bergerak dengan cepat dan langsung mengalungkan pedangnya ke leher salah satunya.
"Cepat katakan jika tidak ingin kepalamu terpisah dari tubuhmu," ancam Lian Bai.
Tubuh pria itu gemetar saat pedang tajam itu sudah menempel di kulit lehernya, hanya butuh satu gerakan saja, maka sudah bisa dipastikan jika dirinya akan langsung berpindah alam.
Karena ketakutannya, tanpa sadar pembunuh itu sampai kencing di tempat, sedangkan kedua rekannya juga tidak berani bertindak macam-macam.
"A..ampun Panglima, kami benar-benar tidak tahu kemana perginya wanita itu dengan bayinya! Saat tadi kami mengejarnya, kami kehilangan jejak karena kami teralihkan oleh ledakan kembang api di langit," kata salah satu dari mereka yang sudah tidak berani melawan Lian Bai, sedangkan pembunuh yang dikalungi pedang itu tidak berani membuka suara.
"Apakah kalian tadi melukai mereka berdua?" tanya Lian Bai.
"Ka..kami hanya melukai wanita itu, tapi untuk bayi itu tidak, sebab wanita itu melindungi bayinya dengan tubuhnya," jawabnya.
"Kalian bertiga harus menerima hukuman!" kata Lian Bai lalu dia memukul ketiganya hingga mereka bertiga tidak sadarkan diri.
Lian Bai segera mencari Lin Fei kembali dengan menelusuri tempat-tempat yang mungkin dijadikan tempat persembunyian, namun Lian Bai sama sekali tidak menemukan keberadaan Lin Fei.
"Yang Mulia pasti sangat marah jika sampai mereka berdua tidak ditemukan," gumam Lian Bai lalu dia segera kembali untuk memanggil beberapa prajurit agar mereka membawa ketiga orang yang sudah dilumpuhkan itu ke dalam tahanan.
Dari semua para anggota pembunuh, hanya lima sosok saja yang memiliki ilmu bela diri cukup tinggi, namun mereka juga tidak mampu menghadapi kelima wanita dari perguruan Bunga Biru, walau kelima wanita itu masih muda, namun seni beladiri mereka cukup tinggi sehingga kelima anggota pembunuh itu harus mundur.
Setelah waktu hampir pagi, kekacauan tersebut akhirnya berhasil diatasi, namun kebanyakan dari para pengacau itu berhasil melarikan diri, sedangkan beberapa orang berhasil ditangkap hidup-hidup.
"Kenapa kita tidak mengetahui jika di dalam istana sudah ada penyusup? Siapa yang memimpin mereka?" tanya salah satu prajurit.
"Diamlah! Apa kamu tidak melihat Yang Mulia sedang bersedih?" ucap prajurit yang lain.
Raja Song terduduk lemas setelah mengetahui jika Lin Fei dan Putranya tidak di temukan, apalagi kabar yang paling menyedihkan adalah tentang Lin Fei yang telah mengalami luka serius, dan dari pengakuan ketiga pembunuh yang mengejarnya, kemungkinan besar Lin Fei tidak akan selamat.
Raja Song yang sangat sedih dan marah segera memerintahkan Panglima Lian Bai untuk mengeksekusi ketiga orang yang sudah mencelakai Lin Fei, dan setelah itu Raja Song terlihat tidak memiliki semangat lagi.
"Paduka, sebaiknya kita sebarkan semua prajurit untuk mencari Lin Fei dan Pangeran, bisa juga dengan memberikan pengumuman di seluruh Wilayah Kerajaan kita agar pencarian di permudah," kata Permaisuri.
"Benar sekali Ratu! Yang Mulia sebaiknya kita segera memerintahkan para prajurit untuk menyebarkan pencarian Lin Fei, mungkin saja dia dan Pangeran masih ada di sekitar kota, jika jauh pun mungkin hanya di beberapa desa," kata Yie Ling Yi.
"Panglima Lian, aku serahkan tugas ini padamu, kerahkan semua prajurit untuk mencari nya, jika hari ini tidak ditemukan, maka pasang pengumuman dan beri penjelasan jika siapa saja yang menemukan Putri Lin Fei dan Pangeran, maka aku akan memberikan hadiah apapun yang mereka inginkan," kata Raja Song.
"Baik Yang Mulia."
Lian Bai segera berbalik untuk melaksanakan perintah Raja Song, sedangkan Raja Song menemui para pendekar untuk mengucapkan terima kasih karena mereka telah datang membantu melindungi istana.
***
Di pinggiran sungai yang cukup besar, Lin Fei yang sudah tidak kuat lagi berusaha melepaskan rakit yang terikat di pinggiran sungai.
Dia meletakkan bayinya secara perlahan-lahan lalu dengan sisa tenaganya, Lin Fei mendorong rekit itu dengan kakinya.
Mereka berdua akhirnya hanyut mengikuti arus sungai, sedangkan Lin Fei berbaring di sebelah bayinya, dengan belaian lembut Lin Fei membelai bayinya dengan air mata yang mengalir.
"Tidak kusangka kamu yang baru lahir sudah ada yang menginginkanmu tiada, putraku, maafkan ibu ini nak! Ibu terpaksa membawamu pergi keluar dari istana demi kelangsungan hidupmu. Tapi kamu jangan khawatir, ibu akan terus melindungimu," kata Lin Fei seraya menangis menatap wajah bayinya yang sudah tertidur kembali.
Lin Fei sendiri tidak mengerti kenapa Yie Ling Yi ingin membunuh bayinya, padahal dulu Yie Ling Yi lah yang sudah tidak sabar ingin anak Lin Fei cepat lahir, tapi begitu sudah lahir, kini Yie Ling Yi justru ingin membunuhnya.
Dalam kondisi normal, seharusnya Lin Fei sudah mati karena luka yang begitu parah serta terlalu banyak mengeluarkan darah, namun naluri seorang ibu demi melindungi anaknya itu membuat Lin Fei memiliki kekuatan yang membuatnya mampu bertahan.
Lin Fei membuka jepit rambutnya lalu memegang jepit biru berukir ekor burung merak itu dengan tangisan kesedihan, dia teringat saat Raja Song memberinya jepit rambut itu saat dirinya hamil.
Lin Fei menjepitkan jepit rambut itu di baju bayinya seraya berkata, "Jika nanti ibu sudah pergi, jepit rambut ini bisa kamu jadikan sebagai petunjuk di masa depan," kata Lin Fei lalu dia memeluk bayinya.
"Setelah ini mungkin kamu akan mengalami kehidupan yang sulit," kata Lin Fei namun pandangannya mulai buram, dan nafasnya juga mulai melemah.
Menyadari jika dirinya sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi, Lin Fei semakin memeluk bayinya dengan tangisan yang dipenuhi rasa penyesalan.
"Maafkan ibu nak, sepertinya ibu tidak bisa menemanimu lebih lama lagi, berjanjilah untuk bertahan hidup sampai kamu dewasa, kamu mau kan berjanji kepada ibu," kata Lin Fei dengan suara pelan serta air mata yang mulai terhenti.
Karena arus sungai sangat deras, keduanya dengan cepat berada sangat jauh dari wilayah istana, dan di saat senja mulai menampakkan kehangatannya, seseorang tiba-tiba saja melemparkan tali ke arah rakit itu.
Lin Fei yang kesadarannya hampir hilang masih dapat merasakan jika rakitnya ada yang menarik, namun dia sendiri juga sudah tidak bisa bergerak, seluruh tubuhnya sudah mati rasa, bahkan pandangannya sudah hampir sepenuhnya terasa gelap.
"Seorang Wanita dan Bayi?"
Samar-samar Lin Fei mendengar suara seorang wanita, Lin Fei tentu tidak bisa melihatnya, namun dari suaranya Lin Fei yakin jika wanita itu tidak berniat jahat.
"Wanita ini terluka parah! Bertahanlah nyonya, aku akan mengobatimu," kata suara tersebut yang berusaha untuk memindahkan tubuh Lin Fei ke daratan.
Lin Fei sama sekali tidak merasakan apa-apa lagi, dia hanya mendengar suara wanita itu saja yang ingin menolongnya. Karena masih memiliki sedikit sisa kesadarannya, Lin Fei berusaha untuk mengatakan sesuatu kepada wanita itu.
Sebisa mungkin Lin Fei menggerakkan bibirnya serta mengeluarkan suaranya, dengan suara yang begitu kecil dan lirih, Lin Fei pun mengucapkan nama bayinya.
"S.. Song..!"
Wanita yang akan menolong Lin Fei itu terkejut, dia melihat wanita yang sudah pucat itu sedang mengatakan sesuatu, namun suaranya terlalu kecil sehingga wanita itu tidak bisa mendengarnya.
Wanita itu sadar jika orang yang ingin dia tolong itu tidak akan selamat, namun dia mengerti jika wanita itu ingin mengatakan sesuatu di sisa akhir nafasnya.
Wanita itu mendekatkan telinganya agar bisa mendengar ucapan wanita yang terluka tersebut, dan setelah dia cukup dekat, barulah dia mulai mendengar ucapan wanita yang terluka itu.
"S..Song L..Lin..Q..Qi..an! S.. Song..L..Lin..Q..Qi..an."
Lin Fei menghembuskan nafasnya setelah berhasil menyebut nama anaknya sebanyak tiga kali di sisa nafas terakhir nya, sedangkan Wanita yang ingin menyelamatkannya hanya mendengar ucapan yang terputus-putus itu di ulang dua kali.
"Siapa itu Yuwen?"
Se sosok pria berusia 50 tahun datang dengan membawa jala ikan, sedangkan sosok wanita yang dipanggil Yuwen itu dan terlihat berusia 47 tahun itu menggelengkan kepalanya menjawab pertanyaan pria tua itu.
"Aku juga tidak tahu! Tadi aku melihat rakit itu terbawa arus, karena tidak melihat ada orang yang mengendalikannya, jadi aku menariknya, tidak kusangka ternyata ada wanita yang sudah terluka sangat parah di sana bersama dengan bayinya," jawabannya.
"Bayi? Lalu dimana bayi itu?" tanya pria tua itu.
"Owh iya aku lupa mengambilnya," kata wanita tua tersebut lalu dia segera kembali ke rakit yang telah dia ikat.
"Wanita ini sudah meninggal, tapi sayang kita tidak mengetahui identitasnya," kata pria tua itu.
"Sebelum dia meninggal dia sempat mengucapkan sesuatu yang diulang dua kali," kata wanita itu.
"Dia mengucapkan apa?" tanyanya.
"Kalau tidak salah dia mengucapkan So..ng Lin Qi..an sebanyak dua kali!" jawabnya.
"Song? Apa mungkin dia dari keluarga Kerajaan?"
Wanita tua itu memperhatikan pakaian yang bersimbah darah namun sudah mengering, melihat pakaiannya saja, wanita itu sudah bisa menilai jika wanita yang meninggal itu kemungkinan adalah orang dari kalangan bangsawan.
"Song Lin Qian? Apakah dia menyebut nama bayi ini? Lihat baik-baik, bayi ini laki-laki apa perempuan?" tanya pria itu.
"Ini bayi laki-laki! Sepertinya dia tadi memanggil bayi ini."
Pria tua itu menghampiri bayi laki-laki itu dan kemudian dia menemukan jepit rambut di pakaiannya. "Sepertinya begitu, Song Lin Qian mungkin nama anak ini, dan dia masih sempat meninggalkan barang untuk bayi ini, mungkin barang ini sengaja di tinggalkan agar bisa menjadi petunjuk untuk anak ini jika dia berhasil selamat," kata pria itu.
"Sebaiknya kita segera mengubur jasad wanita itu, dan untuk sementara kita rawat dulu bayi ini, besok aku akan mencoba berjalan-jalan ke seberang sungai, siapa tahu aku menemukan petunjuk disana," kata Pria tua itu.
Wanita tua itu mengangguk kemudian mereka berdua mengubur jasad Lin Fei di dekat sungai setelah itu keduanya membawa Song Lin Qian mendaki Gunung.
Bukan dengan kemampuan ya Thor 😁😁😁😁.?????
PD kali bilang Qian teman 🤣🤣🤣
Dia itu malaikat maut yang datang menjemputmu, Zhiu Fan.
😇
Siapa yang menitipkan sedikit keangkuhan...?!
Pelit amat angkuh sedikit aja pakai di titipkan 🤣🤣🤣