NovelToon NovelToon
Keluargamu Toxic, Mas!

Keluargamu Toxic, Mas!

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Lansia
Popularitas:941
Nilai: 5
Nama Author: Dian Herliana

Annisa jatuh cinta pada Iman, seorang montir mobil di bengkel langganan keluarganya.
Sang Papa menolak, Nisa membangkang demi cinta. Apakah kemiskinan akan membuatnya sadar? atau Nisa akan tetap cinta?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Herliana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 16

Buat yang belum mengerti apa itu pemancingan Galatama Lele akan Author coba jelaskan sedikit.

Di pemancingan Galatama lele itu, ikan yang sudah terkena kail atau memakan umpan, Ikan itu akan di ceburkan lagi ke dalam empang. Pemancing mendapat poin dari berapa ikan yang ia dapat, juga siapa yang mendapatkan ikan terberat atau disebut babon. Siapa yang mendapat terbanyak atau teberat, ialah juaranya. Ia mendapatkan uang yang mereka bayarkan bersama.

Itu judi bukan, sih? Nisa mulai merasa cemas.

"Itu lomba, Mah. Bukan judi.Kalau judi, Kita nggak ngapa - ngapain dapat uang. Cuma modal uang doang." pendapat Nino menenangkannya.

"Kok gitu? Jadi harus beli ikan terus?"

" Iyalah! "

"Terus gimana bayar Mamanya?"

"Dari duit warung aja!" 'Kaaan!

"Nggak bisa, Pah. Uang warung Mamah kumpulin buat biaya kuliah Nino." Tidak lama lagi Nino lulus SMA.

"Emangnya Nino harus kuliah, ya?"

"Harus dong, Pah! Emang harus seperti Papahnya?" Iman cemberut mendengar celotehan Nisa. Ia kembali merasa direndahkan. Setiap kali Nisa menyinggung masalah pendidikan, itu menjadi sesuatu yang sensitif buatnya.

Nisa segera menyadari kesalahannya.

"Maksud Mamah, anak Kita harus lebih baik dari Kita, Pah!"

Tapi Iman sudah terlanjur illfeel. Iman mengambil buku yang ia dorong tadi.

"Mana uangnya?" tangannya terulur meminta.

"Semua, Pah?"

"Iya. 'Kan buat beli ikan."

"Buat Mama?" Nisa dengan ragu menyerahkan uangnya. Iman yang tidak sabar langsung menyambar uang di tangan Nisa, menghitung cepat lalu memasukkannya ke dalam dompetnya. Ia sama sekali tidak merespon pertanyaan Nisa tadi. Bahkan ia berlagak seperti tak mendengarnya.

Iman bergegas keluar beserta buku di tangannya.

"Mau kemana, Pah?"

"Mau laporan sama Abang!" jawab Iman sambil berlalu.

"Kenapa harus laporan ke Abang, ya?" Nisa menjadi heran.

"Apa karena tanahnya punya Abang, ya." monolog Nisa.

"Begitulah nggak enaknya usaha numpang tempat sama orang." keluh Nisa.

Bagaimana Abang Hasby menerima laporan dari Iman? Apakah ia akan memaksa meminta bagian seperti keinginan saudara saudaranya yang lain?

Apa pemancingan dapat terus berjalan di tangan Iman yang mudah menyerah itu?

Kembali ke laptop, eh maksudnya kembali pada hari ini.

Di tempat lomba off road Iman dan teamnya berlomba untuk mendapat kemenangan, selain kesenangan. Ya, mereka sangat menggemari berpacu di atas tanah berlumpur yang bergelombang itu. Semakin sulit medan yang ditempuh, semakin mereka senang dan merasa tertantang. Keberhasilan mereka mencapai garis finish sudah merupakan kemenangan dan kepuasan tersendiri.

"Kita berhasil, Man!" teriak Anto. Ia turun dari mobil yang sudah tertutup lumpur.

"Tapi Kita cuma dapat juara 3."

Iman juga melompat turun dari mobil.

"Busyet, deh!" Iman tertawa melihat mobilnya yang seperti tidak berbentuk karena tertutup lumpur yang sangat tebal. Lumpur itu ada yang sudah kering dan tertutup dengan yang baru.

"Nggak masalah dapat juara atau nggak, yang penting Kita puas!" Anto mengguncang bahu Iman sebelum memeluknya.

"Apaan, sih!" Iman langsung mendorong Anto. Lalu ia mengibaskan badannya.

"Udah kayak cewek aja!" Anto tertawa melihat Iman seperti jijik setelah dipeluk.

"Kita lagi kecil sering peluk pelukan, kali..!" mereka memang berteman sejak kecil.

"Ya, itu 'kan lagi kecil!Sekarang Kita udah punya cucu!"

"Laah! Emang kenapa?"

"Jengah Akunya!" Anto makin tertawa melihat bibir Iman mengerucut.

"Nisa aja nggak pernah tuh peluk peluk di depan umum!"

"Weei..! Ceritanya kangen sama Nisa, nih?"

"Apaan, siiih?!"

Iman langsung berlalu dari hadapan Anto. Ia memilih duduk menunggu teman teamnya yang lain di posko panitia.

Entah kenapa, di lubuk hatinya yang paling dalam, Iman memang merindukan Nisa. Tapi untuk mengakuinya pada Anto?

Gengsi dooong..!

Di rumahnya, Nisa sang istri mengangkat tangannya untuk mendoakannya.

"Ya Allah, Ya Rahman Ya Rahim. Berilah keselamatan dan kesehatan pada suamiku di mana pun Ia berada. Mudahkanlah semua urusannya. Aamiin. "

Iman tidak menyadari semua langkah nya terasa mudah karena doa tulus dari istrinya tapi kenapa Ia begitu sulit membagi rizki nya pada sang Istri?

Nisa melipat mukenanya.

"Papah pulangnya kapan, Mah?" tanya Doni yang memang menunggu Mamahnya selesai sholat dan berdoa.

"Mungkin nanti malam."

"Ini 'kan udah malam, Mah?"

"Ya lebih malam dari sekarang. Atau besok pagi." Nisa lalu duduk di tempat tidur. Badannya sudah sangat lelah. Sejak Wiwi memutuskan untuk kembali bekerja, tidak ada yang membantunya mengerjakan semua urusan dalam negri. Urusan rumah, maksudnya.

"Memang Om Anto nggak kerja? Besok 'kan senin."

"Nggak tau. Udah, Kamu sholat Isya dulu sana."

"Ntar."

"Jangan ntar - ntar. Sekarang!"

"Abis ini dulu, Mah. Tanggung. "

Anak sekarang kalau sudah main game di hp memang susah kalau di suruh sholat. Tidak dapat segera dilaksanakan.

"Doni?"

"Sebentar, Maaah." tuh, 'kan.

"Doni!" Nisa melotot. Untuk urusan yang satu ini Nisa akan sangat tegas. Tidak ada toleransi.

Doni bangun dengan malas malasan. Matanya masih melihat layar Hp nya.

"Doni sayang, sholeh, bageur.., taro dulu hp nya ya, Nang?" Nisa berusaha bersabar. Dengan enggan Doni meletakkan hpnya di atas lemari kabinet. Ia langsung masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Saat ia berdiri di atas sajadahnya dan memulai sholatnya, hanya kebahagiaan dan rasa syukur yang Nisa rasakan.

'Alhamdulillah Ya, Allah.' Nisa berharap Iman juga dapat berubah. Menjadi orang yang sholeh hingga mengerti akan tanggung jawabnya sebagai suami.

*******

Iman tiba di rumahnya jauh melewati tengah malam.

"Aku langsung pulang, ya. Pagi udah harus ngantor lagi." Anto pindah posisi ke bangku mengemudi yang tadi di tempati Iman.

"Lagian siapa yang mau nyuruh mampir?" Iman meleletkan lidahnya.

"Kamu tuh, ya!" gigi Anto gemelutuk karena gemas.

"Mau Aku bagi nggak jadi, nih!"

Anto memasukkan lagi dompetnya ke dalam kantong celananya.

"Eh, jangan begitu dong, To. Itu 'kan hak Aku!" protes Iman. Mereka mendapat juara 3. Hadiahnya selain thropy adalah seikat lembaran biru.

Anto tertawa geli melihat Iman melotot. Diantara mereka berempat, Iman ini paling muda, tapi paling mudah emosi.

"Siapa yang nyuruh Aku nggak mampir dulu?" ledek Anto.

"Nggak usah mampir. Sini duitnya aja." alih alih mengakui kesalahannya, Iman ngotot meminta haknya.

"Apa Aku kasihin Nisa aja, ya? " ledek Anto.

"To!"

Anto mengeluarkan lagi dompetnya. Menarik beberapa lembaran biru itu dan memberikannya pada Iman.

"Jangan protes!" Iman menutup mulutnya yang sudah terbuka.

" Kamu segitu. Aku juga segitu. Sisanya buat teman - teman yang lain. Kita satu team 'kan, nggak cuma berdua." jelas Anto.

"Lagian Kamu juga udah dapet dari Bos juga, 'kan?" Iman mendapat 5 lembaran merah dari Bos mereka untuk upah servis mobilnya.

"Tapi itu 'kan lain. " cicit Iman.

"Manisan duit dari Kamu, To." katanya. Ada ada aja. Mana ada duit yang manis?

"Lagian yang capek 'kan Aku! Banyakan Aku bawa mobilnya!"

Anto mengalah. Ia mengeluarkan lagi 2 lembaran biru.

"Nih! Itung itungan banget Kamu, Man!"

Iman tertawa.

"Ini baru cukup." katanya.

"Cukup buat apa, sih?"

"Aku mau beli joran. Harganya 900 ribu."

Anto melengak kaget.

"Lah, bukan buat Nisa?"

"Kan Nisa udah dari Kamu sebelum Kita berangkat kemarin!"

Astaghfirullaah..! Anto sampai mengelus dadanya.

*********

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!