NovelToon NovelToon
Amanah Cinta Yang Ternoda

Amanah Cinta Yang Ternoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Konflik etika / Selingkuh
Popularitas:5.5k
Nilai: 5
Nama Author: FR Nursy

Naya seorang istri yang sedang hamil harus menerima takdir ditinggal suaminya karena kecelakaan. Pada saat sedang dalam perjalanan ke kampung halaman, suaminya yang bernama Ammar jatuh dari Bus antar kota yang ugal-ugalan.

Sebelum Ammar tewas, dia sempat ditolong oleh sahabatnya yang kebetulan mobilnya melintas di jalan tol. Tak disangka Ammar menitipkan amanah cinta kepada sahabatnya bernama Dikara yang berprofesi sebagai dokter.

Padahal saat itu Dikara sudah bertunangan dengan seorang wanita yang berprofesi sama dengannya.

Akahkah Dika menjalani amanah yang diberikan sahabatnya? Atau dia akan tetap menikahi tunangannya?

Apakah Naya bersedia menerima Dikara sebagai pengganti Ammar?

Cinta adalah amanah yang diberikan Allah SWT terhadap pasangan. Namun bagaimana jadinya jika amanah itu dinodai oleh pengkhianatan?

Yuk lah kita baca selengkapnya kisah ini!

Happy reading!💕

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FR Nursy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11 Naya Junior Lahir

Dikara menatap Naya yang masih memejamkan matanya. Dikara harus membangunkan Naya agar bisa dilakukan operasi cesar secepatnya, namun ia tidak bisa membangunkannya sendiri. Ia meminta dr. Meila yang berada di sampingnya untuk membangunkan Naya.

Dokter Meila mengangguk, ia segera mendekati Naya dan memeriksa kondisinya.

"Dokter Dikara, saya rasa Bu Naya mengalami kelelahan yang sangat berat. Kita harus berhati-hati dalam membangunkannya," kata dr. Meila dengan nada yang tenang.

Dikara mengangguk setuju. "Ya, dok. Tolong, dokter harus membantu saya membangunkan Bu Naya. Kita tidak memiliki waktu banyak untuk melakukan operasi cesar ini,"

Dokter Meila kemudian memulai proses membangunkan Naya dengan hati-hati dan perlahan-lahan.

Dokter Meila memulai dengan memanggil nama Naya secara perlahan-lahan, kemudian ia memijat pelan-pelan tangan Naya untuk membangkitkan kesadarannya.

Dikara memantau kondisi Naya dengan cermat, siap untuk melakukan tindakan yang diperlukan jika kondisi Naya memburuk. Setelah beberapa saat, Naya mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran.

"Ssshhhh..." Naya mendesis.

"Bu Naya sudah bangun? Kami harus melakukan operasi caesar sekarang juga," kata dr. Meila dengan nada yang lembut namun tegas.

Naya perlahan-lahan membuka matanya, menatap dr. Meila dan dr. Dikara dengan pandangan yang masih kabur. Ia mencoba berbicara, namun suaranya lemah dan terputus-putus.

"Apa... apa yang terjadi, dok?" tanyanya lirih.

Dikara segera menjelaskan situasinya kepada Naya.

"Bu Naya, Ibu mengalami komplikasi saat melahirkan. Kami harus melakukan operasi caesar untuk menyelamatkan Ibu dan bayi," Naya menatap Dikara dengan mata yang lemah, namun masih bisa menunjukkan kepercayaan diri dan harapan.

Dikara melihat kepercayaan diri dan harapan di mata Naya, dan ia merasa yakin bahwa Naya akan bisa melewati proses ini dengan baik.

"Jangan khawatir, Bu Naya. Ibu harus kuat ya!" kata Dikara dengan nada yang tenang dan meyakinkan.

Naya mengangguk, menunjukkan bahwa ia siap untuk melalui proses operasi caesar.

Naya menatap Dikara dengan mata yang lemah, namun masih bisa menunjukkan kekuatan dan ketabahan. Ia mengangguk pelan-pelan, menunjukkan bahwa ia siap untuk melakukan operasi caesar.

"Baik, dok...aku siap..." katanya lirih, suaranya masih lemah namun penuh tekad.

Dikara memberikan instruksi kepada tim medis untuk memulai operasi cesar. Ia kemudian memandang Naya dengan mata yang penuh empati dan berkata,

"Kita mulai ya Bu," ujarnya lembut.

Dia kemudian memberikan isyarat kepada tim medis untuk memulai operasi.

Anestesi spinal diberikan kepada Naya sehingga dia tidak akan merasakan sakit saat proses operasinya.

Dikara dan tim medis kemudian memulai operasi caesar dengan hati-hati dan teliti. Mereka bekerja sama dengan cepat dan efisien, berusaha untuk menyelamatkan Naya dan bayinya.

Dengan memakai masker, Dikara menangani istri Ammar dengan penuh tanggung jawab.

Dikara memotong bagian perut dengan pisau bedah yang tajam dan steril, kemudian melanjutkan proses operasi dengan membuat sayatan dengan ukuran sekitar 10-20cm di bagian bawah pusar, memotong lapisan bawah perut hingga mencapai rahim. Dengan bantuan tim medis yang terlatih, Dikara berusaha untuk mengeluarkan bayi Naya dengan selamat.

Oeeek

Oeeek

Oeeek

Seorang bayi perempuan cantik lahir dengan selamat. Dikara memejamkan matanya, air matanya merembes keluar. Ia merasa terharu.

Dikara membuka matanya dan menatap bayi perempuan yang baru lahir dengan penuh kasih sayang. Ia merasa bahwa bayi tersebut adalah sebuah anugerah yang sangat berharga, dan ia merasa terhormat dapat menjadi bagian dari proses kelahirannya.

Dikara mengambil napas dalam-dalam dan berusaha untuk mengendalikan emosinya. Ia tahu bahwa ia harus tetap profesional dan fokus pada tugasnya sebagai dokter. Namun, ia tidak bisa menyangkal bahwa kehadiran bayi tersebut telah menyentuh hatinya dengan cara yang sangat dalam.

Setelahnya, Dikara menyerahkan bayi itu kepada seorang suster untuk langsung dibersihkan sementara ia kembali melakukan tugasnya dengan dibantu tim medis.

Setelah semua proses operasi caesar yang menghabiskan waktu hampir satu jam itu, Dikara akhirnya bisa bernapas lega.

Dokter Meila langsung meninggalkan ruang operasi begitu tindakan selesai. Sementara Dikara masih ada di ruangan. Baru saja Dikara hendak keluar, Naya memanggilnya dengan lirih.

"Dok... tolong jangan pergi..."

Dikara menatap istri Ammar dengan kesedihan yang mendalam.

"Ya aku di sini,"

"Dokter tahu bukan, suamiku baru saja meninggal? Anakku yatim begitu lahir. Aku tidak bisa membayangkan aku akan hidup seperti apa tanpa suami di sisiku," mata Naya menerawang ke atas, berharap air matanya tidak tumpah di hadapan dokter yang tidak ia kenal.

Dikara merasa terharu mendengar kata-kata Naya yang penuh kesedihan. Ia dapat merasakan betapa besar kehilangan yang dialami oleh Naya, dan ia merasa ingin membantu dan memberikan dukungan.

"Aku tahu, Bu Naya," kata Dikara dengan suara yang lembut.

"Aku sangat menyesal atas kehilangan suami Ibu. Tapi aku ingin Ibu tahu bahwa Ibu tidak sendirian. Aku akan selalu ada di sini untuk membantu Ibu dan mendukung Ibu, tidak hanya sebagai dokter, tapi juga sebagai teman." Dikara mengambil napas dalam-dalam dan melanjutkan, "Anda pasti kuat, Bu Naya. Ibu bisa melewati ini. Dan aku akan selalu ada di sini untuk membantu Ibu,"

Naya terisak, "Tapi dok, pasti biaya persalinan cesar ini sangat mahal. Aku tidak memiliki uang untuk membayarnya. Aku harus gimana dok? Sementara aku jauh dari keluargaku. Ponselku...Ya Allah ponselku hilang saat kejadian itu, dompetku, tasku, semuanya hilang,"

Dikara mendengarkan Naya dengan empati dan memahami kesulitan yang dihadapinya. Ia mengambil napas dalam-dalam dan berkata dengan suara yang lembut,

"Jangan khawatir tentang biaya persalinan, Bu Naya. Aku yang akan mengurusnya. Ibu tidak perlu memikirkan hal itu. Yang penting sekarang adalah Ibu dan bayinya baik-baik saja."

Dikara kemudian melanjutkan, "Tentang ponselmu, jangan khawatir. Aku akan membantumu mencari cara untuk menghubungi keluargamu. Kalau Ibu masih ingat nomor keluarga Ibu, silakan menghubunginya lewat ponselku,"

Naya mengangguk dengan mata yang masih berair, merasa lega bahwa Dikara bersedia membantunya.

"Terima kasih, dok. Aku sangat berterima kasih atas bantuanmu. Aku tidak tahu apa yang akan aku lakukan tanpa bantuanmu." ujar Naya penuh haru.

"Aku hanya ingin keluargaku tahu bahwa aku dan bayiku baik-baik saja," lanjutnya dengan lebih tenang.

Tidak lama kemudian seorang suster datang dengan membawa bayinya yang selesai dibersihkan.

Naya memandang bayinya yang dalam gendongan suster, kemudian menerima bayi tersebut dengan terharu dan air matanya kembali mengalir.

Baru saja dr. Dikara akan pergi, ia mendengar suara Naya memintanya kembali untuk tetap di sampingnya.

"Dok bolehkan aku meminta sesuatu lagi?"

Dikara mengeryitkan keningnya, seraya tersenyum.

"Tentu saja, apa?" tanyanya lembut.

"Tolong azani anakku!"

Dikara menatap seorang bayi mungil yang berada di dekapan Ibunya. Dikara tersenyum lembut dan mengangguk.

"Tentu saja, Bu Naya. Aku akan mengazani anakmu,"

Dikara menghampiri Naya dan mengambil bayi tersebut. Dikara kemudian mengambil napas dalam-dalam dan membacakan azan dengan suara yang lembut dan jelas,

"Allahu Akbar... Allahu Akbar..." Suara azan yang dibacakan Dikara terdengar sangat indah dan menyentuh hati, membuat Naya merasa lega dan tenang.

Dikara merasa ada sesuatu yang menghangatkan hatinya ketika ia mencium bayi tersebut. Ia merasa seolah-olah bayi itu adalah bagian dari dirinya sendiri, dan ia merasakan rasa cinta dan tanggung jawab yang sangat kuat.

Dikara merasa bahwa ia ingin melindungi dan merawat bayi itu, dan ia merasa bahwa ia sudah siap untuk menjadi ayah.

Dikara merasa bahwa kehadiran bayi tersebut telah memberinya inspirasi dan kekuatan untuk melanjutkan amanah yang diberikan Ammar padanya. Ia merasa bahwa ia telah menemukan tujuan dan arah yang jelas, dan ia siap untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melaksanakan amanah tersebut.

Namun, Dikara juga menyadari bahwa keputusan ini tidaklah mudah, dan ia harus memastikan bahwa ia telah membuat keputusan yang benar. Oleh karena itu, ia tetap akan melakukan istikharah untuk meminta petunjuk dan bimbingan dari Allah, agar ia dapat membuat keputusan yang tepat dan menenangkan jiwanya.

Siapapun yang akan dipilih sebagai istrinya kelak, ia berharap keputusannya tidak akan menyakiti salah satunya.

Namun apakah sesederhana itu?

1
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
aduh tolong dong ganti kata, yang lebih tepat kayaknya sangat menyayanginya bukan mencintainya 😭
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
dilema ya, amanah atau cinta, sulit sekali ya
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
Naya oon lelet bikin jengkel juga, malas mah kalau lemot gini
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
kayaknya Reno pernah ada hubungan dengan Naya
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
wah anak Naya sudah lahir dengan selamat, selamat Naya🙂
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
wah sebentar lagi dia akan ketemu Naya, istri dari almarhum sahabatnya itu
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
hanya di novel rumah sakit seperti ini coba di rill beh ribet dan banyak dramanya, malas deh
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
aduh semoga Naya dan baiknya selamat, walau sekarang kamu sudah gak punya suami tapi nanti ada
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
sedih, yang kuat naya, walau sedih tapi ingat masih ada nak mu🥺
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
jangan poligami, harus pilih salah satu, semoga dapat ambil tindakan yang tepat
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
astaga amanah yang cukup sulit ya, tapi apakah bisa menjalankan amanah itu 🥺
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
semoga suamimu cepat di temukan dan semoga dia masih hidup 😢
🍒⃞⃟🦅🥑⃟puyobocahtengil☠️⃝⃟ⱽᴬ
nahlohhhh, gmna tuh smua it kn drama dunia /Smile/
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
astaga, semoga mas Ammar baik baik saja, dan semoga Tidka sesuai dengan yang aku pikirkan sebelumnya 🙏
🍒⃞⃟🦅🥑⃟puyobocahtengil☠️⃝⃟ⱽᴬ
kesedihan kmbli menyapa.
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
nah kan, kalau aku mending tunggu deh dari pada ambil resiko yang berbahaya
🦢sIhirWanitapenggodA •§͜¢•🦢
aduh kok aku jadi parno ya, seperti akan terjadi sesuatu dengan mereka /Grievance/
Ney Maniez
bisa kok amanah nya dengan cra menyokong kebutuhan c kecil,
tp bukan tanggung jawab Dika juga klo nikah inn...
jodoh kan di tangan author 🤭🤭
Ney Maniez
waduhhh gagabah😌
Ney Maniez
manaa add clon suami mau nikah, trs berpaling,,, siapa yg memahami 😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!