Almira Sadika, terpaksa harus memenuhi permintaan kakak perempuannya untuk menjadi madunya, istri kedua untuk suaminya karena satu alasan yang tak bisa Almira untuk menolaknya.
Bagaimana perjalanan kisah Rumah tangga yang akan dijalani Almira kedepannya? Yuk, ikuti terus kisahnya hanya di sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 02
"Ibu..!!!" Tiba-tiba Almira berteriak sebelum akhirnya terbangun dari tidurnya. Membuat pelayan yang ditugaskan untuk membangunkannya sampai terkejut dibuatnya.
"Haaa... Ternyata hanya mimpi," gumamnya sembari menghapus air mata yang keluar terbawa mimpi. "Kau..?!" Tunjuknya dengan tatapan tanda tanya saat matanya tak sengaja menangkap sosok tubuh yang dikenalnya, adalah salah satu pelayan di keluarga Alvaro.
"Ada apa kemari?" tanyanya pada akhirnya.
Sebastian yang juga mendengar teriakan Almira beberapa saat lalu sempat akan kembali. Akan tetapi, segera diurungkannya kala melihat Almira yang baik-baik saja.
Mungkin dia tengah mengigau, pikir Sebastian dan melanjutkan langkahnya menjauh dari sana.
"Saya ditugaskan tuan muda Sebastian untuk membangunkan Anda. Dan menyuruh Anda untuk segera menemuinya di ruangan yang telah disiapkan untuk Anda" ucap pelayan itu.
"Benarkah?" tanya Almira memastikan, yang ternyata langsung diangguki oleh pelayan tersebut. "Tapi saya tak tau dimana letak ruangan itu berada," keluhnya.
"Tak apa, Nona. Saya di sini, dan saya akan mengantar, Anda," ucap pelayan itu dengan ramah, karena hampir semua pelayan di kediaman Alvaro mengenal siapa itu Almira sedari sebelum Almira menjadi istri kedua Sebastian, begitu juga dengan kepribadiannya. Walau ada yang tak menyukainya di sana, Almira akan tetap menjadi pribadi yang ceria. "Mari Nona, akan saya antar," lanjut pelayan tersebut, yang segera diangguki antusias oleh Almira, dikarenakan dirinya yang sudah merasakan dinginnya malam telah menusuk ke kulit dan tulangnya.
Beberapa saat berjalan yang diiringi oleh perbincangan, tak terasa sudah sampai saja ke tempat yang dituju. "Di sini Nona, ruangan yang tuan muda Sebastian maksud. Lekaslah masuk, tuan muda pasti telah menunggu Anda di dalam," ucap pelayan tersebut.
"Baiklah, terima kasih," ucap Almira.
"Sama-sama, Nona." Dan pelayan itu pun segera undur diri.
Almira segera membuka pintu ruangan tersebut dan masuk.
"Mengapa tak langsung kemari?!"
"Astaga!" ucap Almira sembari menyentuh dadanya karena terkejut akan sapaan.. Tidak, tepatnya teguran. Terkejut akan teguran.... Saat Almira menoleh, dirinya mendapati Sebastian yang tengah menatapnya seperti... Entahlah, intinya tak seperti tatapan yang biasanya Almira dapatkan dari sosok kakak laki-lakinya, dulu. "Kak Tian!" serunya.
"Kau belum menjawab pertanyaan ku," ucap Sebastian sembari berjalan mendekati Almira.
"Pertanyaan?? Aah... Soal itu.. Tadinya aku ingin ikut papa Gilang pulang... Tapi papa tak membiarkanku untuk ikut," ucap Almira dengan wajah cemberut. "Karena aku tak tau harus kemana, akan bertanya pada siapa, juga akan bertanya apa, jadinya aku pergi ke taman, tempat yang aku sangat hafal di sini. Eh... Tak taunya aku malah ketiduran," lanjutnya menjelaskan.
"Kenapa tak menghubungi ku?" tanya Sebastian sembari menyentil kening Almira.
"Aww!! Kak Tian..!!" keluh Almira sembari mengusap-usap keningnya yang terkena sentilan. "Tadinya aku memang akan menghubungi Kak Tian... Tapi aku lupa, jika ponselku ada pada papa Gilang. Dan papa Gilang pasti juga lupa jika ponselku ada padanya," jelas Almira lagi.
"Kau ini, kebiasaan sekali. Dasar ceroboh!" Sebastian berucap sembari mengangkat tangannya akan kembali menyentil kening Almira, akan tetapi tak jadi dilakukannya saat Almira yang terlebih dahulu menutupi keningnya dengan tangannya, dan dikarenakan dirinya yang tersadar akan perbuatannya itu. Sebastian melakukan hal itu dikarenakan kebiasaannya sedari dulu yang akrab dan menganggap Almira adalah adiknya sendiri. Namun sekarang....
"Ingat Bastian! Dia bukan lagi adikmu, tapi istrimu!" Sebastian mengintruksi dirinya sendiri dalam hati dan otaknya.
"Kau, ganti baju lah," perintah Sebastian dan kembali ke tempatnya semula, yaitu duduk di sofa.
Sementara Almira yang melihat perubahan dari Sebastian, hanya mengernyit heran saja, namun tetap melakukan apa yang diperintahkan.
"Kak, apa Kak Tian tahu dimana koperku?" tanya Almira saat tak mendapati kopernya di kamar itu.
"Kau carilah yang benar.." ujar Sebastian yang fokusnya tetap pada ponselnya.
"Tidak ada, Kak..., Sudah aku cari dimana-mana, tapi tetap tidak ada.." ucap Almira.
"Sudah Kau coba cari di lemari?" usul Sebastian.
"Oh iya, lemari," gumam Almira yang masih terdengar oleh Sebastian, yang membuatnya menggelengkan kepala. "Astaga!!" seru Almira namun lebih ke berteriak.
"Kenapa lagi, sekarang?!" ujar Sebastian.
"Di lemari juga tak ada baju-baju ku, Kak..., Yang ada hanyalah jaring ikan... Ah tidak, jaring laba-laba!" seru Almira. "Eh, jaring ikan apa jaring laba-laba, ya??" lanjutnya dengan gumaman. "Terserahlah, intinya.. Yang ada di lemari hanya sejenis jaring namun dijahit menyerupai baju yang kekurangan bahan..." Almira kembali berseru.
"Apa yang Kau katakan..?? Apanya yang jaring ikan, jaring laba...." Sebastian menghentikan ucapannya saat melihat apa yang berada dalam lemari tersebut. Dan kini Sebastian mengerti semuanya, ini semua pasti adalah ulah Cassandra, istrinya. Mengingat hal itu, Sebastian ingin tersenyum namun hatinya justru terasa perih. "Kau pakailah apa yang ada saja," ucapnya akhirnya.
"Hah?? Yang benar saja Kak Tian, ini! Masa iya, aku akan memakai jaring ini? Tidak, ini tak layak disebut pakaian," tolak Almira.
"Daripada Kau terus memakai pakaian itu," tunjuk Sebastian pada baju pengantin yang dikenakan Almira, membuat Almira reflek mengikuti arah tunjuknya. "Tak apa sih.. Jika Kau sudah terlanjur nyaman dengan pakaian itu, apa boleh buat. Itu terserah padamu," lanjutnya, yang membuat Almira seketika cemberut dengan bibir dimajukan. "Tak usah manyun-manyun seperti itu... Apa Kau sengaja ingin Kakak cium?" Kata yang awalnya hanya niat candaan, dengan tatapan yang tadinya kembali fokus pada ponselnya, terhenti seketika saat kembali mengingat status yang kini telah berubah antara dirinya dengan Almira.
"Kak Tian selalu saja mengancam ku dengan itu-itu terus, jika berani maka...." Almira menghentikan ucapannya saat pandangannya bertemu dengan mata milik Sebastian yang juga tengah menatapnya, membuat Almira seketika menyadari sesuatu. Hingga tercipta kecanggungan antara keduanya. "A-aku... Aku akan membersihkan diri," ucapnya seraya meraih asal pakaian transparan tersebut, dan setelahnya langsung ngacir tanpa berani kembali menatap Sebastian.
"Ya Tuhan... Mengapa jadi seperti ini..?" gumam Sebastian sembari mengusap wajahnya frustasi.
Sementara di kamar mandi..
"Kenapa aku bisa lupa jika kak Tian sekarang adalah suamiku..! Dan sekarang aku harus bagaimana..? Bagaimana cara aku bersikap?" Almira berucap sendiri sembari melihat pantulan dirinya disebuah cermin yang ada di sana. Mengingat jika dirinya yang sudah terbiasa bercengkrama dan bercanda dengan Sebastian sewaktu masih menjadi kakak iparnya.. Tak ayal jika kebiasaan itu masih terbawa hingga saat ini, mana mungkin bisa berubah secara instan dalam waktu yang sangat singkat. "Bagaimana ini... Apa Kak Tian akan meminta haknya sebagai suami malam ini?" gumamnya. "Aaakhrrr.... Tidak....!" Jangankan sampai benar-benar melakukan, memikirkannya saja Almira sungguh tak berani.
"Almira! Kau kenapa?!" Terdengar seruan Sebastian dari arah luar kamar mandi. Mungkin karena suara teriakan dari Almira yang mungkin tanpa sadar itu, hingga menyebabkan terdengar sampai ke luar kamar mandi. Mendengar pertanyaan Sebastian, membuat Almira reflek menggigit lidahnya.
"Tidak, Kak..! Aku tidak kenapa-kenapa, aku baik-baik saja!" teriak Almira.
"Lalu kenapa Kau berteriak?!"
"Tidak, ku kira.. ku kira aku melihat kecoak, ternyata bukan!" jawab Almira asal dengan berteriak kembali agar Sebastian dapat mendengarnya.
Dan benar saja, tak ada lagi suara dari Sebastian.
"Huuuft... Sebaiknya aku segera membersihkan diri saja," ucapnya, dan segera menyegerakan niatnya pergi ke kamar mandi.