Bagian pertama dari Kembar Pratomo Generasi Ke Delapan
Mandasari Pratomo, putri bungsu jaksa penuntut umum New York, Adrianto Pratomo, tidak menyangka pria yang dikiranya hendak melecehkan dirinya, ternyata hendak menolong. Ditambah, pria itu adalah anggota kopassus yang sedang pendidikan di Amerika dan Mandasari menghajar pria itu hingga keduanya masuk sel. Wirasana Gardapati tidak habis pikir ada gadis yang bar-bar nya nauzubillah dan berdarah Jawa. Akibat dari kasus ini pihak kopassus harus berhadapan dengan keluarga Pratomo. Namun dari ini juga, keduanya jadi dekat.
Generasi ke delapan Klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keributan Di Pagi Hari
Solo Jawa Tengah
Herdiani tidak bisa menyingkirkan ucapan anak lelakinya yang mengatakan bahwa Santi adalah seorang manipulator dan itu sebabnya Wira tidak pernah tertarik padanya.
Padahal Santi sudah ikut lama, sejak Wira masuk kopassus. Herdiani ingin tidak mempercayai ucapan Wira tapi hati kecilnya mengatakan bahwa putranya tidak berbohong. Apa sih? Apa yang sebenarnya terjadi?
"Ibu baik-baik saja?" tanya Santi ke Herdiani yang masih termangu.
Wanita anggun itu sedikit tergagap. "Eh? Aku ... Baik-baik saja Santi."
"Apa terjadi sesuatu pada mas Wira Bu?" Santi menatap Herdiani dengan tatapan perhatian.
"Oh, Wira baik-baik saja." Coba aku pancing. "Sedang bersama dengan Mandasari di Princeton University."
Rauf wajah Santi pun berubah menjadi keras meskipun hanya sekian detik tapi Herdiani bisa melihat sesuatu yang tidak pernah dilihatnya.
"Tapi ibu tetap meminta saya menjadi menantu ibu kan? Saya yang lebih mengenal mas Wira dan lebih bisa mendampingi tho Bu ?" ucap Santi dengan nada percaya diri membuat Herdiani sedikit terkejut namun wanita itu bisa merasa ada yang tidak beres.
Herdiani hanya mengangguk sambil tersenyum. Kenapa aku sekarang menjadi ragu ya?
***
Apartemen Mandasari Keesokan Harinya
Mandasari keluar dari kamarnya usai menyelesaikan ibadah subuhnya dan melihat Oscar tiduran di Sofanya dengan tangan menutup wajahnya.
"Lha si kadal udah datang aja pagi-pagi!" gerutu Mandasari. "Woi, Kadal ! Lu ngapain pagi-pagi dimari?"
"Aku syedih, Sari ... Kencan aku berantakan," isak Oscar.
Mandasari hanya berjalan menuju dapur dan menyiapkan mesin kopi, mengambil dua botol air dingin dari dalam kulkas lalu menuju Oscar sambil menempelkan botol dingin ingin itu ke pipi sahabatnya.
"Aaaaarrrgggghhhh ! Sarrrrriiiiii ! Dingin kampret!" jerit Oscar sambil terduduk dan menatap judes ke Mandasari yang nyengir usil.
"Lagian ya bagaimana bisa kencan elu berantakan?" tanya Mandasari sambil duduk di sofa.
Suara pintu dibuka terdengar membuat keduanya menoleh. Tampak Mavendra menatap judes ke Oscar.
"Hei kadal! Gue itu normal ! Elu main naik tempat tidur terus meluk gue ! Kupret lu !" amuk Mavendra.
Mandasari melongo lalu menoleh ke Oscar. "Elu coba gr3pe-gr3pe adik gue!" pendelik gadis itu.
"Kan daku tidak tahu kalau ada Vendra ... Mana baunya enak lagi ... Addduuuhhhh!" Oscar memegang kepalanya yang kena keplak Mandasari.
"Kampret lu ! Adik gue mau digrooming!" bentak Mandasari.
"Kagak sengaja Sarrrrriiiiii ! Kan aku tidak tahu ada Vendra di kamar," rengek Oscar.
"Terus elu apain si kadal?" tanya Mandasari ke Mavendra.
"Sikut lah sampai jatuh dan terus gue usir dari kamar ! Kamar aku kunci langsung!" jawab Mavendra sambil berjalan ke dapur dan membuat kopi.
Mandasari mengangkat tangannya dengan gaya hendak memukul, gemas dengan sahabatnya. "Awas kalau kamu macam-macam! Bakalan kena blacklist sama bokap dan kamu tidak boleh kemari!"
"Sariiii ... Kan aku sudah bilang minta maaf. Tidak sengaja juga!" Oscar menatap melas ke Mandasari.
Mavendra menggelengkan kepalanya melihat keributan kakaknya dengan sahabat g@y nya. Terlepas Oscar nyeleneh, tapi dia selalu ada jika Mandasari membutuhkan teman berbagi.
"Woi, kadal ... Mandi deh! Baumu bau haram !" celetuk Mavendra sambil minum kopinya.
"Kampret lu Vendra!" pendelik Oscar.
Suara bel apartemen Mandasari pun berbunyi dan ketiganya saling menoleh.
"Siapa pagi-pagi datang kemari?" tanya Oscar.
Mandasari berdiri dan berjalan menuju pintu. "Paling Wiro Sableng," jawabnya sambil membuka pintunya. "Pagi Wiro Sableng."
Wira tersenyum ke arah Mandasari. "Assalamualaikum calon makmum."
Mandasari melongo tapi tetap reflek menjawab "Wa'alaikumsalam muridnya Sinto Gendeng."
Mavendra dan Oscar yang melihat adegan itu, hanya tepok jidat berjamaah.
"Oh ya Allah, cobaan apalagi ini pagi-pagi ada adegan lenong Betawi," gumam Mavendra sambil menyesap kopinya. "Aku butuh kafein yang banyak !"
***
"Jadi Oscar masuk kamar kamu dan main peluk ala guling? Yakin kamu sudah mandi besar, Vendra?" tanya Wira tanpa rasa bersalah membuat Mandasari tersedak air minumnya sementara Mavendra menatap judes ke anggota kopassus itu.
Mandi besar atau mandi wajib adalah ritual membersihkan diri dari hadas besar dengan membasuh seluruh tubuh menggunakan air. Mandi wajib juga disebut mandi junub.
"Gue cuma dipeluk kagak diapa-apain. Lagian dia juga lagi mabok dan harusnya dia yang mandi besar, diguyur disinfektan dan diruqyah sekalian!" jawab Mavendra sengit sambil menunjuk ke Oscar yang sedang makan cereal.
"Eh buset, aku mandi disinfektan?" balas Oscar yang sudah mandi dan wajib pakai sabun Dettol pemberian Mavendra.
"Iyalah ! Elu kan ke tempat maksiat dan haram jadah ! Padahal jadah itu enak apalagi Apolo!" ujar Mavendra sengit.
Jadah Apolo adalah jadah bakar yang diisi coklat. Salah satu Snack yang terkenal di Solo dan banyak terdapat di wedangan.
Jadah Apolo
"Jadi kangen Solo ya Vendra," senyum Mandasari.
"Yuk ke Solo !" ajak Wira penuh semangat.
Kedua kakak beradik itu menatap arah Wira. "Yang senang elu kan?" ucap Mavendra judes.
"Iya lah! Kan bisa sekalian mengenalkan kakak kamu ke ibu aku," jawab Wira sambil menatap lembut ke Mandasari.
"Bukannya ibu kamu tidak suka aku?"
"Kan belum ketemu langsung."
Mandasari memicingkan matanya ke Wira yang memajukan wajahnya dan mengusap hidung gadis itu dengan ujung hidungnya.
"Lha kok malah macam orang NTT .. Apa namanya ... Henge'do? Cium hidung?" celetuk Mavendra.
"Kok kamu tahu ?" tanya Wira ke remaja bermata coklat terang itu.
"Tahu lah! Mbak Sari kan ambil antropologi dan aku sempat membaca artikel tentang budaya di banyak suku dan daerah di Indonesia," jawab Mavendra. "Memangnya mas Wira pernah dikirim ke NTT?"
"Pernah dinas kesana tapi cuma dua bulan terus aku ditarik ke Jakarta, ikut seleksi masuk pendidikan disini."
"Oh pantas ..."
Note
Budaya gesek ujung hidung, yang juga dikenal sebagai tradisi "cium hidung", adalah sebuah tradisi yang umum di berbagai daerah di Indonesia, terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT). Tradisi ini dilakukan dengan menempelkan atau menggesekkan ujung hidung satu orang dengan ujung hidung orang lain sebagai bentuk salam, ungkapan rasa hormat, atau tanda persahabatan.
Tradisi ini berfungsi sebagai sarana moderasi beragama, menciptakan keramahan, simbol kekerabatan, simbol penyelesaian masalah, simbol toleransi, dan fungsi kontrol sosial dalam masyarakat.
Sumber Google
***
Solo Jawa Tengah
Santi merasa Herdiani tidak seantusias kemarin yang ingin menjodohkan dirinya dengan Wira. Bagi Santi, ini sangat mengganggu rencananya untuk bisa menjadi menantu Herdiani dan pelan-pelan mengambil alih usaha penyetan wanita itu. Santi memang sudah lama mengincar usaha ini dan menjadi istri Wira.
Tapi jika bu Herdiani mulai goyah, ini tidak bisa dibiarkan!
***
Yuhuuuu up malam Yaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu
mending sama sarimi yang nggak punya niat apa apa dan yang pasti meskipun bar bar tetap tahu manner
kl ga prcya,tnya ka hana aja....😁😁😁