TAHAP REVISI PERBAIKAN MUNGKIN AKAN ADA BANYAK KATA YANG DI UBAH BIJAK LAH DALAM MEMBACA 🙏
Menceritakan kisah seorang gadis bernama Adinda Amaliya yang rela menggantikan kakaknya menikah karena kabur di hari pernikahan nya, karena belum mengenal calon suaminya bahkan bertemu saja tidak .
Farel Maherza Argadinata, itulah nama nya, pria yang terkenal Dingin dan Arogan, pria yang bahkan sangat membenci pernikahan, karena luka di masa lalu nya, dan karena desakan Papanya pun pria itu mau menikah, dengan gadis yang sangat mirip dengan masa lalu nya.
Apa kah Dinda sanggup menghadapi kemarahan pria itu, jika pria itu tahu kalau wanita yang akan menikah dengan nya kabur atau justru Dinda bisa merubah pria itu?
Dan bagaimana setelah kakaknya tahu jika pria yang di tinggalkannya adalah pria kaya dan sangat tampan? .
Di bumbui dengan kisah persahabatan dan konflik .
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anisa Kalista putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di Jadikan Pelayan
Farel berjalan menuju meja makan, di mana semua orang sudah menunggu nya, sementara Dinda mengikuti nya dari belakang dengan sedikit takut, ketika ketiga wanita menatap nya dengan tajam, akhirnya Dinda pun menundukkan kepalanya sambil mengikuti Farel .
Sampai lah tepat di meja makan, Pa Beni sigap menarik kursi untuk Farel duduk, membuat Farel langsung duduk.
"Hari Minggu tetap bekerja? bukan nya biasanya kamu libur?" tanya nyonya besar pada putranya .
"Aku sibuk Mah, banyak kerjaan yang harus aku urus," jawab Farel tanpa melihat nyonya besar .
Sementara papa nya hanya diam tidak ingin bicara, karena dia tahu putranya masih marah padanya, Dinda hanya berdiri mematung di belakang Farel, sambil menunduk, keringat dingin mulai membasahi wajahnya. Farel yang baru menyadari gadis tersebut akhirnya mengisyaratkan adiknya untuk geser namun adiknya juga tak kunjung mengerti .
"Geser Stella," ucap Fikram menatap putri bungsunya karena tahu maksud putranya itu.
"Aku? kenapa Aku harus geser?" tanya Stella yang tidak mengerti .
Fikram pun menatap putri nya dengan tajam, akhirnya mau tak mau Stella pun geser dengan bersungut-sungut .
Dinda hendak melangkah kan kakinya karena merasa tidak di inginkan namun tiba-tiba .
"Kau mau kemana? duduk !" panggil Fikram menyuruh Dinda untuk duduk.
Dinda, pun mau tak mau akhir duduk, dengan berhadapan posisi dengan ibu mertua nya, yang menatap nya dengan tajam. Sementara Farel hanya bergeming. Dinda pun duduk dan mengambil makanan tanpa memperdulikan sorot mata tajam ketiga wanita di meja makan. semua orang pun hening tanpa ada yang bersuara, Dinda pun makan meski ada rasa tidak nyaman saat makan, karena hawa dingin terus mencengkam .
Dinda yang merasa tidak nyaman dan gemetar saat makan, tiba-tiba tanpa sengaja tersedak. Farel yang merasa terganggu tanpa berfikir langsung mengambil air dan menyerahkan pada Dinda, Dinda pun langsung meminumnya .
"Terima kasih," ucap Dinda setelah meminum minuman nya .
Farel hanya diam tanpa kata, sementara semuanya menatap Dinda dengan heran, karena tahu kalau Farel adalah tipikal pria yang cuek.
"Farel peduli pada gadis itu? tidak mungkin?" gumam nyonya besar dalam hati merasa tidak percaya dengan apa yang di lihatnya.
Tentu saja selama ini, putranya selalu dingin pada wanita selain keluarga nya. Farel tidak pernah peduli pada wanita mana pun .
Setelah selesai makan, Farel pun berdiri, Dinda pun ikut berdiri, lalu berpamitan kepada Mamanya dan kedua Adiknya
tanpa memperdulikan Papa nya, Dinda pun mengikuti Farel hingga ke depan rumah.
"Tuan, Saya boleh melanjutkan sekolah Saya?" tanya Dinda memberanikan diri untuk bertanya .
"Terserah, Aku tidak peduli!" jawab Farel sambil berjalan, menuju ke arah mobil nya membuat Dinda hanya diam mengikuti saja.
Sampailah tepat di depan mobil, Sang Asisten rupanya sudah menunggu nya, segera membukakan pintu untuk tuanya .
"Tuan, apakah Saya boleh pulang? mengambil pakaian sekolah saya?" tanya Dinda lagi karena merasa perlu izin dari pria tersebut.
Farel tak sedikit pun menjawab pertanyaan Dinda langsung masuk begitu saja .
Devit yang mengetahui Tuannya tidak ingin bicara akhirnya angkat bicara dan mendekat ke arah Dinda.
"Nona, perkenalkan nama Saya Devit, Saya Asisten pribadi Tuan muda, Nona bisa menghubungi Saya di sini, dan menanyakan apa saja yang Nona butuhkan" ucap Devit sambil memberikan kartu nama .
"Terima kasih," ucap Dinda sambil tersenyum .
Devit pun langsung masuk ke dalam mobil tanpa, memperdulikan Dinda yang hendak bertanya lagi, dan segera melajukan mobilnya keluar dari halaman rumah tersebut .
"Yah, ko pergi sih? baru Aku ingin bertanya, ya sudah lah tidak masalah," ucap Dinda dengan wajah kecewa, sambil menaruh kartu nama yang di berikan Devit kedalam sakunya. Setelah itu segera masuk, namun tiba-tiba di kaget kan dengan dua orang wanita, berdiri tepat di depan pintu .
Dinda yang melihat kedua wanita tersebut berusaha biasa saja, meski nyalinya suda menciut .
"Hay, Mba-Mba cantik, mau kemana ?" sapa Dinda berusaha tersenyum membuat keduanya saling pandang .
"Dasar kampungan, kau pikir kami Mba mu apa!" ketus keduanya dengan melipat tangan di dada .
"Jangan mentang-mentang kau sudah menikah dengan ka Farel, kau bisa seenaknya tinggal di sini. Ingat kau pengganti, jika kakak mu Sudah kembali, mungkin kau akan di tendang dari sisi kakak," ucap keduanya Sambil menatap tajam Dinda dengan menekankan kata Pengganti.
"Emang kalian tahu? hubungan Tuan Farel dan kakak Saya?" tanya Dinda dengan penasaran .
"Kalian berdua rupanya di sini?" ucap Fikram yang tiba-tiba datang dan segera menghampiri kedua nya .
"Eh Papa, mau kemana ?" tanya mereka berdua bersamaan .
Sementara Dinda masih berdiri mematung mencoba memahami siapa mereka .
"Keluar kota, ada pekerjaan di sana," jawab Fikram pada kedua putri nya .
"Oh, ko mendadak sih?" tanya Amanda anak kedua .
"Iya, masalah kantor cabang. Amanda, Papa harap selama Papa di luar kota, kau bekerja dengan baik," jelas Fikram panjang lebar sambil menatap putri nya penuh harap.
Amanda yang ditatap hanya mengangguk dengan malas, lagi-lagi Papanya selalu memaksa kan kehendak nya, untuk belajar tentang perusahaan, Amanda yan merasa terus di tekan terkadang merasa jengkel dengan Papa nya .
Amanda adalah anak kedua usia nya 22 tahun, meskipun usianya sudah dewasa namun terkadang sikap nya sangat manja dan keras kepala, apa lagi saat bekerja di perusahaan, Papa nya selalu saja merasa kerepotan di perusahaan karena, Farel yang tidak ingin meneruskan bisnis Papa nya dan memilih membangun perusahaan nya sendiri .
Sementara Stella anak ketiga atau putri bungsu usia nya 20 tahun, Sekarang masih kuliah namun sifatnya condong arogan dan ketus tapi sama-sama memiliki sifat keras kepala.
"Ingat, jangan males malesan," ucap Fikram lagi pada Amanda .
"Iya, putri cantik mu ini tidak akan males," jawab Amanda sambil memeluk Papa nya .
Sementara SteIla dan Mama nya hanya melihat nya dengan malas karena menurutnya sikap putri nya sangat berlebihan .
Dinda pun segera masuk untuk permisi, tidak ingin berlama-lama dengan suasana yang menurut nya sangat begitu hangat.
"Melihat tadi, aku jadi merindukan Ayah," gumam Dinda di dalam hatinya .
Setelah beberapa saat kemudian .
Dinda yang hendak naik ke atas langkah nya terhenti .
"Mau kemana kau?" panggil tiga wanita tersebut membuat Dinda mengurungkan niatnya untuk menaiki tangga.
"Saya mau ke atas," jawab Dinda sambil mengentikan langkah nya .
"Enak saja, mau ke atas, kerjakan semua pekerjaan, kau itu tinggal di sini tidak gratis, jangan mentang-mentang kau sudah menikah dengan putra ku. kau bisa seenaknya santai ya!" ucap ibu mertua nya dengan meninggi .
"Iya, dan gara-gara kamu aku harus geser," timpal Stella menambahi, karena masih kesal saat di suruh geser .
Ketiga wanita tersebut menyuruh Dinda mengerjakan semua pekerjaan dan menyuruh pelayan yang lain tidak usah membantu, dari mengepel, nyapu, nyuci piring, dan segala nya, sementara para pelayan hanya boleh melihat nya saja .
Pa Beni yang merupakan kepala pelayan, sebenarnya merasa kasihan, namun dia tidak berani berkata apapun karena dia tau istri Tuan muda nya memang tidak di inginkan .
Dinda pun mengerjakan semuanya dengan ikhlas, tanpa sepatah kata pun berbicara, mungkin ini yang harus di terima demi agar bundanya hidup dengan tenang .
Siang menyapa, Dinda yang sudah selesai mengerjakan semua pekerjaan namun tiba-tiba di kejutkan dengan suara ketiga orang yang menyuruh nya.
"Pijit kami, ayo!" ucap tiga perempuan tersebut membuat Dinda hanya menghela nafas panjang berusaha untuk sabar, Dinda pun akhirnya memijit meski dengan rasa lelah.
"Pelan sekali, ngga ada tenaga ya!" bentak Stella yang sudah di pijit hampir dua jam, namun tak kunjung selesai .
Belum juga kedua nya, setelah memijat semua nya, Dinda pun membereskan meja yang tercecer banyak sampah, hari ini adalah hari pertama dan hari paling buruk yang pernah Dinda alami .
Namun sekuat hati Dinda berusaha kuat, bahkan air mata pun tak lagi menetes, mungkin karena sudah kebal dengan hinaan selama di sekolah, ya Dinda selalu mendapat hinaan dengan penampilan yang menurut orang kampungan, apa lagi di sekolah nya hanya Dinda yang sering naik angkot .
Sore menyapa Dinda yang merasa badannya remuk dan lelah, bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya .
Setelah beberapa saat kemudian Dinda segera memakai pakaian nya dan segera mengeringkan rambut nya, namun tiba-tiba pintu di ketuk .
tok tok tok.....
Dinda pun segera membuka pintu meskipun dengan heran dan penasaran.
"Nona, Muda, Tuan Muda, sudah ada di pintu utama," ucap Pa Beni yang sudah berdiri di depan pintu.
Dinda pun segera berlari mengikuti Pa Beni tanpa memperdulikan penampilan nya .
"Selamat datang, Tuan Muda," sapa Dinda yang sudah berada di depan pintu mobil, dan segera mengambil tas yang di bawa Devit .
"Apa ini? penampilan mu sungguh sangat jelek!" ucap Farel sambil berjalan .
"Tadi, Saya baru mandi, Tuan," jelas Dinda sambil mengikuti
Farel.
Farel pun berjalan dengan di ikuti Dinda dan Devit di belakang nya dan Pa Beni juga mengikuti di belakang .
"Devit, kau pulang saja, tidak usah mengikuti ku," Perintah Farel yang hendak menaiki anak tangga .
"Baik Tuan, Nona, kalo begitu Saya permisi." Devit pun pulang setelah membungkukkan badan nya, hanya Dinda yang mengangguk, setelah itu Pa Beni pun undur diri untuk ke dapur .
Mereka berdua pun menaiki anak tangga, Farel membuka pintu kamarnya di ikuti oleh Dinda .
"Apa ini? berani nya kau!" ucap Farel menatap tajam pada Dinda saat melihat handuk yang tergeletak di kasur dengan sembarangan.
"Maaf, Tuan, tadi Saya habis mandi," jelas Dinda sambil mengambil handuk yang tergeletak di kasur, dan segera meletakkan ketempat nya, setelah itu Farel hanya diam, lalu duduk di sofa .
Dinda pun segera membuka sepatu Farel, dan membantu membuka jas tersebut, lalu menyiapkan air untuk mandi. Farel pun segera masuk kedalam kamar mandi setelah air sudah siap .
Dinda pun menghela nafas, ketika Farel hanya diam, baginya melihat dia diam lebih baik, dari pada berbicara yang menurut nya sangat menyeramkan dan menusuk hati nya.
Setelah itu Dinda segera mengambil pakaian ganti dan menyiapkan pakaian untuk Farel .
Lalu melihat sekeliling kamar, dan melihat ke arah luar, ternyata ada sebuah balkon, Dinda pun membuka pintu dan menuju ke arah balkon .
"Wah, rupanya bisa melihat ke indahan luar dari sini?" decak Dinda merasa takjub .
"Bunga? kenapa dia menanam bunga mawar putih di sini? rupanya dia pecinta tanaman?" Gumam Dinda yang merasa aneh, Tuan galaknya ternyata menyukai tanaman bunga mawar putih .
Farel yang sudah memakai pakaian nya mencari ke sekeliling, mencari sosok gadis tersebut, hingga mata nya tertuju pada pintu yang terbuka, lalu segera bergegas menuju pintu tersebut.
"Apa yang kau lakukan di sini? " ucap Farel membuat Dinda kaget dan tiba-tiba .
BERSAMBUNG