Kisah ini adalah kelanjutan dari Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas.
Di sini, Author akan lebih banyak membahas tentang Arjuna Jati Manggala, putra dari Arsha dan Raina yang memiliki Batu Panca Warna.
Batu Panca Warna sendiri di percaya memiliki sesuatu yang istimewa. 'Penanda' Bopo ini, barulah di turunkan pada Arjuna setelah ratusan tahun lamanya. Jadi, Arjuna adalah pemegang Batu Panca Warna yang kedua.
Author juga akan membahas kehidupan Sashi, Kakak Angkat Arjuna dan juga dua sepupu Arjuna yaitu si kembar, Naradipta dan Naladhipa.
Beberapa karakter pun akan ada yang Author hilangkan demi bisa mendapatkan fokus cerita.
Agar bisa mengerti alurnya, silahkan baca terlebih dahulu Novel Cinta Ugal - Ugalan Mas Kades dan juga Novel Bopo Kembar Desa Banyu Alas bagi pembaca yang belum membaca kedua Novel tersebut.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fernanda Syafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Sisi Lain Arjuna
"Kamu ngapa sih, Dek. Ketawa - ketawa aja dari tadi? Kesurupan?" Tanya Sashi.
"Ngawur! Mana berani setan ngerasukin aku? Kalo aku yang ngerasukin setan, iya juga." Jawab Arjuna yang membuat Sashi tertawa.
"Terus kenapa kamu cekikikan dari tadi?' Tanya Sashi.
"Lucu aja ngeliat muka anak tadi." Jawab Arjuna.
"Dasar jahil." Sahut Sashi.
"Itu siapa sih, Mbak? Dia suka kan sama Mbak Aci?" Tanya Arjuna.
"Itu loh yang namanya Sandi. Yang Mbak Aci tunjukin chatnya ke kamu waktu itu." Jawab Sashi.
"Oh, jadi itu orang yang di bangga - banggain sama anak - anak di Sekolahnya?" Kekeh Arjuna.
"Dia tadi ngapain ke sekolah kita? Sengaja mau nyamperin Mbak Aci? Apa Mbak Aci emang udah janjian mau ketemu sama dia?" Tanya Arjuna.
"Mbak Aci gak pernah janjian ketemu dia, yang ada malah agak risih sama dia. Kadang dia emang suka gitu, Jun, tau - tau nongol di sekolah." Jawab Sashi.
"Lha kok koyok demit, moro - moro mak bedunduk. (Lah kok seperti setan, tiba - tiba muncul.)" Kekeh Arjuna yang menular pada Sashi.
"Kamu juga, kenapa kok tiba - tiba muncul terus manggil gitu?" Tanya Sashi.
"Sengaja, biar gak ada yang deketin Mbak Aci. Biar Mbak Aci jadi perawan tuek. Biar nanti Mbak Aci momong anakku aja. Nanti tak buatin Keponakan yang banyak, tak jamin hidup Mbak Aci gak bakal kesepian." Gurau Arjuna sambil tergelak.
"Ngawur banget lambene Juna ik!" Omel Sashi sambil memukul helm Adiknya.
"Momong anakmu yang modelan kayak kamu, sebulan aja aku bisa pindah alam." Imbuh Sashi.
"Kok gitu to, Mbak. Aku loh anak nurutnya kayak gini. Dibilangin A ya A-"
"Tapi ndadak lewat V, W, X, Y, Z dulu." Potong Sashi yang membuat Arjuna kembali tertawa.
"Kamu kok gak bilang kalo mau daftar pengurus OSIS, Jun? Katanya waktu itu gak mau?" Tanya Sashi.
"Iseng aja, cek popularitas." Jawab Arjuna asal.
"Jangan sembarangan, Arjuna. Jangan main - main kamu." Sashi memperingatkan.
"Lagian gak perlu kamu cek juga, udah jelas kamu itu populer di sekolah. Bahkan sampe anak - anak sekolah lain juga banyak kenal sama kamu." Imbuh Sashi.
"Widih! Jadi tersandung, aku." Kekeh Arjuna.
"Tersanjung! Ngomong aja typo." Gerutu Sashi yang membuat Arjuna tertawa.
"Lagian, Mbak Aci nih kayak gak tau aku aja. Aku kalo udah ambil keputusan, pasti udah tak pikirin lah. Aku juga gak gila popularitas, secara, aku ini anak introvert." Jawab Arjuna yang membuat Sashi tertawa.
"Introvert untumu njepat! Intropreet iya juga." Kata Sashi yang membuat mereka berdua tertawa.
Begitulah perjalanan mereka setiap hari yang selalu di penuhi canda dan tawa. Di saat keduanya sama - sama lelah, maka canda dan tawa itulah yang menjadi pengobatnya.
...****************...
"Jun... Juna... Ada yang nyariin." Ujar salah seorang teman Arjuna.
Arjuna bersama teman - temannya sedang berada di sebuah warung yang biasa menjadi tempat tongkrongannya, terutama saat ia harus menunggu Sashi pulang.
"Siapa?" Tanya Arjuna.
"Anak SMAN Dua itu, dari seragamnya."
Mendengar itu, Arjuna pun hanya tersenyum. Ia tentu tau siapa orang yang mencarinya dan hal ini pun sudah ia perkirakan sebelumnya.
"Biarin aja, kalo penting juga nanti dia nyamperin." Jawab Arjuna dengan santai sambil menyeruput es tehnya.
Tak berselang lama, orang yang mencari Arjuna itu pun benar - benar menghampiri Arjuna yang tak beranjak dari tempatnya duduk.
"Wooi! Kenapa gak keluar? Takut?" Tanya Sandi yang kemudian duduk di depan Arjuna.
"Takut? Justru kalo aku buru - buru keluar, itu nandain kalo aku takut." Jawab Arjuna sambil tersenyum meledek.
"Ch! Sok banget jadi orang." Kata Sandi sambil menggebrak meja, seolah menunjukkan kalau dia mendominasi di sana.
Anak - anak yang ada di warung itu pun seketika menjadi heboh karena pasti akan keributan di antara mereka berdua.
"Ada urusan apa? Jangan ngerusak properti orang to." Kata Arjuna sambil mengusap - usap meja yang baru di gebrak Sandi.
"Mau pesen minum atau makan? Siapa tau kamu laper. Biasanya orang suka emosi kalo laper. Tenang aja, aku yang traktir." Tawar Arjuna.
"Ora usah keakehan cangkem! (Gak usah banyak bicara!) Ada hubungan apa kamu sama Sashi?" Tanya Sandi tentu dengan nada kasarnya.
Teman - teman Arjuna yang mengetahui kalau Arjuna dan Sashi adalah Kakak Beradik, tentu hanya bisa menahan tawa.
"Oh, Apa perlu tak jelasin lagi? Udah lihat kan kemarin?" Arjuna justru balik bertanya hingga membuat Sandi tersenyum masam.
"Putusin dia. Dia itu cewek inceranku." Kata Sandi.
"Memang kamu siapa ngatur - ngatur aku?" Jawab Arjuna yang sedari tadi tampak begitu tenang dan tidak terprovokasi dengan sikap Sandi yang terus memancing emosi.
"Jiiaancook! Nggolek perkoro tenan cah iki (Cari masalah bener anak ini.)" Umpat Sandi hingga membuat orang - orang di sekitar mereka terkejut karena suara Sandi yang menggelegar.
"Heh! Ono opo to, kok malah nggawe rusuh neng kene? Sopo to cah iku, Mas Juna? (Heh! Ada apa to, kok malah bikin kerusuhan di sini? Siapa to anak itu, Mas Juna?)" Tegur pemilik warung.
"Ngapunten njih, Pakde. Niki mung bocah mboten enten damelan. (Maaf ya, Pakde. Ini cuma anak gak punya kerjaan.)" Jawab Arjuna sambil cengengsan hingga membuat si pemilik warung tersenyum.
Pemilik warung itu jelas mengenal bagaimana sikap dan perangai Arjuna. Arjuna yang ia tau, selama ini tak pernah berbuat onar apa lagi sampai memiliki musuh. Ia selalu bersikap baik dan sopan, bahkan karena sikap humblenya itu, ia memiliki banyak teman dari sekolah lain yang berawal dari obrolan santai di warung.
"Jangan bikin ribut di tempat usaha orang. Tadinya, sengaja aku pancing masuk biar bisa bicara baik - baik. Mungkin bisa sambil ngopi atau ngeteh. Tapi kayaknya kamu terlalu liar untuk di ajak bicara baik - baik." Ujar Arjuna yang menatap Sandi dengan senyuman tipis.
Mendengar ucapan Arjuna, tentu membuat Sandi semakin emosi. Ia terus mengumpati Arjuna yang hanya diam sambil berdiri tegap dan menatap ke arahnya.
Arjuna yang tadinya terlihat santai, kini menatap dengan tatapan yang tak lagi bersahabat. Sorot matanya begitu tajam dan dingin, seolah siap merobek - robek jantung orang yang ia tatap walaupun gesturnya tetap terlihat tenang.
Suasana di sana pun berubah menjadi tegang. Teman - teman Arjuna sendiri cukup terkejut melihat sisi lain Arjuna yang tak pernah ia tampakkan. Arjuna, memang terkenal sangat santai, teman - temannya bahkan tak pernah melihat Arjuna yang benar - benar marah. Marahnya Arjuna selama ini hanya sebatas teguran ramah saja.
Dengan tenang dan tanpa bicara, Arjuna berjalan keluar dari warung itu, tentu saja dengan Sandi yang tampak kepanasan berada di belakangnya.
Arjuna berjalan menuju ke sebuah tanah lapang yang berada di sebrang warung. Ia lalu berhenti di tengah - tengah tanah lapang yang memang tak sebesar lapangan bola.
Melihat teman - teman Sandi yang mengikuti keduanya ke Lapangan, teman - teman Arjuna baik dari sekolahnya maupun sekolah lain pun langsung ikut berkerumun di tepi lapangan. Mereka berjaga - jaga untuk membantu Arjuna jika sampai sesuatu yang tak diinginkan terjadi.
mz arjunaku yg ca'em,bagus,guanteng sak kabehe,smpyn meneng mawon.lenggah sing tenang.tak santette sandi sak krocone.😡🤬😤
ayoooo juna sentil si sandi dengan kelelawar🤭