Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9
Di tempat lain, Anwar menemui Nadin. Mereka janjian ketemu di kafe, yang tidak jauh dari tempat kerjanya Anwar, pada saat jam istirahat.
"Udah lama Na?" Tanya Anwar.
"Baru 10 menitan lah, ada apa sih Mas? Tumben-tumbenan ngajak ketemu di jam kerja. Kayaknya penting banget ya?" kata Nadin.
"Aku udah ceraikan Vina tadi pagi." kata Anwar.
"Serius Mas? jadi, kapan kita nikah Mas? Biar aku kasih tau sama orang tua aku." tutur Nadin.
"Oo ya, sekarang Vina-nya kemana Mas? Jangan bilang kalau Mas ngasih dia rumah yang kalian tempati." tuduh Nadin.
"Sekarang kayaknya masih di rumah. Tapi tenang aja, dia nggak bakalan nuntut harta gono-gini kok. Anak-anak juga ikut sama dia. Sekarang dia lagi di rumah. mungkin lagi beres-beres. Mas cuma beri dia waktu tiga hari untuk pindah." jelas Anwar.
"Baguslah kalo nggak nuntun gono-gini. Lagian aku juga kurang sreg sama anak-anaknya Mas. Apalagi anak Mas yang nampar aku tempo hari." kata Nadin.
"Jadi Mas kapan mau ngelamar aku?" Tanya Nadin.
"Secepatnya ya, biar Mas urus surat cerai dulu. Kalo Mas ngarep dari Vina, pasti bakal gak di urus. Lagian uang dari mana. Setelah ini dia pasti jadi pemulung." jawab Anwar.
🍁🍁🍁🍁🍁
Setelah melihat kedatangan Vina dan keluarganya. Iqbal menyerahkan kunci sama Aldi. Dia kembali ke rumah sakit. Tinggallah Syahril yang di mintai Iqbal untuk membantu keluarga Vina. Tentu saja telah diancam untuk tidak bicara tentang dia di masa lalu.
Selain jadi dokter, Iqbal juga membuka kafe yang tak jauh dari rumah sakit. Kafenya sangat diminati oleh kaum muda-mudi. Karena dia menerapkan gaya kekinian. Selain makanan yang enak, dan harga terjangkau, tentu saja, banyaknya tempat foto-foto.
"Saya Syahril, sahabatnya Aar. Saya dimintai untuk membantu kalian." kata Syahril.
"Terimakasih ya." kata Vina.
Setelah membantu Vina, Syahril ngobrol-ngobrol bersama dia disuguhi minuman kopi yang di beli Saka di warung terdekat.
"Mbak Vina, berasal dari mana kalau boleh saya tau." tanya Syahril.
"Saya dari Sentosa Mas" jawab Vina.
"Oo, terus mbak kesini ikut orang tua?" tanya Syahril lagi.
"Tidak, dulu Bunda tinggal di panti, terus dia di adopsi. Kemudian" kata Saka.
"Sudahlah, jangan di ingatkan lagi, lupakan saja." potong Vina.
Dia suka sedih jika mengingat kisahnya dulu. Dia juga terlalu malu untuk pulang ke panti. Karena semua orang di panti pasti taunya dia bahagia dengan keluarga barunya.
"Saya pamit, istirahat dulu ya Mas, sebelumnya terimakasih sudah bantu kami." kata Vina.
Vina masuk kedalam, tiba-tiba rasa rindu di dadanya membuncah. Dia ingin segera berjumpa dengan Ibunya di panti. Dia ingin mengadu segala keresahan. Tetapi dia juga malu, karena dulu saat dia masih bersama Anwar. Dia tidak pernah ke sana. karena dia mematuhi sang suami, yang melarang agar vina jangan ke panti.
"Ibu, maafkan aku" isak Vina.
Di luar, Syahril pun akhirnya pamit. Dia berkeinginan untuk mengatakan pada Vina, jika Iqbal adalah Reza. Seorang kakak kesayangan Vina saat dulu. Dan dia juga akan mengatakan, bahwa Iqbal mungkin menyukainya.
Dulu, saat Syahril dan Iqbal pertama kali ke kota, mereka sengaja mengubah nama panggilan dari panti. Karena menurut mereka, kehidupan baru harus di mulai dengan nama baru. Syahril bernama lengkap Syahril Ikhsan. Saat di panti dia di panggil Ikhsan. Iqbal saat di panti di panggil Reza.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Bunda nggak apa-apa?" tanya Adit setelah masuk kamar Vina. Tadi dia memperhatikan raut wajah Bundanya langsung berubah ketika Saka mengatakan tentang masa lalunya.
"Bunda nggak apa-apa. Mas Syahril masih diluar?" tanya Vina lagi.
"Sudah pulang, Bunda istirahat saja. Biar Abang dan Adik bersih-bersih rumah dulu." seru Adit.
Adit sudah minta izin sama bang Roy, untuk libur beberapa hari.
Sementara itu, dokter Iqbal ragu ingin memberi tahu tentang dirinya pada Vina, tetapi dia takut jika nanti Vina tidak mengingatnya.
"Sus, masih ada pasien untuk hari ini?" tanya Iqbal.
"Sudah habis dok." jawab suster asisten dokter Iqbal.
"kalo begitu saya pamit pulang dulu ya, ada urusan penting." ucap Iqbal.
"Baik, dokter." jawab suster.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Adit, ini untuk makan malam kalian, tadi saya lihat ada yang jual nasi goreng di depan. Jadi, kepingin deh. Terus saya ingat sama kalian. Ya udah sekalian aku mampir saja." kata Iqbal.
"Makasih Dok, kebetulan kami pun mau keluar. Mau belanja." kata Iqbal.
"Kalian belum belanja? Ya udah ayok, aku antar." tawar Iqbal.
"Nggak usah Dok, kami bisa sendiri. Lagian udah pesan taxi." seru Adit.
"Nggak apa-apa, kalian batalin aja. Lagian saya nggak ada kerjaan. Paling kalau pulang ke rumah saya juga bosan sendiri terus." ucap Iqbal.
"Boleh juga, lagian orderan kita belum ada yang ngambil bang." seru Saka.
" Tapi, tunggu Bunda dulu ya Dok." kata Saka.
Tak lama kemudian Vina keluar. Dia memakai tunik biru, celana kulot broken white, serta hijab warna senada dengan tunik. Untuk sesaat tiga orang lelaki terpana dengan penampilan Vina. Pasalnya bagi Adit dan Saka Bunda mereka terlihat lebih anggun dengan menggunakan hijab.
Deg,, jantung Iqbal memompa lebih cepat. Baginya Vina terlihat cantik dan menawan dengan penampilannya. Tanpa sadar dokter Iqbal memegang dadanya. Dan kejadian tersebut tidak luput dari Adit, Saka, dan Vina.
Saat menyadari, bahwa mereka melihat ke arahnya. Iqbal salah tingkah.