"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pasangan Pecundang
"Iyaaaaaaannn.....!!!!", teriak Tania histeris, mobil yang lalu-lalang pun terhenti. Kalau Gadis itu juga berusaha mencapai tubuh Brian yang sudah terpelanting berdarah-darah. Ia meraung-raung di sana, entah apa yang sebenarnya ia rasakan antara kalut, takut, dan yang lainnya Ia juga bingung. Karena melihat Brian seperti itu rasanya Ia juga patah.
"Ambulance ... Tolong siapapun telepon ambulance cepat.. Tolong... Iyan... Bangun Iyan bangun, aku takut Iyan...!!!", jeritnya ketakutan dengan Brian yang berdarah-darah di pangkuannya.
Sesampainya,
Tiga orang petugas ambulans dan dua dokter bergegas membawa Brian untuk dibawa ke UGD, Tania yang ikut-ikutan bersimbah darah Brian ikut mendorong brankar dan berlari bersama para tim medis lainnya.
"Tania...", lirih Jun Young yang tak sengaja melihat Tania dari kejauhan.
" Iyaan... kamu dengar aku Iyan... Iyan please tetap sadar. Bryan.. kamu dengar aku... hiks.. Boo....", jeritnya.
Langkahnya terhenti tepat didepan ruang operasi. Sony sudah sigap menunggu didalam, karena hasil CT Scan menunjukkan tulang rusuknya patah dan mengganggu paru-paru.
Segera setelah ia melihat tubuh bersimbah darah Bryan di dorong ke dalam ruangan. Semuanya hening seketika. Ia melihat betul seluruh lorong di isi banyak orang berlalu lalang, tapi kenapa jadi se hening ini.
Apa yang salah?
Apa semua orang memang diam?
Brugh...
Ia terduduk di lantai, kakinya tak mau lagi menopang. Dari kejauhan Joon Young melihat Tania duduk bersandar pada dinding luar ruang operasi. Ia menghampirinya.
"Taniaya... gwenchana?", serunya kuatir. Tania menatapnya kosong.
Tidak jawaban keluar dari bibir pucat itu. Gadis itu tidak bergeming sama sekali. Ia kaku. Sungguh kaku, dilihat dari gelagatnya, ia juga kesulitan bernapas.
"Tania..."
"Tania..."
Joon Young benar-benar panik. Ia tidak pernah melihat gadisnya seperti ini.
Tatapan Tania pendek, ia mengepal tangannya kuat, dan sangat sulit di regangkan. Joon Young pun kesulitan.
"Tania... yaa... Wae....???!!", teriaknya kebingunhan. Ia benar-benar tidak tahu harus apa. Gadisnya itu bangun, namun tidak sadar.
"Dokter Jung....", seru Yona dan langsung ikut duduk berlutut mensejajarkan diri dengan Tania yang masih kaku. Ia mengeluarkan sebuah alat suntikan.
"What are you doing?", bingung Joon Young.
"Ini obat penenang. Dia butuh ini." seru Yona sambil menyuntik lengan atas Tania, perlahan matanya redup, dan 100% tertidur.
Joon Young menggendong Tania didampingi Yona, lalu membaringkan gadis itu di sebuah ruangan khusus. Joon Young menatap penampilan gadisnya itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Hampir seluruh tangannya, blazer kerjanya, celananya, terkena darah Bryan.
"Dokter Yona, dia kenapa? Saya tidak paham." seru Joon Young akhirnya.
"Tania phobia darah. Semua cairan merah yang banyak, bagi dia itu darah. Dulu ada kecelakaan mobil tepat didepannya, darahnya korban itu terciprat ke wajahnya, dari sana lah trauma psikologis nya berasal. Pada masanya Bryan selalu bawa obat penenang kemana pun kalau bareng Tania, karena sewaktu masih parah-parahnya Tania bisa kejang dimana saja. Mungkin kejadian hari ini buat traumanya kembali lagi. Dokter Jung, saya tinggal sebentar ya."
Deg
Joon Young benar-benar tidak habis pikir. Ternyata orang yang ia percaya bisa menopang luka batinnya, punya luka yang belum sembuh juga, malah lebih parah darinya. Sempurna sekali bukan pasangan ini yeorobun, yang satu phobia bising, yang satu phobia darah.
"Kami berdua memang benar-benar pecundang, astaga. Aigoo...", desah Joon Young berat, sembari mengelap seluruh kulit Tania yang terkena darah, memar bekas kemarin berkemah masih ada. Joon Young mendesah berat. Ia bingung dan sedikit overthinking.
Bagaimana bisa ia membawa Bryan ke rumah sakit?
Apa tadinya mereka bersama tanpa sepengetahuan dirinya?
Apa mereka janjian sebelumnya? dan berbagai hal lainnya yang berkecamuk di pikirannya.
Klek
Pintu dibuka, Yona kembali dua jam kemudian dengan pakaian pasien di tangangnya.
"Dia belum siuman?", tanya Yona, dan Joon Young menggeleng.
" How's Bryan?"
"Kata Sony operasinya rumit dok. Kepalanya baik-baik saja tidak ada luka trauma apapun. Tapi tulang rusuknya yang patah dan menusuk paru kiri. Syukurlah dia bertahan." jelas Yona, jelas ia mendesah berat. Ia juga sudah overthinking sejak mendengar berita itu.
"Dokter Yona, terima kasih sudah Sudah merawat Tania." suruh Joon Young.
" It's fine. Mau makan malam bareng? Di kantin. Kita juga perlu energi, shift malam masih panjang, belum lagi kita berdua masing-masing mantau Bryan sama Tania, ayo." ajak Yona, sembari meletakkan baju pasien di sudut brankar Tania.
"You go, I will stay."
"Saya sudah minta perawat untuk berjaga di sini dokter Jung, It's okay. Let's go." ajak Yona lagi. Merasa tidak enak terlebih Yoona sudah merawat pacarnya dengan baik, Joon Young pun pergi bersamanya.
skip
Bip ... Bip ... Bip ... tak ... tak ... tak..
Bunyi monitor yang dalam yang terletak tidak jauh dari Bryan, serta bunyi lirih tetesan infus dan darah tambahan yang bergantian.
Sekilas tentang Bryan, sebenarnya ia punya kisah yang hampir sama dengan Joon Young, Ia memang punya orang tua yang masih lengkap, tapi seperti tidak punya. Keduanya lebih mementingkan bisnis ketimbang Bryan sama sekali tidak peduli tentang Apapun yang terjadi pada anak semata wayang mereka. Bahkan semasa sekolah menengah ayah kedokterannya selesai, Bryan diasuh oleh paman dan bibinya. Tapi kini setelah Brian hampir selesai dan mendapatkan spesialisasinya bibi dan Pamannya pindah ke Auckland, karena merasa Brian sudah cukup dewasa dan sepertinya, sudah cukup umur untuk menentukan hidupnya sendiri, entah menikah sekalipun.
Tanpa menjadi dokter sekalipun hidupnya sudah berkecukupan, dengan semua yang diberikan orang tuanya. Bedanya dengan Joon Young, ia sehat dan tidak punya riwayat penyakit apapun.
Dan di sinilah Ia sekarang, badannya penuh perban di sana-sini, tidak ada yang mendampinginya, ia sendiri di ruangan yang sepi dan dingin itu.
Sementara di ruangan yang lain, gadis yang tadinya heboh sekali teriak-teriak di tengah jalan, hingga traumanya bangkit kembali mulai sadar dan membuka mata karena merasa seseorang menyentuh badannya. Samar-samar hingga akhirnya dengan jelas ia melihat seorang perawat wanita baru saja selesai mengganti pakaiannya, dengan pakaian pasien.
" Nona anda sudah sadar? ", suruh perawat itu dan membantu Tania yang mencoba duduk.
"Iyaan... Iyan... Boo... ", paniknya. Iya sama sekali tidak tenang, gusar, bahkan melepas paksa infusnya.
" Nona, anda belum boleh bangun." sang perawat ikut panik, dan berusaha menahan Tania agar tetap berbaring.
"Lepas, Iyan.. dia... dia di mana, dia dimana...!?", jeritnya histeris.
🌼🌼
Yona merasa bangga ketika orang-orang di kantin memperhatikan dirinya yang datang dan makan bersama dokter Jung.
"Woah... Habis ini gua pasti digosipin pacaran deh." girangnya dalam hati.
Sementara Joon Young bersikap biasa saja Bahkan tidak memperhatikan Yona sedikitpun. Ia hanya fokus pada makanannya, agar menyelesaikan makan malam itu dengan cepat, karena bagaimanapun juga pikirannya tetap berfokus pada Tania.
"Eh.. Ingat ngga sama cewek yang tiba-tiba muncul di grup kemarin itu."
" Oh iya gua ingat, Tania atau Vania itu kan maksud lo."
" Iya yang itu, Tania deh kalau nggak salah namanya. Dia yang bawa dokter Bryan ke sini, wah sumpah dramatis banget, dia juga berdarah-darah. Gua bingung antara serem sama kagum."
" Iya gua juga lihat tadi. Kalau memang bukan pacarnya ngapain segitunya? Bisa aja kan dia nelpon ambulans ya udah biarin aja, kan juga dapat penanganan medis sih di atas ambulans."
" Tapi kan kata cewek itu pacarnya juga dokter di sini, berarti itu bohong dong."
Kedua dokter wanita itu sibuk menggunjingkan Tania tanpa melihat sekeliling. Yona sudah agak cemas memperhatikan Joon Young, tapi pria itu bersikap tenang seolah tidak peduli gunjingan orang di belakangnya.
" Siapa tadi lu bilang namanya?"
" Tania."
" Nah itu, dia ngamuk sama perawat karena nggak diizinin nemuin dokter Brian di ICU. "
Duakkk
Joon Young meletakkan sendok dan garpunya dengan kasar, dan detik itu juga ia pergi tanpa berkata apapun dan meninggalkan Yoona.
🌼🌼
Dari kejauhan ia sudah melihat beberapa orang berkumpul di depan ICU. Wajah mereka semua agak tegang. Selalu samar-samar Ia juga mendengar raungan seorang wanita dari jaraknya yang masih jauh itu. Hingga tinggal beberapa meter ia yakin betul itu adalah teriakan pacarnya.
"Lepasin... Lepasin... Lepasin gua... Iyaaannn.... Boo... bangun Boo... Boo... kamu dengar aku, Bryan.... Boo..".
"Tan, tenang dulu, lu belum boleh nemuin dia. Tenang dulu Tan."
"Sadar Tania, please." Sony mencoba menenangkannya.
" Lepasin, lepasin gua. Dia berdarah Sony. Dia berdarah. " teriaknya.
Suara Tania sudah sampai di telinga Joon Young yang kini berlari ke arahnya. Orang yang berkerumun sudah kasak kusuk. Joon Young menerobos kerumunan itu untuk meraih pacarnya yang masih meraung-raung di depan Sony.
" Tan, please. Sadar Tan." mohon Sony sudah frustasi.
Tap, telapak tangan Joon Young mendarat di pundaknya Sony. Pria itu paham dan membiarkan Joon Young mengambil alih.
"Joon Youngah." tangis Tania pelan.
"Gwenchana, gwenchana... I'm here." seru Joon Young sambil menggendong Tania yang spontan menjinak, dengan langkah yang pelan dan tenang ia membawa Tania kembali ke ruangan yang sebelumnya ia tempati tadi.
Melihat hal itu kerumunan orang semakin penasaran tentang apa yang terjadi. Dokter Jung memperlakukan gadis yang meraung-raung itu dengan sangat lembut dan penuh cinta.
" Apaan tuh tadi? Jadi pacarnya itu dokter Jung."
" Jadi beneran dokter Jung?"
" Astaga".
" Itu cewek amalannya apa sih? Bisa-bisanya Double Kill begitu?".
"Dokter Bryan di mantanin, lah sekarang Dokter Oppa idola kita dipacarin, Ya ampun hati gue sakit banget."
Begitulah rengekan para dokter dan perawat wanita sepeninggal Joon Young yang menggendong Tania. Raut wajah Yona berubah kesal, rencananya gagal total.
" Bisa nggak sih itu cewek balikan aja sama Iyan?." batinnya benar-benar kesal.
.
.
.
Tbc ... 💜