Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Kekacauan
"Keluarkan pria asing itu! Kalian jangan kotori wilayah ini dengan melegalkan zina dalam rumah kalian!" teriak warga yang tengah malam mendatangi rumah Andah.
Ojan yang masih bingung mencoba berjalan ke depan berdiri di teras. Dia tidak tahu kenapa kakinya melangkah begitu saja, padahal hatinya sedikit merasa gentar.
"Bapak-bapak semua? Ini sudah malam. Kenapa kembali ke sini? Bukan kah kita sudah sepakat, saya pergi setelah pagi nanti?"
"Alasan! Bilang saja kalian mau melakukannya lagi. Kau itu pasti pelanggannya bukan? Dia itu pekerja malam!" teriak salah satu warga yang datang berbondong-bondong itu.
Mendengar hal tersebut, membuat Andah menjadi gusar. Dia keluar dan berdiri di samping Ojan. "Apa tadi kalian bilang? Pekerja apa? Pekerja malam?"
"Ya, kau wanita pekerja malam!" teriak salah satu warga.
"Kalian harus pergi dari sini! Jika kalian masih di sini hanya membuat masyarakat mendapatkan sial!" ucap salah satu dari mereka.
Dari jauh terlihat ketua RT berlari tergopoh. Dia dibangunkan oleh istri karena ada keributan yang dibuat oleh orang-orang tersebut.
"Kalian mau apa lagi? Kita kan sudah sepakat agar pria ini pergi esok pagi." ucap Pak RT.
"Setelah kami rembukan lagi, kami lebih suka mereka pergi dari sini malam ini juga!" teriak pria yang memimpin aksi.
"Saya harap kalian semua tenang dan jangan main hakim sendiri. Mari kita rembukan kembali dengan kepala dingin. Saudara Ojan ini adalah seorang korban, dia mengalami lupa ingatan. Jadi, sebaiknya kita harus memikirkan jalan keluar yang bijak."
"Kami tidak mau tahu, dia harus pergi saat ini juga." Warga masih kukuh dengan keinginan mereka.
Pak RT segera menarik Andah masuk ke dalam rumah. Di dalam sana Pak RT mendapati Inggrid, tampak cukup kacau. Rianto, ayah Andah duduk terkulai di kursi roda. Di sisi kirinya terlihat sebuah tas yang cukup besar.
"Kalian mau pergi ke mana malam-malam begini?"
"Itu, Pak, anak kurang ajar itu ingin mengusirku dari rumah ini."
Sementara mata Andah melihat tangan Inggrid memegang surat-surat dan kotak perhiasan yang tadi dimasukannya ke dalam tas. Andah bergerak cepat merebutnya kembali.
Aksi saling berebut terjadi lagi. Dengan rasa geramnya pada Inggrid, Andah mendorong Inggrid dengan cukup keras hingga membuat sang ibu tiri terjengkang. Andah berhasil mengambil benda itu dan Inggrid langsung memasang wajah sedih, menangis.
"Bapak lihat sendiri bagaimana kelakuannya padaku kan? Mentang-mentang aku hanya ibu tirinya, Andah begitu semena-mena kepadaku. Bahkan, semua perhiasanku diambilnya. Dia sudah merampokku." ucapnya tersedu-sedu.
"Alah, jangan drama mulu. Pak RT tak akan simpatik melihat tingkah yang dibuat-buat begitu!" rutuk Andah.
Pak RT hanya bisa menggelengkan kepala bingung menghadapi kedua orang ini. Sementara, pria yang diberi nama Ojan menggaruk pelipis juga merasa bingung.
"Ehemmm," Pak RT sengaja berdehem memecahkan adu mulut antara ibu dan anak tiri ini.
"Kami ke sini bukan karena permasalahan kalian berdua. Namun, kami ingin menyelesaikan bagaimana nasib Saudara Ojan yang tinggal di sini."
Setelah beberapa saat, Inggrid duduk di kursi yang cukup jauh. Sementara Andah sengaja memilih duduk di kursi paling ujung yang lain. Di sebelahnya ada sang ayah duduk dengan kepala masih terkulai, terikat di kursi roda.
Di dalam juga ada satu perwakilan warga yang tadinya berbondong-bondong hendak melabrak.
"Mari kita diskusikan ini bersama. Jangan ada yang menyela saat seseorang sedang mengutarakan pendapatnya." ucap Pak RT bersahaja.
Lalu diskusi pun dimulai. Setengah jam berikutnya terjadi perdebatan yang cukup sengit. Andah terlihat marah dan tidak setuju atas pernyataan warga.
"Harus bagaimana cara agar kalian percaya bahwa aku dan dia tidak ada hubungan sama sekali? Kalian mau memeriksa keperawanan saya? Ayo! Kita ke rumah sakit sekarang juga!" tantang Andah.
"Tunggu, kamu jangan marah dulu. Saya punya usul untuk jalan tengah, bagaimana kalau kamu dan Saudara Ojan menikah saja?" tanya Pak RT.
Beberapa detik suasana tiba-tiba menjadi hening. "Menikah?" Andah mendelik melihat pria yang terlihat bingung.
"Menikah?" tanya Ojan menggaruk keningnya.
*
*
*
Ojan dipaksa menghafal lafaz ijab kabul oleh Pak RT. Pak RT sudah mengajarkan apa yang harus dibacakan oleh pria itu.
Saat ini orang-orang penting sekitar rumah Andah, menyaksikan pernikahan yang akan dilaksanakan di KUA, pada pagi harinya. Ayah Andah tidak bisa menjadi wali, digantikan langsung oleh wali hakim yang telah disetujui oleh sang ayah.
Berbalut pakaian dan dandanan sederhana, Andah duduk di samping Ojan. Pria yang baru dikenalnya ini matanya terlihat mengawang ke atas menghafal lafas ijab kabul. Andah merasa ragu akan kemampuan Ojan.
'Dirinya aja dia kagak ingat, apa lagi baca kalimat yang ribet itu,' batin Andah.
Saat wali hakim sekaligus penghulu pernikahan telah duduk di hadapan Andah dan Ojan. Penghulu menanyakan kesediaan pada kedua calon mempelai untuk menikah. Meski merasa terpaksa, Andah tetap menyetujuinya.
Saat penghulu mengulurkan tangan, Ojan langsung menyambut dengan sumringah. Menggoyangkan tangan tersebut bagai mainan.
Semua yang hadir melihat kejadian tersebut mulai ricuh dan meragukan kelayakan calon suami Andah. Andah menyikut lengan Ojan lalu membelalakan matanya. Ojan pun terperenjat dan sedikit lebih tenang.
Setelah itu, Penghulu memulai membacakan ijabnya.
"Saya terima nikah dan kawinnya--" tangan Ojan dikode oleh penghulu hingga pria amnesia ini mengentikan lafaz yang telah dia hafal. Sementara, penghulu belum mulai.
Semua yang hadir semakin ricuh karena Ojan dianggap main-main dalam pernikahan.
"Saudara Ojan, apa kamu tahu kapan waktunya kabul dibacakan dengan lantang?" tanya penghulu.
Ojan menggelengkan kepala. "Saya hanya disuruh membacakan itu kalau sedang salaman dengan Penghulu." ucap Ojan.
"Siapa yang bilang seperti itu?" tanya Penghulu kembali.
"Pak RT."
Semua orang memandang Pak RT. Pak RT membuka kopiahnya lalu menutup wajahnya karena malu.
"Jadi, apa yang Suadara ucapkan nanti dilafazkan setelah saya membaca ijab. Jadi jangan sampai tunggu terjeda. Harus langsung disambung saat kata terakhir. Nanti akan saya panjangkan biar kamu bisa langsung menyambungnya." jelas Penghulu.
Ojan mengangguk dan Penghulu pun mulai dengan ijab pernikahan Ojan dan Andah.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Ojan dengan Andah Permata binti Rianto dengan maskawinnya berupa uang seratus ribu dibayar, tunaaaaaaaaaai."
Namun, setelah beberapa saat Ojan belum menjawab Ijab yang dibacakan oleh Ojan. Hal ini membuat Andah merasa jengkel.
'Jelas aja otaknya lagi sakit, masih aja dipaksa nikah. Semoga gagal terus, biar nikahnya batal,' batin Andah.
"Ehem, sepertinya Saudara Ojan sedang tidak konsentrasi. Mari kita ulangi, saya harap kamu lebih konsentrasi." ucap Penghulu.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Ojan dengan Andah Permata binti Ryanto dengan maskawinnya berupa uang seratus ribu dibayar, tunaaaaaaaaaai."
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???