Judul: KEBANGKITAN PENDEKAR ABADI
Deskripsi:
Ling Chen, seorang pemuda tangguh yang penuh dengan pengalaman pertempuran, terjebak dalam perjalanan menuju takdir yang lebih besar. Setelah terluka parah oleh makhluk tingkat Emperor Bintang 9 di Hutan Terlarang, ia menemukan dirinya berada di ambang kematian. Namun, sebuah kekuatan misterius, Sistem Dewa Alam, terhubung dengannya, membuka jalan baru yang penuh dengan peluang dan tantangan.
Dengan bimbingan sistem dan hadiah luar biasa yang diterimanya, Ling Chen bertekad untuk menguasai kekuatan baru, memperbaiki kesalahan masa lalunya, dan menaklukkan dunia yang dipenuhi makhluk-makhluk legendaris. Dalam perjalanan ini, ia tidak hanya harus melawan kekuatan besar dari luar, tetapi juga menghadapi ambisi dan kesombongannya sendiri yang perlahan ia ubah menjadi kebijaksanaan.
Akankah Ling Chen berhasil mencapai puncak kekuasaan dan membalas dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Axellio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 17 MATA MATA
BAB 17 PELATIHAN YANG TENANG
---
Di Gunung Pendekar, ketegangan semakin terasa menjelang duel antara Ling Chen dan Zhao Lin. Setiap murid Sekte Tianwu berbicara tentang pertarungan yang akan datang, meramal siapa yang akan keluar sebagai pemenang. Namun, sedikit yang tahu bahwa perjalanan Ling Chen untuk sampai ke titik ini jauh lebih berat dari yang mereka bayangkan. Meski sering dianggap sebagai murid yang tidak terlalu menonjol, di dalam dirinya tersembunyi kedalaman yang tidak terlihat pada pandangan pertama.
Ling Chen, yang kini duduk dalam ruang kecilnya di Sekte Tianwu, merenung. Matanya terpejam, mencoba meresapi ketenangan yang ia cari. Kenangan masa kecilnya terus menghantuinya. Ling Chen bukanlah seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan yang penuh kasih. Kedua orang tuanya meninggal saat ia masih kecil. Tanpa saudara atau keluarga dekat, ia terpaksa hidup sendiri, berjuang untuk bertahan hidup. Keheningan malam dan kata-kata bijak dari ayahnya yang selalu mengajarinya tentang kedamaian jiwa menjadi satu-satunya teman yang ia miliki.
“Ling Chen, kekuatan sejati bukan hanya terletak pada otot atau energi yang terlihat. Kekuatan sejati terletak pada ketenangan jiwa yang dapat mengendalikan segala hal.”
Itulah yang selalu ia ingat, dan itu pula yang ia pegang teguh hingga saat ini. Meskipun dilatih oleh Tetua Mei sebagai murid pertama, Ling Chen tak pernah merasa perlu membuktikan apapun kepada dunia. Semua yang ia lakukan adalah untuk dirinya sendiri, untuk menemukan kedamaian dalam hatinya yang terluka. Setiap langkah yang ia ambil adalah perjalanan batin yang dalam, bukan hanya latihan fisik semata.
---
Sementara itu, di area pelatihan yang jauh dari tempat Ling Chen, Zhao Lin berlatih dengan penuh amarah. Setiap ayunan pedangnya terasa seperti ledakan amarah yang terpendam. Berbeda dengan Ling Chen yang dianggap biasa-biasa saja, Zhao Lin telah lama dikenal sebagai salah satu murid berbakat di Sekte Tianwu. Namun, setelah mendengar bahwa Ling Chen, yang baru saja bergabung dan tidak menunjukkan keahlian luar biasa, dipilih sebagai murid pertama Tetua Mei, rasa cemburu dan kebingungan mulai menguasai dirinya.
"Kenapa dia? Mengapa bukan aku?" Zhao Lin berteriak dengan suara penuh kemarahan sambil melanjutkan latihannya yang semakin keras. "Aku yang sudah lama di sini, aku yang lebih kuat! Kenapa dia yang dipilih lebih dulu?"
Namun, semakin ia berlatih dengan intensitas yang lebih tinggi, semakin ia merasa keraguan dalam dirinya. Rasa cemburu itu berubah menjadi keraguan yang mendalam. Apakah ini sebuah ujian dari Tetua Mei, ataukah kebetulan yang membuatnya merasa dipermalukan? Yang jelas, ia tidak akan membiarkan dirinya kalah. Kekalahan akan menjadi aib yang besar, baik untuk dirinya sendiri maupun bagi reputasi Sekte Tianwu.
"Jika aku harus membuktikan sesuatu, aku akan melakukannya dengan cara apapun," kata Zhao Lin kepada dirinya sendiri dengan tekad yang menguat.
---
Di sisi lain, dua murid senior lainnya, Jin Feng dan Xue Liuying, sering kali mengobrol tentang Ling Chen. Meski mereka tidak menunjukkan ketidakpuasan di luar, ada rasa ketidakpastian yang terpendam dalam hati mereka.
"Jin Feng," Xue Liuying bertanya suatu malam, tatapannya penuh rasa ingin tahu. "Apa pendapatmu tentang Ling Chen? Aku tidak bisa mengerti mengapa Tetua Mei memilihnya lebih dulu. Dia tampak biasa saja, bahkan tak ada tanda-tanda luar biasa darinya."
Jin Feng menatap jauh ke depan, menghela napas pelan. "Aku juga tidak tahu, Xue Liuying. Ling Chen tidak menunjukkan tanda-tanda kekuatan fisik yang luar biasa, tapi ada sesuatu yang berbeda dalam dirinya. Ada kedamaian yang tidak biasa, sesuatu yang lebih dari sekedar kemampuan bertarung."
Xue Liuying mendengus. "Mungkin. Tapi aku tetap merasa ada yang aneh. Dia terlihat sangat tenang, bahkan pasif. Kenapa Tetua Mei memilihnya?"
Jin Feng mengangkat bahu. "Mungkin itulah yang sebenarnya istimewa. Terkadang, kekuatan sejati tidak terlihat di luar. Mungkin ada kedalaman yang kita belum pahami."
Namun, meskipun mereka tidak mengatakan apapun lebih lanjut, keduanya merasa ada misteri yang tersembunyi dalam diri Ling Chen, sesuatu yang jauh lebih besar daripada yang terlihat di permukaan.
---
Dua hari sebelum duel, Ling Chen terus menjalani rutinitas hariannya dengan penuh ketenangan. Ia berlatih dengan tenang, berfokus pada meditasi dan pengendalian diri, jauh lebih penting daripada hanya mengasah kekuatan fisiknya. Ling Chen tahu bahwa segala sesuatu datang pada waktunya. Tidak ada yang perlu diselesaikan terburu-buru. Kekuatan sejati datang bukan dari cepatnya bertindak, melainkan dari kedamaian dalam diri yang dapat mengatasi segala hal.
"Saatnya bukan untuk keraguan," bisik Ling Chen pada dirinya sendiri. "Aku sudah mempersiapkan diriku. Tidak ada yang perlu kutakuti."
Dengan tekad bulat, ia melangkah dengan keyakinan, membuka matanya dan berdiri untuk melanjutkan latihan. Ling Chen tahu bahwa duel ini bukan hanya tentang pertarungan fisik dengan Zhao Lin, melainkan ujian untuk dirinya sendiri, sebuah uji ketenangan dan pengendalian diri.
---
Namun, di balik persiapannya yang tenang, Zhao Lin sudah mulai merencanakan sesuatu yang lebih licik. Ia tahu bahwa kekuatan fisiknya saja mungkin tidak cukup untuk mengalahkan Ling Chen. Jika ia ingin menang, ia harus memanfaatkan setiap kesempatan yang ada. Tak hanya mengandalkan kekuatan pedangnya, ia memutuskan untuk mengirim mata-mata untuk mengawasi latihan Ling Chen. Jika ada kelemahan yang bisa dimanfaatkan, ia ingin mengetahuinya.
Pada suatu malam yang sunyi, Zhao Lin memanggil seorang murid senior bernama Lu Wei, yang dikenal karena kemampuannya menyusup dan mengintai tanpa terdeteksi.
"Lu Wei," Zhao Lin berkata dengan suara rendah namun penuh perintah. "Aku butuh bantuanmu. Kau harus mengawasi Ling Chen. Cari tahu bagaimana dia berlatih. Apakah dia punya teknik tersembunyi? Apakah dia punya kelemahan yang bisa kutargetkan? Aku tidak akan terkejut jika dia menyembunyikan sesuatu."
Lu Wei menundukkan kepala dengan hormat. "Tentu, Tuan Zhao. Saya akan segera mengatur semuanya."
Zhao Lin tersenyum licik, menyadari bahwa jika ia bisa mengetahui segala sesuatu tentang Ling Chen, pertarungan itu akan menjadi miliknya. Bagi Zhao Lin, ini bukan sekadar pertarungan fisik, tetapi permainan pikiran yang lebih dalam.
---
Ling Chen yang tidak tahu bahwa dirinya sedang diamati, tetap menjalani latihan dengan penuh ketenangan. Ia tahu bahwa ia bukanlah orang yang perlu menunjukkan kekuatan luar biasa. Kekuatan sejati, seperti yang selalu diajarkan ayahnya, datang dari dalam. Namun, ia mulai merasakan ada yang aneh—seperti ada yang mengamatinya dari jauh. Ling Chen tidak terkejut, karena sebagai murid pertama Tetua Mei, ia sudah terbiasa dengan perhatian yang datang. Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda. Ia merasa ada sebuah energi licik yang menyelimuti sekitar dirinya.
Dengan penuh kewaspadaan, Ling Chen memutuskan untuk tetap tenang dan tidak terganggu. Jika mereka ingin tahu lebih banyak tentang dirinya, mereka harus berusaha lebih keras. Ling Chen tahu bahwa ini adalah bagian dari ujian yang lebih besar—bukan hanya untuk mengalahkan Zhao Lin, tetapi untuk menguji dirinya sendiri.
---
Pagi itu, setelah beberapa hari, Lu Wei kembali dengan laporan hasil pengamatannya. "Tuan Zhao," katanya dengan suara pelan, "Ling Chen tidak menunjukkan tanda-tanda luar biasa. Ia lebih banyak bermeditasi dan berlatih dengan sangat tenang. Tidak ada yang tampak istimewa, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam caranya berlatih. Ia sangat sabar, sangat fokus. Aku rasa dia menyembunyikan sesuatu."
Zhao Lin mendengarkan dengan seksama, matanya menyempit. "Jika dia memang tidak menunjukkan kekuatan luar biasa, itu hanya taktik. Ling Chen pasti punya sesuatu yang lebih besar yang sedang ia sembunyikan. Semua ini adalah bagian dari permainannya. Kita harus membuatnya tidak bisa mengungkapkan apapun saat pertarungan nanti."
Dengan senyum licik, Zhao Lin berkata, "Jangan khawatir, Lu Wei. Aku tahu bagaimana cara menghadapinya."
---
Di sisi lain, Ling Chen, meski merasakan ada yang mengamatinya, tetap tenang dan melanjutkan rutinitasnya. Ia tahu bahwa apapun yang mereka rencanakan, ia sudah siap menghadapinya. Dengan langkah mantap dan hati yang penuh kedamaian, Ling Chen melangkah ke depan. Hari itu adalah hari yang ditunggu-tunggu—hari untuk membuktikan siapa yang benar-benar layak menjadi murid pertama.
Dengan setiap langkahnya, ia semakin yakin: Kekuatan sejati datang dari ketenangan yang bisa mengendalikan segala hal, bukan dari kekuatan fisik semata.
Sementara itu, kerumunan murid mulai berkumpul di arena. Mereka berbisik tentang siapa yang akan menang, namun tak ada yang tahu sejauh mana kedua murid ini telah mempersiapkan diri. Baik Ling Chen maupun Zhao Lin, masing-masing dengan cara mereka sendiri, telah siap untuk ujian besar yang akan mengungkap siapa yang sebenarnya pantas menjadi murid pertama.
---
Duel yang akan datang bukan hanya pertarungan fisik, tetapi juga ujian bagi keduanya. Dan bagi Ling Chen, ini adalah ujian untuk menemukan kedamaian sejati dalam dirinya.