Estsaffa ahiara, gadis yatim piatu yang diadopsi oleh kedua orangtua angkatnya. Terpaksa menikah untuk membayar hutang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riendiany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Penolakan
3 hari yang lalu,
Sebuah sedan hitam meluncur masuk ke dalam sebuah perumahan elite menuju salah satu rumah dengan gerbang putih yang tinggi.
Tiinnn
Seorang satpam tampak lari dan membuka pintu gerbang, bersamaan dengan masuknya sedan hitam itu ke dalam halaman rumah sang satpam membungkuk hormat.
Seorang pria tinggi tegap tampak keluar dari mobil dengan stelan jas hitam rapi. Namun ia tak segera beranjak dari samping pintu mobilnya. Memindai sekitar, kemudian membuang muka dan menghela nafas kasar. Hampir satu bulan ini ia tak menginjakkan kaki di rumah ini, karena suatu hal ia yang biasanya seminggu sekali datang itu menjadi enggan bertemu dengan putra semata wayangnya yang ia titipkan kepada ibunya.
Dengan langkah gontai ia masuk ke dalam rumah. Menuju lantai dua, tepat saat hendak menginjak tangga ketiga ada yang memanggil.
"Sayang.."
Memutuskan untuk berbalik dan menuju sofa tempat seorang perempuan tua yang duduk sambil memegang alat rajut, dan masih terlihat cantik di usianya hampir 60 tahun. Menatapnya dengan senyum. Dialah mami Lina_ibu Adrian.
"Hai mom..apa kabar? " ucapnya pelan, terlihat resah dan lelah.
"Kukira kau sudah lupa dengan Dani" ucap sang ibu, sedikit mengangkat dagunya menatap kedalam manik Adrian.
Merasa bersalah, sekian lama tak mengunjungi putranya, Adrian hanya meraup wajahnya pelan kemudian duduk mendekati ibunya.
"Momm, kau tahu aku menyayanginya melebihi diriku sendiri" mata Adrian menatap kosong meja di depannya.
"Lalu, kau lama tak datang hanya karena wanita itu? " tanya mami Lina menelisik, menatap tajam putra kesayangannya itu.
Flashback
Dada Adrian sesak mengingatnya, iya... kira-kira sebulan yang lalu, Adrian mengajak Laura untuk mendekatkan gadis yang dicintainya itu pada putranya. Laura adalah adik kelas SMA Adrian, mereka bertemu kembali setelah sekian tahun. Dan mencoba membuka hatinya kembali pada wanita setelah dikhianati mantan istrinya.
Adrian tak berniat menggantikan Andina_mantan istrinya dengan Laura sebagai ibu sambung dari putranya. Bagaimanapun, dalam hatinya masih tersisa sedikit trauma yang menyakitkan. Dan ia pun memutuskan menjadi single parent untuk putranya. Namun pertemuannya yang awalnya tak sengaja dengan Laura diikuti pertemuan-pertemuan lainnya yang intens, membuatnya goyah.
Laura Michiel, pemilik wajah cantik nan sensual adalah seorang desainer perhiasan ternama pemilik 'Lau jewelry', hampir setiap pagelaran fashion di negaranya bekerjasama dengannya. Gadis berwajah oriental ini dulunya juga adalah model remaja terfavorit di zamannya.
Laura dengan segala pesonanya, perhatiannya dan kepossesivannya membuat Adrian yang telah lama tidak merasakan kasih sayang seorang pasangan pun seperti diterbangkan di atas awan.
Seperti hari itu, tepat disaat hubungan mereka menginjak tahun ke empat dan Laura mengatakan siap menjadi istri Adrian dan ibu sambung bagi Dani maka Adrian pun bersemangat mempertemukan mereka untuk pertama kalinya.
Saat Dani yang beranjak remaja dengan segala kenakalan dan keingintahuannya malah mengatakan hal di luar dugaan.
"Daddy mau menikah lagi? " tanya Dani acuh tanpa melihat sepasang orang dewasa yang sejak tadi duduk di didepannya.
"Daddy butuh pendamping dan kau butuh ibu boy, yang akan menyayangimu dan memperhatikanmu" ucap Adrian lembut menatap putranya yang sama sekali tak melihatnya.
"Mungkin hanya daddy yang butuh, mommiku adalah oma dan selamanya begitu" Dani beranjak pergi tanpa pamit meninggalkan dua orang yang sama-sama diam dengan pikiran masing-masing.
"Sepertinya aku tak direstui" ucap Laura menatap nanar sang kekasih. "Tapi tak mengapa, bukankah putramu ikut mommi Lina, jadi kita tetap bisa menikah kan"
"Lau.. aku menikah bukan hanya semata-mata untuk diriku, tapi untuk ibu anakku" ucap Adrian tegas setelah sedikit kecewa mendengar pernyataan sang kekasih.
"Oh.. ya, bagiku lebih terkesan kau terlalu memanjakan putramu, sehingga tentang pasanganpun kau harus bertanya padanya. Atau mungkin kau lama tak menikah hanya karena takut dengan Dani? Dia akan menerimaku akhirnya kalau kita sudah menikah" ucap Laura tak mau kalah. Ia tak habis pikir dengan kekasihnya itu. Menikah ya menikah saja, mengapa harus perduli dengan anaknya yang bahkan tak seatap dengannya
"Lau.. sudah kukatakan dari awal, aku menikah untuk putraku. Agar dia merasakan kasih sayang seorang ibu. Segala yang aku lakukan untuk kebahagiaanya, dia yang pertama" Adrian membuang muka, ia kecewa dengan pernyataan kekasihnya tentang putranya. Karena sampai kapanpun, ia akan lebih mementingkan kebahagiaan putranya diatas kebahagiaannya sendiri.
"Kalau begitu kita putus, aku tak bisa meneruskan hubungan ini, kita tak sejalan" ucap Laura asal.
"Lau.. kau yakin dengan keputusanmu" Adrian menatap dalam manik hitam kekasihnya, sementara sang gadis yang sejak tadi terlihat tidak baik-baik saja mencoba tenang.
"Sangat!! Karena kau yang selalu lemah dengan keberadaan putramu itu " Jari telunjuknya mengarah ke depan wajah kekasihnya, menyambar tas diatas meja dan meninggalkan Adrian.
End..
"Entahlahh.. jangan bahas itu mom. Dimana anakku?" Adrian segera berdiri, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana.
"Di belakang, main basket" jawab mami Alesia meneruskan rajutannya. Sebenarnya ia tak ingin ikut campur urusan putranya, namun kalau menyangkut cucu kesayangannya, ia terpaksa ikut serta.
Dug... Dug.. Dug...
Suara drible bola terdengar intens di telinga. Adrian melangkah pelan mendekati lapangan basket. Namun ia berhenti ketika sampai di ujung pintu tempatnya berdiri. Berputar 90 derajat, menghempaskan punggungnya menempel pada batang pintu.
Memperhatikan lekat putra semata wayangnya yang tak lagi anak-anak. Ya..usia Dani sekarang 13 tahun, dan itu berarti sudah hampir 12 tahun ia hanya hidup sendiri tanpa pendamping. Andina_mantan istrinya itu meninggalkannya saat usia Dani belum genap satu tahun. Dan setelah itu, sepertinya tak ada lagi keinginannya untuk mencari pengganti. Sampai datanglah Laura, yang sedikit bisa mengisi kekosongan hatinya. Dan ternyata mendapat penolakan dari putra kesayangannya itu.
Adrian resah, ia tak bisa kehilangan Laura pun tak bisa mengacuhkan penolakan putranya. Karena pada akhirnya kebahagian yang ia miliki adalah milik putranya. Sedangkan ia, hanyalah orang yang memperjuangkannya saja.
'Apakah kebahagiaan tak pernah berpihak kepadaku? Bahkan saat aku merasa bahagia itu sudah di depan mataku saja dia bisa memudar dan hilang dengan begitu cepatnya. Atau mungkin hati ini benar-benar diciptakan untuk mati rasa. Dan akan seperti ini selamanya' Adrian Orion Ilyasa.
Tap... tap... tap...
"Hai boy, mau melawan daddy? " langkahnya terhenti di dekat ring basket, mengulas senyum di bibirnya, menantang sang putra.
"Daddy sudah tua, apa tak malu nanti kalau kalah denganku" sahut sang putra melirik ayahnya dengan tangan menangkup bola.
"Kalah? " melepas jas dan melemparnya ke pinggir lapangan. Adrian melipat ujung kemejanya hingga kesiku, membuka dua kancing paling atas kemudian mengacak rambutnya asal.
Melangkah mendekati sang putra " Bahkan kau sudah gemetaran melihat daddy hmm.. " dengan senyum mengintimidasi mengambil bola dari tangan Dani dan mendriblenya.
"Dadd..kau menginginkan sesuatu dariku? " tanya sang putra.
"Tidak boy.. "
"Aku tak yakin.. ini baru jam berapa, daddy seharusnya di kantor kan" tanya sang putra penuh selidik, karena masih jam kerja dan tak mungkin ayahnya itu meninggalkan kantor begitu saja.
"Aku sengaja mengosongkan jadwalku " ucap Adrian kepada putranya yang menatapnya tak percaya.
"Daddy ada masalah? "
"Hmmm... daddy hanya ingin bicara denganmu. Obrolan santai " Adrian menunduk fokus dengan bola di tangannya dan kemudian melemparnya tepat ke dalam ring.
"Tak perlu melawanku kalau daddy hanya ingin bicara" menatap sang ayah " Bahkan daddy selalu kalah denganku, masih mau melawanku" sungut sang putra.
Adrian tersenyum " Lain kali daddy pasti akan mengalahkanmu... hanya butuh beberapa latihan saja" membelai pucuk kepala dan memukul pelan lengan sang putra yang tingginya hampir sepadan dengannya. Kemudian merangkul sang putra berjalan menepi ke pinggir lapangan.
Dan disinilah mereka, ayah dan anak duduk di bangku putih memanjang. Sesekali terdengar gelak tawa sang ayah mengejek putranya yang mulai remaja itu.
" Boy... apa kau.. marah dengan daddy, kemarin?" tanya Adrian hati-hati. Matanya mengerjap dan menunggu reaksi sang putra yang hanya diam menunduk menatap kosong udara di depannya.
" Marah untuk apa dad? " Dani mengangkat wajahnya dan berekspresi datar.
"Tante Laura.. "
"Daddy mau menikahi wanita itu? tak usah peduli denganku, menikah saja" sahut sang putra datar.
Adrian meraup wajahnya, mencoba menata ucapan selanjutnya. Kemudian menghembuskan nafasnya pelan.
"Daddy menikah bukan hanya untuk daddy tapi juga untukmu. Dia akan menjadi ibumu boy dan lagi_" ucapannya terputus ketika sang putra tiba-tiba memotongnya.
"Aku tak butuh ibu dad, sejak aku berusia satu tahun sampai sekarang. Aku hanya merasakan kasih sayang daddy dan oma, dan bagiku itu cukup aku tak mau yang lain. Ibu sambung, ibu pengganti, ibu tiri atau apalah sebutannya aku tak mau dan tak ingin memilikinya" mata sang putra berkaca-kaca. Mengingat dia yang dari kecil ditinggalkan mamanya dan sampai di umurnya yang sekarang sang mama tak berniat menemuinya sekalipun. Hanya dari foto lah dia mengenal mamanya, yang bahkan telah ia bakar habis semua foto mamanya di malam pergantian tahun.
Saat itu umurnya 10 tahun, ia menyaksikan sendiri video yang ditayangkan oleh infotainmen gosip di televisi. Seorang wanita yang mirip mamanya, bahkan namanya pun sama terpergok kamera pencari berita tengah bergelayut manja dengan seorang pengusaha muda beristri. Ia malu dan membakar habis satu-satunya memori dari orang yang melahirkannya itu.
"Aku tak menyukai tante Laura dad, ada satu hal yang membuatku tak menyukainya. Tapi kalau daddy tetap menginginkan tante Laura untuk menjadi pendamping daddy, jangan salahkan aku yang lebih memilih tinggal dengan oma, dan mungkin untuk seterusnya" Dani menatap jauh ruang kosong dihadapannya setelah sebelumnya ia melirik ayahnya yang terdiam mendengarkan.
Menaut jari dari kedua tangannya kemudian meletakkannya dibelakang kepalanya. Bersandar penuh pada bangku yang sedari tadi menempel dipunggungnya. Adrian mencoba menata hati, mencerna perkataan putranya.
Tak mudah memang kehidupan yang Adrian jalani selama ini. Ia menikah muda dengan Andina di usia 24 tahun, dimana saat itu beberapa cabang perusahaan ayahnya banyak yang ditutup karena pailit, memaksanya bekerja keras demi menyelamatkan satu-satunya perusahaan yang tersisa dari kebangkrutan.
Andina yang setelah menikah langsung hamil harus rela kehilangan perhatian Adrian yang sibuk mengembangkan perusahaannya. Mungkin karena itu juga di usia bayi mereka menginjak satu tahun, Andina memutuskan pergi meninggalkan keluarga kecilnya. Dan yang paling menyakitkan adalah ternyata ada seorang pengusaha kaya yang berada di belakangnya yang tak lain adalah kekasihnya.
...
Menepuk bahu putranya pelan " Daddy kembali ke kantor ya " melenggang pergi tanpa menunggu jawaban putranya.
Mengambil jasnya yang tadi ia lempar begitu saja ke tepi lapangan, meletakkannya dilengan bawah tangan kirinya menuju mobil. Kemudian masuk kedalam dan menghempaskan tubuhnya di jok. Pikirannya kalut harus mengambil keputusan, tubunya bersandar penuh pada jok dibelakangnya, matanya terpejam hingga terdengar ponselnya berbunyi.
" Ada apa lang? "
"Tuan..ada info"
"Apa? "
"Damar group resmi berpindahtangan hari ini Tuan"
"Apaa!!! Berani sekali Damar main-main denganku " Adrian memukul keras stir mobilnya. Wajahnya gusar, pria tambun itu berani menantangnya. "Ada yang lainnya?"
"Saya menyuruh jack mengawasi rumah Tuan Damar, Tuan"
"Bagus lang, segera kabari kalau ada yang penting"
"Siap Tuan"
##terimakasih masih mengikuti 🙏
terima kasih othorku🤣🤣🤣💯💯💯👏👏👏