Janetta, gadis empat puluh tahun, berkarier sebagai auditor di lembaga pemerintahan. Bertahan tetap single hingga usia empat puluh karena ditinggalkan kekasihnya yang ditentang oleh orang tua Janetta. Pekerjaan yang membawanya mengelilingi Indonesia, sehingga tanpa diduga bertemu kembali dengan mantah kekasihnya yang sudah duda dua kali dan memiliki anak. Pertemuan yang kemudian berlanjut menghadirkan banyak peristiwa tidak menyenangkan bagi Janetta. Mungkinkah cintanya akan bersemi kembali atau rekan kerja yang telah lama menginginkan Janetta yang menjadi pemilik hati Janetta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arneetha.Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7
'Apa-apaan ini ?” bentaknya kepada Rachel.
“Aku pacarmu, dan aku tidak akan membiarkanmu berdua dengan perempuan ini.” tukas Rachel dengan ketus dan sungguh tidak sopan. Aku jelas-jelas lebih tua dari dia dan juga merupakan atasannya di kantor.
“Kita sudah putus. Kamu jangan obsesif begini donk” Reyvan masih marah dan memelototi Rachel.
Aku risih berada di tengah pertengkaran mereka. Aku sudah lama mengenal Reyvan, dan jelas aku tahu bagaimana baik dan gentle-nya Reyvan. Mungkin karena itu juga Rachel tidak terima diputuskan oleh Reyvan. Dan ujung-ujungnya malah melibatkan aku diantara hubungan mereka. Padahal menurut Reyvan, mereka sudah putus jauh sebelum aku datang ke kota ini, dan penyebabnya adalah Rachel yang berkomunikasi mesra dengan mantannya, terlalu posesif dan membuat Reyvan merasa terkekang.
“Rey, selesaikan dulu ya urusanmu dengannya. Aku pergi sendiri saja." Ujarku pada Reyvan.
“Tapi, tunggu Jane,”cegah Reyvan.
“Sudah. Tidak apa, Rey. Aku percaya sama kamu. Tenang saja, ini tidak akan berpengaruh apa-apa. Bicara baik-baik padanya.” ucapku dengan lembut untuk menenangkan Reyvan.
“Tapi, Jane..” Reyvan berusaha menahanku.
“Rey..” pandangku dan dia menyerah.
“Baiklah,” jawabnya sambil menghela nafas berat dan aku turun dari mobilnya, kembali menuju lobby dan memesan tranportasi online.
Mobil Reyvan meluncur keluar dari parkiran kantor dan aku tidak menghiraukan pandangan beberapa security dan pegawai yang masih ada di lobby kantor. Yah, inilah aku, seorang manusia yang sudah terbiasa menjadi bahan gosip di kantor. Seorang perawan tua yang seringkali dikira mau merebut pacar atau suami orang. Aku awalnya jengah, tapi lama-lama tidak peduli dan akhirnya malah mengecilkan dunia pergaulanku. Aku si perawan tua yang hidup menyendiri dan menyepi. Dulu sih tidak enak, tapi sekarang aku sudah terbiasa, bahkan kadang geli sendiri menanggapi omongan-omongan tidak pantas tentangku.
Aku baru selesai makan dan menuju toko kosmetik untuk mencari item yang kubutuhkan ketika nomor ponsel Reyvan tertera di layar ponselku. Kuputuskan tidak menjawab teleponnya dan menyelesaikan urusanku secepatnya di mall SP.
Sesampainya di kost, aku melihat Reyvan sudah duduk di depan pintu masuk kost. Aku menghela nafas, aduh orang satu ini harusnya pulang saja ke rumah untuk istirahat. Dia bisa saja menemuiku besok.
“Kenapa kamu tidak angkat telepon dariku ?” tanyanya dengan nada kesal. Aku tersenyum. Terkadang bagiku dia sudah seperti adikku sendiri.
“Kamu sudah makan ? Aku ada roti ini,” ucapku sambil menawarkan roti yang kubeli di mall SP tadi padanya.
“Jane, aku perlu bicara. Roti atau makan nggak penting sekarang,” katanya masih memburu.
Aku mengajaknya duduk, meletakkan roti di tangannya, dan membukakan air mineral untuknya. Melihatku memaksa, akhirnya dia menerima dan memakannya.
“Nggak ada yang perlu kamu jelaskan padaku, Rey. Aku paham benar siapa kamu. Kondisi tadi tidak membuatku lantas berpikiran jelek padamu. Aku juga sudah tidak muda lagi untuk ikut-ikutan emosional seperti kalian. Hanya saja saranku, kamu harus jelaskan pada Rachel, bahwa kalian putus itu bukan karena aku. Jangan bawa aku dalam pertempuran kalian. Selesaikan baik-baik ya dengannya”kataku sambil menatapnya. Reyvan menenggak habis air mineral di botol.
“Maaf, Jane. Hubungan kami memang sudah tidak sehat sejak setahun lalu. Aku lelah menghadapi sikap kekanak-kanakannya. Awalnya dia mulai menerima, sampai entah dia dapat kabar darimana, kalau ketua tim yang baru pindah kesini adalah mantan pacarku. Padahal aku juga sudah menjelaskan bahwa kita tidak pernah berpacaran. Tapi tetap saja dia menganggap aku meninggalkannya karena ingin kembali ke kamu. Ini yang buat aku nggak enak. Aku membuat kamu terganggu dengan situasiku, sementara tidak pernah sedikitpun aku ingin kamu terluka, Jane,” ucapnya dengan tatapan tulus yang membuatku jengah.
“Yah, apa boleh buat. Sepertinya ini sudah jadi jalan hidupku ya. Dimana pun aku berada, seringkali dianggap mengganggu pasangan orang lain. Nasib jadi perawan tua, Rey.”ucapku dengan senyum mengembang.
“Aku senang melihatmu tersenyum,”kata Reyvan.
“Tapi aku akan lebih senang lagi kalau kamu mau mengganti status perawan tuamu itu menjadi istriku,” kata Reyvan dengan tenang sekali sampai bikin aku terkejut dan cegukan.