Velicia dianggap berselingkuh dari Jericho setelah seseorang memfitnahnya. Jericho yang sangat membenci Andrew—pria yang diyakini berselingkuh dengan istrinya, memutuskan untuk menceraikan Velicia—di mana perempuan itu tengah mengandung bayi yang telah mereka nanti-nati selama tiga tahun pernikahan mereka, tanpa Jericho ketahui. Lantas, bagaimanakah hubungan mereka selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lilylovesss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebohongan Sharine
****
Velicia mengurung dirinya di dalam kamar. Setelah beradu mulut dengan Andrew, perempuan itu memutuskan untuk masuk dan meninggalkan pria itu di teras tanpa sepatah kata apa pun lagi.
Setelah pertemuan tidak sengajanya dengan Jericho membuat perasaan Velicia sedikit sensitif. Dia juga merasa sangat lelah dan tidak ingin berbicara dengan orang lain terlebih dahulu demi mengistirahatkan batinnya.
Perasaan bersalah pada Andrew tentu saja ada. Bahkan pelan-pelan Velicia menggeser gorden kamarnya. Memastikan jika pria itu sudah pergi meninggalkan teras rumahnya, tetapi dugaannya salah besar. Andrew justru terduduk di kursi rotan yang ada di teras rumah. Menyandarkan tubuh seakan ia tidak mempermasalahkan sikap Velicia yang menyebalkan beberapa menit yang lalu.
Jika begini, tak ada yang bisa Velicia lakukan selain menghubungi Sharine. Meminta pertolongan perempuan itu agar segera membawa Andrew pergi adalah cara paling ampuh untuk membantu menenangkan perasaan Velicia sekarang.
"Hallo, Sharine. Apakah kau sedang sibuk?" tanyanya segera, tak lama setelah Sharine mengangkat sambungan teleponnya.
"Sebentar lagi aku akan pulang ke rumah. Ada apa? Kau mau menitipkan sesuatu? Kebetulan nanti malam aku juga akan menemuimu di sana."
"Tidak. Aku ingin meminta tolong untuk sesuatu yang lebih penting. Aku rasa, hanya kau yang bisa melakukannya."
"Minta tolong apa?"
Velicia perlahan menceritakan bagaimana ia sempat beradu mulut dengan Andrew yang menyebabkan pria itu kini terduduk di depan teras seakan tidak memiliki niat untuk segera beranjak dari rumahnya.
"Tolong, ya. Aku benar-benar sedang tidak ingin berbicara dengan siapa pun. Aku sedang ingin menyendiri, Sharine. Aku minta maaf."
"Baik, Velicia. Tidak apa-apa. Ibu hamil memang sudah biasa memiliki mood yang berubah-ubah. Aku akan segera mengurus Andrew. Jangan khawatir! Akan aku pastikan dia segera pergi dari sana."
Sambungan telepon itu akhirnya berakhir begitu saja. Meskipun Velicia merasa tidak enak hati, tetapi ia tetap menomor satukan perasaannya yang sedang kacau hari ini. Jika dipaksakan menghadapi Andrew, ia justru semakin takut akan melukai perasaan pria itu.
"Maafkan aku, Andrew. Aku tidak bermaksud apa-apa. Maaf tidak menceritakan tentang pertemuanku dengan Jericho hari ini," ujarnya pelan.
****
"Ada yang bisa aku bantu? Apa yang terjadi?"
Andrew berjalan gontai ke arah Sharine setelah ia keluar dari dalam mobilnya. Sekarang, di hadapannya Sharine tengah bersandar pada pembatas jalan sembari menatap mobilnya yang sepertinya mogok.
"Aku rasa bannya pecah. Aku tidak membawa ban cadangan," ujarnya penuh kebohongan.
Demi memuluskan rencana untuk menolong Velicia, Sharine melakukannya. Membuat ban mobilnya pecah agar Andrew segera datang menemuinya dan meninggalkan rumah Velicia. Meskipun Sharine merasa tak enak hati, tetapi hal tersebut sedikit lebih baik untuk menolong Velicia di sana.
"Kalau begitu aku akan menghubungi seseorang yang bisa mengatasi ini. Aku memiliki teman yang bisa mengurus masalah ini."
Andrew dengan segera menghubungi seseorang yang ia sebutkan beberapa detik lalu. Sementara Sharine, ia meras sedikit cemas. Takut jika kebohongannya terbongkar.
"Dia akan datang secepatnya. Kau bisa ikut denganku untuk pulang. Nanti dia akan membawa mobilmu ke bengkel." Tawar Andrew.
Sharine menganggukkan kepalanya. Kemudian perempuan itu berjalan mengikuti langkah Andrew yang baru saja membukakan pintu untuknya. Setelah berhasil duduk di samping kursi kemudi, Andrew dengan segera menyusul dan menyalakan mobilnya.
"Mobilku tidak akan hilang, kan?"
"Kita akan menunggu beberapa menit sampai orangnya mengambilnya. Tenang saja, mobilmu tidak akan hilang, Sharine."
"Maaf. Aku sedikit was-was."
****
Kebohongan benar-benar membawa untung untuk Sharine. Setelah meninggalkan tempat di mana mobilnya mogok, sekarang Andrew menawarkan makan malam untuk perempuan itu. Tepat di sebuah restauran yang terkenal dengan hidangan lautnya.
"Kau mau memesan apa, Sharine?"
Sharine membulatkan matanya lebar-lebar pada buku menu. Di dalam sana, ia tidak bisa menemukan satu pun menu mengandung perdagingan. Rata-rata semuanya adalah makanan hidangan laut, sampai-sampai Sharine merasa kelabakan sebab dirinya memang memiliki alergi terhadap seafood.
"Baiklah jika kau masih merasa bimbang, tidak masalah. Aku akan menunggumu."
"Andrew ...." Panggil Sharine dengan wajah yang ia angkat perlahan.
"Ada apa? Kau sudah menemukan makanan yang sekiranya cocok dengan lidahmu?"
"Maaf. Tapi aku tidak suka hidangan laut. Aku memiliki alergi pada seafood. Aku minta maaf."
Andrew sedikit terkejut, tetapi dia cukup memaklumi Sharine. Salah dia juga yang tidak memberitahu Sharine terlebih dahulu jika restaurant yang sedang mereka tuju adalah sejenis restauran seafood. Andrew lupa jika tidak semua tubuh manusia bisa menerima seafood dengan baik.
"Tidak. Tidak perlu meminta maaf seperti itu. Kita bisa pergi ke restauran lain. Masih ada banyak restauran yang bisa kita kunjungi. Jangan khawatir, Sharine."
****
Akhirnya mereka berakhir di sebuah restauran spaghetti. Raut wajah Sharine terlihat jauh lebih tenang saat makanannya sudah tersaji di atas meja. Andrew sekilas tersenyum lega ketika perempuan itu mulai menyantap makanannya.
"Omong-omong, kita sudah berteman cukup lama, tetapi aku sama sekali tidak tahu jika kau alergi terhadap seafood. Aku minta maaf."
Sharine hampir saja tersedak, tetapi Andrew dengan cepat menyodorkan minuman kepada Sharine. Lagi-lagi perasaan Sharine tidak tertolong. Ingin sekali ia berteriak karena terlalu bahagia saat Andrew memperlakukannya dengan sangat istimewa seperti itu.
"Kenapa harus meminta maaf? Aku juga tidak tahu apa yang tidak kau sukai dan tidak kau makan."
"Bohong. Aku tahu semuanya. Aku tau apa yang tidak kau makan, dan aku juga tahu apa yang tidak kau sukai dalam makanan."
Andrew mengulas senyumnya. "Sewajarnya aku harus tahu karena kita memang berteman sangat dekat. Justru sangat aneh jika kita dekat, tapi tidak tahu hal sesepele itu."
Sharine berdeham kecil, kemudian perempuan itu memberi kode pada Andrew untuk segera menyantap makanannya. Sebab, jika Andrew terus memancing obrolan, maka bisa-bisa Sharine kehilangan akal dan bisa juga wajahnya semakin tidak terkondisikan akibat memerah.
Sharine sebelumnya tidak pernah membayangkan jika ia akan mengalami hal ini. Makan malam bersama Andrew di satu meja yang sama dengan makanan kesukaannya. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Sharine tidak berhenti berterima kasih kepada Velicia yang sudah meminta tolong kepadanya.
"Setelah kita makan, kita bisa menjemput mobilmu. Sepertinya sudah diperbaiki."
Sebuah kenyataan yang pahit untuk sekedar Sharine dengar. Meski begitu, Sharine tetap memaksakan bibirnya untuk mengulas senyum seramah mungkin agar Andrew tidak bisa melihat raut wajah kekecewaan Sharine.
"Omong-omong, aku ingin bertanya sesuatu padamu."
"Tentang apa? Kenapa terdengar seperti meminta izin terlebih dahulu? Apakah sangat penting?"
"Apakah kau sudah memiliki kekasih? Aku ingin menanyakan soal ini padamu sejak beberapa hari yang lalu, Sharine."
Sharine sangat yakin jika wajahnya sekarang sudah benar-benar memerah. Bahkan kedua bola matanya sangat sulit untuk mengerjap. Sialan! Andrew berhasil membuat Sharine beku di tempat dalam detik itu juga.
****
*mereka selalu merasa benar, paling tersakiti, dan tidak pernah melihat kesalahannya
*mereka kebaperan dan memuja kebaikan pria lain
dalam novel ini jelas2 biang masalahnya adalah velicia dan andrew
*velicia seorang istri tapi masih berhubungan dengan pria lain bahkan lelaki yang tidak disukai suaminya, velicia tidak pernah menjaga perasaan suami dan menjaga dirinya dari fitnah, velicia berbuat semaunya, dekat dengan prian bahkan pergi ke hotel dengan pria lain yang jelas2 bisa menimbulkan fitnah yang bisa melukai perasaan dan harga diri suaminya
*andrew lelaki licik yang selalu licik mendekati dan memberi bantuan pada istri orang yang jelas2 bisa membuat fitnah dan menghancurkan rumah tangga orang, tapi dia tidak peduli karena terlihat jelas andrew menyukai velicia jadi kehancuran rumah tangga velicia itu yang dia harapkan
ini lah masalah kalian wanita dalam membuat novel, kalian selalu membenarkan kelakuan pemeran utama wanita dan selalu membela pebinor
jelas2 novel kalian biang masalahnya adalah velicia dan andrew
tapi..mesti hati2 pada 2 manusia jahat macam mereka 👍😡