LUKA ITU PENYEBABNYA
"Kau yakin nak? Wanita seperti dia? Bukan maksud ayah merendahkannya, tetapi dia berasal dari strata sosial yang lebih rendah dari kita. Selama ini ayah dan ibu diam, karena mengira kau hanya sekedar berpacaran biasa saja, lalu putus seperti yang sebelumnya. Tetapi Valerie? Wanita itu anak yatim piatu, ia bahkan memiliki dua adik yang masih harus ia sekolahkan. Tidak nak, jangan dia!"
*****
Direndahkan! Itulah yang Valerie Maxwel rasakan atas penuturan orang tua calon suaminya. Sejak saat itu, ia berjuang untuk dirinya sendiri dan adik-adiknya. Hingga Valerie menjadi seorang Independent Woman, dan memiliki jabatan tinggi di sebuah perusahaan ternama. Valerie pun tak pernah lagi percaya dengan pria, maupun cinta. Namun, kemunculan CEO baru di perusahaannya membuat Valerie bimbang. Pria itu bernama, Devan Horwitz . Pria dengan usia tiga tahun lebih muda dari Valerie. Dan memiliki segudang daya tariknya untuk memikat Valerie.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Semesta Ayi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Punya Sahabat
* * *
Wanita ini tampak fokus bekerja, matanya terus tertuju pada layar laptop di depannya. Ini bahkan sudah masuk jam makan siang, namun Valerie seperti belum menyadarinya. Hingga ia kini sedikit tersentak kala seseorang membuka pintunya. Muncul tiga sosok insan di ambang pintu.
Larissa berkacak pinggang, wanita berusia 30 tahun dengan jabatan asisten HRD menatap Valerie dengan helaan nafas berat. "Makan siang nona Valerie yang terhormat...!"
Arlan, akunting perusahaan berusia 31 tahun pun tersenyum. "Seperti biasa, lupa waktu karena keasyikan bekerja."
Dan kini seorang supervisor tertinggi perusahaan, yakni Arsen berusia 28 tahun mendekat dengan berbagai cemilan sehat di tangannya. Ia meletakkannya di atas meja Valerie. "Untuk calon kakak iparku." ucapnya tersenyum. Ya, Arsen menyukai Liona namun selalu saja di tolak oleh Liona. Namun Arsen tidak menyerah.
Valerie menghela nafas malas, "Kalian suka sekali merusuhiku."
Larissa tertawa kecil, "Hanya kami yang berani merusuhimu di kantor ini Valerie."
Valerie tersenyum tipis, "Kalau kau karena sudah mengenalku sejak lama Larissa.."
Larissa mengangguk, "Bestfriend."
"Jangan lupakan aku, aku juga bestfriendnya." sahut Arlan.
"Tidak! Kau tahu aku tidak mau punya bestfriend lagi." jawab Valerie dengan cuek.
"Ayolah..kita makan siang bersama. Ah ya, ku dengar sudah ada calon pengganti Tn Horwitz, kenapa belum dikenalkan pada kita?" tanya Arlan.
Valerie menatap Arlan, "Belum, kata Tn Horwitz nanti saja beberapa hari sebelum pelantikan."
Mereka mengangguk mengerti, "Aku pernah melihatnya, tampan sekali. Namanya Devan kan?" tanya Larissa.
"Bukankah ia memang lagi trending di kantor ini. Banyak pegawai yang penasaran, tetapi mereka belum tahu siapa pria itu. Apalagi ini hari kedua ia di kantor kan?" tanya Arsen membuka cemilannya sendiri, cemilan buah kering dan ia langsung memakannya.
Larissa memukul tangan Arsen, "Tidak sopan! Kau yang beri, kau juga yang makan."
Mata Arsen membulat, "Aku lupa. Maaf kakak ipar." ucapnya menatap Valerie.
Valerie melirik Arsen dengan malas, "Makan saja semua untukmu. Liona pasti tetap akan menolaknya."
Kedua bahu Arsen merosot lemas, "Tega sekali kau kak."
Larissa dan Arlan pun tertawa renyah, "Kau dengan puteri kami saja bagaimana? Tapi nanti sekitar 15 tahun lagi, karena sekarang puteri kami berusia 7 tahun. Pastikan kau banyak harta ya Arsen, agar kami merestuimu." ujar Larissa.
Arlan mengusak pelan kepala sang istri, "Aku tidak restu. Enak saja, puteriku dengan kakek-kakek nanti."
Arsen tertawa brutal, Valerie juga jadi menahan senyum. Larissa dan Arlan adalah pasangan suami istri di kantor tersebut. Keduanya teman satu kampus Valerie di zaman kuliah. Dan keduanya juga sudah bekerja lama di perusahaan tersebut. Sama dengan Valerie, sudah 8 tahun sebab dulu mereka mengikuti seleksi bersamaan.
Dan kini mereka semua sedikit tersentak kala pintu ruangan Valerie terbuka. Muncul sosok Devan dari sana namun Devan langsung masuk saja tanpa menyadari jika banyak orang di dalam. "Vale...mari makan siang bersama." ajaknya.
Semua mata para rekan Valerie pun membulat menatap Devan, sementara Devan juga baru sadar dan jadi kikuk menatap banyak orang di dalam. Pria itu tersenyum ramah, "Hai semuanya." sapa Devan.
Larissa tersenyum, "Wah..ada yang sudah akrab ini." sindirnya melirik Valerie.
"Sudah punya panggilan kesayangan, Vale tadi katanya kan?" tanya Arlan juga melirik Valerie.
"Apa artinya kakak iparku sudah punya kekasih? Bagus itu, karena kata Liona ia tak mau berpacaran jika kakaknya belum menikah." ujar Arsen dengan santainya.
Plak,
Arsen kini meringis kala pundaknya di pukul oleh Larissa, ia pun mengusapnya. "Pedas sekali tanganmu kak."
"Kau jika bicara sesukamu saja." ujar Larissa mendelik tajam.
Valerie menggaruk pelipisnya, merasa jengah dengan rekan-rekannya tersebut yang selalu merusuhinya. Devan kini tampak mendekat, "Apa kalian ini sahabat nona Vale? Aku juga sahabatnya." ujar Devan.
Mata ketiga rekan Valerie pun membulat, Arlan menatap Valerie. "Sejak kapan kau memiliki sahabat?"
"Diamlah Arlan, ia hanya asal bicara." jawab Valerie.
"Tapi itu serius, kami memang berteman." sahut Devan.
Larissa mengibaskan satu tangannya, "Tak apa, kami juga sering ingin di anggap teman oleh Valerie. Tetapi ia tidak pernah mau."
Arsen kini maju mendekat ke Devan, "Anda calon CEO barukan? Perkenalkan saya Arsen, supervisor di perusahaan ini. Dan calon adik ipar kak Valerie." ucapnya mengulurkan satu tangannya.
Devan tersenyum ramah menjabat tangan Arsen, "Aku Devan Horwitz, senang berkenalan denganmu Arsen. Dan ya, aku sudah melihat adik Vale. Dia sangat cantik, cocok untukmu."
Mata semua insan disana pun membulat, tentu kaget atas penuturan Devan. Larissa mengangkat kedua tangannya, "Sebentar, apa maksudnya ini? Bos Devan sudah bertemu adik-adikmu Valerie? Bos Devan ke rumahmu?" cecar Larissa.
Devan tertawa kecil, "Ya, aku sudah ke rumah nona Vale."
Arlan pun tak kalah kaget, "Oh my ghost, berita mengejutkan apa ini? Aku rasa kalian berdua memang memiliki hubungan yang tak biasa. Maaf bos Devan, kami sangat mengenal Valerie. Dan gadis ini tak akan semudah itu menjalin hubungan dengan lawan jenis." ujar Arlan tampak antusias.
Valerie menghela nafas malas, ia pun berdiri dan berjalan menuju pintu. "Tadi kalian mengajak makan siang bersamakan? Pergi sekarang saja, atau jam istirahat akan usai."
Devan pun tersenyum senang, ia langsung merangkul Valerie hingga menimbulkan keterkejutan lagi bagi rekan-rekan Valerie. Valerie mencoba menepis tangan Devan, "Lepas Dev.."
"Tidak mau."
"Devan!"
"Biar saja." jawab Devan dengan tengilnya.
Keduanya berjalan lebih dulu, di saksikan tiga rekan Valerie. "Aku curiga pada mereka." ujar Larissa.
"Pasti ada something." sahut Arlan.
"Akhirnya kakaknya Liona punya kekasih, ada lampu hijau aku dan Liona jika begitu." ujar Arsen yang mendapatkan tatapan malas dari Larissa dan Arlan.
* * *
"Apa belum juga ada kabar dari perusahaan Horwitz Corp Company?" tanya Tn Coppen.
Joshua menggeleng, "Belum bos."
Tn Coppen sang Direktur menghela nafas berat, "Kita harus bisa bekerja sama dengan perusahaan itu Joshua. Mereka sedang di fase perusahaan terbaik saat ini."
Joshua menatap sang ayah dengan serius, ia menjabat CEO di perusahaan itu. "Kudengar dari salah satu pegawai disana, jika Tn Horwitz akan mengundurkan diri dari jabatan CEO sebab ia sudah terlalu tua. Jabatan itu akan diserahkan ke puteranya. Mungkin akan lebih mudah bagiku meminta kerja sama. Aku akan mencari cara agar bisa bertemu dengan puteranya."
Tn Coppen pun mengangguk, ia menautkan alis menatap Joshua. "Kenapa kau tak menemui Valerie langsung, bukankah kalian dulu saling mengenal. Harusnya itu lebih mudah bagimu."
Seketika Joshua membeku di tempatnya, "Itu..soal itu.."
Tn Coppen tersenyum, "Wanita itu semakin sukses saja. Tak ayah sangka ia bahkan bisa setara kayanya dengan CEO. Namun uniknya ia tetap bekerja jadi asisten CEO dan makan gaji padahal bisnisnya sudah banyak. Gadis itu, sungguh aku suka semangatnya. Seandainya dia dulu menikah denganmu Joshua."
Deg,
Joshua menelan ludah kasar, kedua tangannya pun mengepal erat. Ayahnya memang selalu bicara begitu belakangan ini terutama saat Valerie semakin sukses saja. Tanpa sadar jika dulu Valerie meninggalkan Joshua karena ucapan Tn dan Ny Coppen. Namun Joshua memang tak memberitahu pada orang tuanya, sebab takut menyakiti hati orang tuanya tersebut.
"Maaf ayah, aku tidak bisa. Tapi, kita lihat saja nanti ayah." jawab Joshua yang di sambut anggukan oleh sang ayah.
* * *
jngn lagi di ingat" lelaki plin plan dan egois sprti si joshua itu..bnyk lelaki baik di luar sana yg bisa kau pilih untuk dampingi hidupmu..
joshua lelaki tdk twgas...tdk punya pendirian...apa kah kamu mau lelaki sprri itu untuk pensamping hidupmu vale??pikirkan lah...
boss devan yg tengil tapi mempesona sudah tertarik dgn asistennya... keren ni...