"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Heojija, Uri ...
Dua bulan berlalu, selain Khael, tidak ada yang mengetahui tentang rusaknya hubungan Joon Young dan Tania. Bahkan pria itu sama sekali seperti menghilang, sama sekali tidak lagi menunjukkan batang hidungnya didepan Tania. Sedikit banyak Sony pasti cerita kepada Jessie, keduanya sepakat tidak mencampuri apapun. Meski merek juga sangat kesal dengan kelakuan Joon Young.
Awalnya memang sakit tapi Tania berusah terbiasa, berat sekali memang tapi berhasil juga. Sedikit pun ia tidak berhenti mencintai kekasihnya itu, ia hanya menahan perasaannya. Sudah cukup, sudah cukup ia membujuk Joon Young, meski ia begitu cintanya tapi jika jatuh cinta sendirian lebih baik mundur teratur bukan?
Bahkan ia juga bingung apakah mereka memang sudah putus atau apa, belum terucap kalimat perpisahan antara keduanya, mereka hanya diam di posisi masing-masing.
Joon Young Sudah menandatangani berkas-berkas penting sebagai persyaratan atau lebih tepatnya pegangannya sebagai utusan dari Emery Hospital menuju Haesung Medical Center.
"Tania udah tahu belum?", seru Bryan yang ternyata sudah menunggu di sisi kiri pintu ketika ia keluar dari ruangan profesor. Ia menatap Bryan dengan tajam dan hendak melangkah pergi.
" Oh ternyata belum ya."
"That's not your bussiness."
"Kalau itu menyangkut Tania, itu urusan gua juga, dan momen ini menguntungkan banget buat gua sebenarnya." seru Bryan tersenyum sinis. Untungnya Joon Young ingat itu adalah rumah sakit Jadi ia hanya bisa mengepal tangannya, meski sebenarnya ia ingin sekali merobek mulut Bryan.
Malam harinya Tania sudah duduk manis di sebuah bangku taman di rumah sakit Emery. Ia tidak berpikir yang lain-lain dan sama sekali tidak terlintas di pikirannya untuk bertemu Joon Young, iya murni hanya ingin bertemu dengan Sony yang akan memberikannya obat tidur pesanannya.
Sembari menunggu Sony yang sudah lebih dulu dikabarinya bahwa ia telah tiba, ia mengutak-atik ponselnya sembari melihat apa trending topik hari ini di B*tchtagram, dan tidak ada yang menarik baginya satupun, Ia hanya mengeluskan jari jempolnya ke atas dan ke bawah di benda pintar datar itu berusaha membunuh bosannya menunggu Sony yang tak kunjung datang.
Tanpa ia sadari dari kejauhan ada sepasang mata yang menatapnya Sendu. Orang yang sudah berbulan ini Menghilang dari pandangannya, orang yang juga mati-matian dihindarinya. Ia menatap sedih dari kejauhan. Siapa lagi kalau bukan Dokter Jung.
Tania duduk di bangku taman yang kurang terkena cahaya lampu, bias cahaya ponsel yang sedang menghadap wajahnya hanya Tunjukkan bahwa seorang manusia sedang duduk di sana.
"Dengar-dengar sih udah disetujuin sama dokter Jung, Wah gila sih kalau gua jadi pacarnya gue nggak bakal sanggup LDR selama itu. 2 tahun men Coba lu bayangin. Belum tentu juga tuh 2 tahun bisa lebih kayaknya." dialog dua orang Dokter wanita yang sedang berjalan bersama, membuat pikiran Tania spontan kacau.
LDR ? Maksudnya gimana?
Ini dokter cowok gua kan? Masih bisa dibilang cowok gua nggak sih?
2 tahun? 2 tahun apa?
Seketika yang mengeluarkan ponselnya dan mengontak satu nomor yang sudah lama sekali tidak dihubunginya.
Pak Dok dengan 💜
📞 Ha-lo...
Suara yang Terdengar agak kaku mengangkat telepon Tania.
📞 Aku lagi di taman rumah sakit, ada urusan sama Sony. Sonynya belum datang dari tadi, Kalau kamu nggak sibuk tolong kamu datang ke sini segera, ada yang mau kutanya. Itupun kalau kamu sempat.
Joon Young yang memang sejak tadi Masih Berdiri mematung memandanginya dari kejauhan agak ngeri mendengar nada bicara Tania, sekaligus juga ia penasaran ada apa. Dengan langkah yang agak pelan Ia pun menuju ke mana arah gadisnya itu berada.
Tania sedikit terperanjat Ketika menemukan presensi Joon Young ketika ia mengedarkan pandangannya beberapa meter ke depan. Pria itu masih sama tenang, tampan dan bersinar. Kini ia berada tepat di depan Tania dan duduk bersebelahan. Meski ada jarak diantara mereka di bangku taman itu, sungguh ini adalah jarak terdekat mereka selama dua bulan terakhir ini.
"Joon Youngah."
"Ohh? W-wae?", gagap Joon Young. Hatinya agak sedikit berdebar.
"Aku nggak tahu hubungan kita ini sekarang apa, kamu siapa, dan aku siapa rasanya itu nggak penting lagi untuk aku pertanyakan."
"Kenapa?", tanya Joon Young akhirnya.
"Yahh... Karena memang nggak perlu? Untuk apa? Udah nggak usah bahas itu lagi, aku nggak sengaja dengar tadi dari dokter yang baru aja lewat di depan aku. Katanya kamu mau pergi. Mau pergi ke mana?".
"Ayo aku antar kamu pulang." tawar Joon Young.
"Aku bisa pulang sendiri, aku cuma nanya itu, apa jawab itu aja terlalu sulit buat kamu?", Tania sekuat tenaga menahan tangisnya.
"Tunggu di sini sebentar aku ambil mobil dulu, aku antar kamu pulang malam ini."
Tania hanya bisa diam berusaha menetralkan detak jantung dan pernapasannya. Setelah tidak berinteraksi selama lebih dari dua bulan rasanya memulai percakapan seperti itu saja benar-benar menguras tenaganya, sepeninggal Joon Young ia bahkan berkali-kali menarik nafas panjang dan menghempaskannya kuat-kuat.
Hingga akhirnya Lexus berwarna abu-abu itu berhenti tidak jauh darinya, Joon Young turun dari sana dan menjemput Tania yang masih duduk di bangku taman.
Melihat Joon Young yang berjalan ke arahnya ia buru-buru melangkah seolah-olah hendak menghampiri pria itu tapi ia melewatinya begitu saja, hingga Joon Young pun menghentikan langkahnya.
"Kamu mau ke mana tapi mau ngajak pulang bareng, ayo." seru Tania dingin.
"I-iya."
Sepanjang perjalanan tidak ada yang memulai percakapan, keduanya diam cosplay batu sungai. Hingga akhirnya mereka sampai di depan apartemen studio Tania. Suasana sangat tenang dan dingin.
"Taniaya...", seru Joon Young pelan.
"Ayo jawab pertanyaan aku tadi, aku nggak mau buang-buang waktu kamu yang berharga, kan kamu orang sibuk."
"Taniaya ..."
"Dokter Jung, tinggal jawab Apa susahnya sih? Kamu mau ke mana? Aku cuma tanya itu. Terlepas dari gimana kita sekarang, apa apa benar-benar aku nggak sepenting itu Joon Youngah??", air mata Tania sudah luruh tanpa permisi.
Apa Aku memang nggak berhak untuk tahu apa-apa lagi tentang kamu? Se nggak penting itu ya aku?". tangisnya benar-benar pecah.
Deg
"Heojija ... uri."
Deg
Prak
Patah sudah
Tania spontan terdiam, bahkan sesegukannya spontan berhenti, meski air matanya mengalir lebih deras."
"Ayo kita berhenti disini, Tania ya..."
.
.
.
Jahat banget lu dokter Jung😭
.
.
.
Tbc ... 💜