Menikah dengan wanita yang jelek membuat Gilang enggan untuk menyentuh istrinya, sikap Gilang yang keterlaluan membuat Nindi istrinya merubah penampilannya dan bekerja sebagai sekertaris Gilang sendiri.
Apakah Gilang nanti akan tau penyamaran sang istri? ikuti terus ceritanya yuk.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon el Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ada apa denganku
Nindi menunggu Gilang di ruang tamu namun hingga pukul sebelas Gilang tak kunjung pulang.
"Tumben mas Gilang belum pulang," gumam Nindi lalu pergi ke kamarnya.
Dia merebahkan dirinya di tempat tidur bingung memikirkan Gilang yang tidak kunjung pulang.
Pikirannya melayang kemana-mana, bahkan pikiran negatif mulai hinggap satu persatu namun segera ditepis Nindi.
Puas dengan kemelut yang tengah dihadapinya kini Nindi memejamkan mata dan baru sebentar saja dia telah terlelap.
*******
Tepat pukul lima pagi Nindi membuka matanya dia menengok sebelahnya dan membayangkan Gilang tidur di sampingnya.
Bibir Nindi tengah menyunggingkan senyuman, sungguh indah membayangkan hal itu.
Membayangkan Gilang memeluknya, manja-manja dengannya bahkan mau memberi nafkah batin untuk Nindi.
Ari Mata Nindi merembes keluar, tragis sekali nasibnya menjadi istri yang tidak dianggap oleh Gilang.
Nindi segera menghapus air matanya lalu beranjak dari tempat tidur dan pergi membersihkan diri.
Setelah itu Nindi ke luar untuk membersihkan rumah dan memasak.
"Jadi semalam kamu nggak pulang mas?" Nindi bermonolog dengan dirinya sendiri merasakan sesak hatinya karena sikap Gilang.
"Tidak kah kamu berfikir saja sedikit tentang aku mas," gumam Nindi lalu menghapus air matanya.
Hari ini Nindi berencana menemui Ratna lagi, dia akan melaksanakan ide dari Ratna kemarin yaitu melamar pekerjaan di kantor Gilang.
Ratna sudah menyiapkan segala sesuatunya, semua identitas Nindi sudah Ratna palsukan, nama samaran Nindi sekarang adalah Rara.
"Bismilah berangkat dulu ya kak Ratna, mohon doanya semoga diterima," kata Nindi.
"selalu aku doakan Nin, syukur syukur kamu diangkat jadi sekertaris, biar semakin besar peluang untuk mendekati Gilang," sahut Ratna dengan terkekeh.
Beberapa saat kemudian Nindi sampai di kantor Gilang, ternyata dia berpapasan dengan Gilang di depan pintu kantor.
Mata Gilang menatap Nindi dengan lekat,
"Bukankah dia wanita yang kemarin bernyanyi di cafe?" gumam Gilang.
Nindi menemui resepsionis dan bertanya ada lowongan pekerjaan apa tidak.
Gilang yang mendengarnya mendekat dan mengajak Nindi duduk.
Sebenarnya awal pertama melihat Nindi di cafe Gilang sedikit tertarik dengan kecantikan Nindi, apalagi saat mendengar lagu yang dibawakan Nindi waktu itu.
"Kamu mencari pekerjaan?" tanya Gilang
Nindi yang nampak gugup berhadapan dengan Gilang yang sejatinya adalah suaminya sendiri.
"Iya pak," jawab Nindi.
Gilang nampak mengerutkan alis pasalnya dia tidak asing dengan suara dari Nindi.
"Siapa namamu?" tanya Gilang.
"Saya Rara pak," jawab Gilang.
Nindi memberikan berkas-berkasnya pada Gilang, beberapa saat kemudian Gilang tersenyum dan menutup berkas Nindi.
"Mulai besok kami bisa bekerja di sini," ucap Gilang
Nindi sangat senang karena Gilang telah menerimanya bekerja jadi rencannya berhasil.
Saking senengnya Nindi langsung saja memeluk Gilang.
Mata Gilang membola, dia jantungnya berdegup kencang saat Nindi memeluknya.
Gilang seperti orang yang kesetrum, tubuhnya panas dingin sekarang.
Nindi yang baru sadar kini melepaskan pelukannya seraya berucap
"Maaf Pak maaf, saking senangnya jadi nggak kontrol," kata Nindi minta maaf.
Gilang tersenyum tipis, "Nggak papa," sahutnya.
Setelah selesai, Nindi pamit untuk pulang.
"Ya sudah pak, saya pamit dulu," pamit Nindi
"Hati-hati ya," sahut Gilang perhatian.
Mata Gilang terus menatap punggung Nindi yang menjauh dari pandangannya.
Entah kenapa Gilang senyum senyum sendiri tak jelas, saat sadar dia mengusap rambutnya.
"Ada apa denganku?" gumamnya lalu beranjak dan pergi ke ruangannya.