Anastasia, wanita berhijab itu tampak kacau, wajahnya pucat pasi, air mata tak henti mengalir membasahi wajah cantiknya.
Di sudut rumah sakit itu, Ana terduduk tak berdaya, masih lekat diingatannya ketika dokter memvonis salah satu buah hatinya dengan penyakit yang mematikan, tumor otak.
Nyawanya terancam, tindakan operasi pun tak lagi dapat di cegah, namun apa daya, tak sepeser pun uang ia genggam, membuat wanita itu bingung, tak tahu apa yang harus di lakukan.
Hingga akhirnya ia teringat akan sosok laki-laki yang telah dengan tega merenggut kesuciannya, menghancurkan masa depannya, dan sosok ayah dari kedua anak kembarnya.
"Ku rasa itu sudah lebih dari cukup untuk wanita rendahan seperti mu... ."
Laki-laki kejam itu melempar segepok uang ke atas ranjang dengan kasar, memperlakukannya layaknya seorang wanita bayaran yang gemar menjajakan tubuhnya.
Haruskah Anastasia meminta bantuan pada laki-laki yang telah menghancurkan kehidupannya?
IG : @reinata_ramadani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinata Ramadani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memendamnya Sendiri
°°°~Happy Reading~°°°
Setengah jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah toko bunga yang masih terkunci rapat.
Ana memarkirkan sepeda motor nya di samping toko, menggandeng kedua tangan mungil si kembar untuk di ajaknya memasuki tempat kerjanya.
Begitu memasuki toko, si kecil Maurin langsung melajukan kakinya menuju tempat keramatnya. Sebuah bilik kecil di bawah meja kerja Ana yang di gunakan gadis kecil itu sebagai tempat persembunyian yang dipenuhi dengan mainan-mainan kesukaannya.
Berbeda dengan Maurin yang asik bermain dengan mainan-mainannya, si kecil Mallfin memilih untuk membantu sang mommy menyiapkan bunga-bunga pesanannya.
Bocah laki-laki itu tampak mondar-mandir kesana kemari mengambilkan bunga yang akan di rangkai oleh sang mommy.
Berkali-kali Ana mencoba melarangnya, namun bocah laki-laki itu tetap bersikukuh membantu sang mommy dengan alasan tak ada kerjaan.
Bocah laki-laki itu benar-benar dewasa sebelum waktunya.
Prang...
Ana tersentak saat bunyi benda jatuh itu menggema di tengah sunyi yang tercipta. Membuatnya sontak menatap pada asal suara.
Dan betapa terkejutnya saat ia mendapati sang putra kini tengah meringkuk di depan bunga-bunga yang berserakan.
"Sayang... ."
Buru-buru Ana beranjak dari duduknya, berlari menghampiri sang putra yang masih terdiam kaku, hanya duduk meringkuk dengan tatapan kosong menatap pada bunga-bunga yang berserakan di depannya.
"Sayang... Mallfin tidak apa-apa kan? Apa ada yang terluka?" Ana memeriksa sekujur tubuh sang putra penuh kecemasan. Tak ada luka yang tercipta.
Namun, bocah laki-laki itu bahkan tak bergeming sedikitpun. Ia bahkan tak menimpali perkataan sang mommy sepatah katapun. Tatapan nya kosong menatap pada tangkai-tangkai mawar yang berhamburan di depannya.
"Sayang... Mallfin... ."
Suara penuh kecemasan itu akhirnya berhasil menyadarkan Mallfin dari lamunannya. Bocah laki-laki itu lantas menatap wajah sang mommy dengan tatapan yang sulit untuk di artikan.
"Sayang... Mallfin tidak apa-apa kan, apa ada yang sakit, heummm?" Jelas Ana khawatir saat menatap pada raut wajah sang putra yang tampak pasi penuh keterkejutan.
Tanpa sepatah kata, bocah laki-laki itu menggeleng lemah. Pandangannya kemudian beralih pada puluhan tangkai mawar merah yang kini berserakan dengan mengenaskan.
"Mommy... Bunga nya--"
"Mallfin-- Mallfin tidak sengaja menjatuhkan nya. Bunganya rusak. " tunduk mallfin penuh penyesalan.
Raut wajah cemas itu seketika memudar terganti oleh senyum simpulnya. Ana akhirnya bisa bernafas lega. Tak apa jika bunga-bunga itu hancur tak bersisa. Setidaknya, tidak terjadi apa-apa pada sang putra tercinta.
"Tidak apa-apa sayang, tidak apa-apa. Yang penting Mallfin baik-baik saja. Mommy sudah sangat bersyukur."
*****
Hari berganti hari, terlihat bocah laki-laki itu tengah duduk di teras rumahnya. Tatapannya kosong menatap pada dedaunan kering yang gugur diterpa angin.
Ingatannya kembali menerawang pada kejadian beberapa hari lalu. Saat tiba-tiba tubuhnya kehilangan keseimbangannya. Kedua kakinya mendadak kehilangan kekuatannya untuk bisa menopang berat tubuhnya yang tak seberapa. Membuat ia akhirnya terjatuh dan merusak puluhan bunga mawar yang hendak di rangkai sang mommy tercinta.
Hal janggal itu terus saja berputar dalam pikirannya. Tak ada jawaban yang bisa ia dapatkan. Ia hanya bisa memendamnya sendiri alih-alih mengeluh pada sang mommy yang akan sangat khawatir dibuatnya.
"Apin Apin... Apin antellin Mollin main ke taman bellmain yuk... ."
🍁🍁🍁
Annyeong Chingu
Anterin ngga yah, hehehe
Happy reading
Saranghaja 💕💕💕