Kayesa terjebak dalam pernikahan semalam demi menyelamatkan nyawa ibu yang sedang terbaring di rumah sakit. Pernikahan dengan laki-laki kaya yang sama sekali tak dikenal Kayesa itu merupakan awal dari penderitaan Kayesa.
Pernikahan semalam membuat Kayesa hamil dan diusir ibu, Kayesa pergi jauh dari kota kelahirannya. Lima tahun kemudian dia bertemu dengan laki-laki ayah anaknya, hanya saja Kayesa tidak mengenalinya. sementara laki-laki itu mengetahui kalau Kayesa wanita yang dinikahinya lima tahun yang lalu.
Bagaimana kehidupan Kayesa selanjutnya, saat laki-laki bernama Zafran mengetahui kalau Kiano merupakan darah dagingnya dan Zafran menginginkan anak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Darmaiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertidur di Sofa
Part 30
Dalam keadaan gerah, Kayesa mondar mandir seperti setrikaan. Dia memikirkan sesuatu, bagaimana caranya dia bisa mandi dan berganti pakaian.
"Apa aku pinjam baju Zafran saja," batin Kayesa, seraya beranjak berjalan ke kamar Zafran.
Langkah Kayesa terhenti, saat mengingat Zafran yang tidur nyenyak, hanya menggunakan handuk dan menutup tubuh Zafran seadanya.
"Bagaimana jika tuan terbangun, sedang aku berada di kamarnya. Nanti aku malah dituduh macam-macam," batin Kayesa, hatinya bimbing.
"Ah sudahlah. Untuk malam ini begini saja," guman Kayesa.
Perasaan Kayesa yang bercampur aduk, membuatnya memutuskan untuk tidak mandi dan berdamai dengan keadaan. Kayesa kembali lagi ke sofa. Diambaikannya rasa tak nyaman, Kayesa duduk manis, bersikaf sesantai mungkin, agar dia bisa menikmati malam ini tanpa drama yang berarti.
Kali ini, Kayesa merasa menjadi orang bodah, tak tahu harus berbuat apa, mau tidur pun matanya tak jua mengantuk. Untuk mengusir suntuk, Kayesa meluncur ke dunia maya. Untung saja paket datanya masih banyak
Membuka youtube, awalnya mengunjungi dunia anak-anak. Setelah bosan, Kayesa berinisiatif menonton film korea. Dua film pun korea habis disantapnya. Kayesa mulai lelah dan lapar.
Jam di dinding, jarum pendeknya sudah berada diangka dua. Sudah lima jam, Kayesa menghabiskan waktunya di depan layar ponsel. Itu artinya tiga jam lagi subuh tiba. Sementara Kayesa belum tidur sepejampun.
"Besok aku harus bekerja. Jika aku tak mau tertidur, dikantor bisa ngantuk," gumam Kayesa, dia meluruskan kakinya di atas sofa.
Kriuk... Kriuk. Kampung tengah Kayesa berbunyi, rasa lapar menderanya. Apa lagi hujan baru saja mengguyur, hingga laparnya berlipat-lipat. Kayesa bangkit dari duduknya, lalu beranjak menuju ke dapur. Mata Kayesa liar menatap ke atas meja makan, kosong tidak ada apa-apa.
Kayesa memindai ruang dapur yang terlihat rapi dan bersih, dia mengambil gelas menuju dispenser, menekan tombol merah, mengisi seperti gelas dengan air panas, lalu memindahkan gelas ke tombol warna hijau dan mengisi gelasnya hingga setengah. Kayesa menenggak tiga tegukan air hangat kuku itu.
Baru tenggorokannya yang terasa lembab. Perutnya masih lapar. Kayesa meletakkan gelas minumnya di atas meja makan, lalu dia berjalan ke arah Kulkas, menarik handle dan menguakkan pintu kulkas.
Saat pintu kulkas terbuka, mata Kayesa terbelalak menatap isinya, penuh dengan bahan makanan. Di bagian paling bawah di isi bermacam sayur, dilantai kedua dan ketiga, ada beberapa jenis buah, di lantai empat dan lima ada banyak minuman dan snack. Dan di dalam frezer banyak stok bahan mentah, ikan, udang, cumi, daging sapi dan daging ayam.
"Apa Zafran memasak sendiri," batin Kayesa, karena dari tadi dia tak melihat ada asisten rumah tangga.
Kayesa mengambil dua keping roti, memasukkan ke piring kecil, menaroh susu di atasnya, lalu menaburi misis coklat. Setelah itu mengambil air putih, dan beranjak kembali ke ruang tamu.
Setelah menghabiskan dua keping roti, mata Kayesa mulai mengantuk, diliriknya jam dinding sudah menujukkan pukul tiga lewat lima menit.
"Masih dua jam lagi menjelang subuh," batin Kayesa, dia meletakkan piring bekas roti di atas meja sofa. Kayesa pun berbaring di sofa dengan berbantalkan tangan sofa, beberapa menit kemudian Kayesa tertidur lelap.
Di dalam kamar Zafran terbangun, dia kaget saat mendapati dirinya tertidur dengan handuk yang sudah separoh tersingkap. Zafran mengingat kembali yang terjadi.
"Kayesa, di mana dia?" Zafran turun dari tempat tidur, memperbaiki letak handuk, lalu ke luar mencari Kayesa.
Sejenak Zafran tertegun, melihat Kayesa yang tidur nyenyak di kursi sofa. Zafran melirik jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga lewat dua puluh menit.
"Hampir subuh," batin Zafran.
"Sa! Esa!" Zafran menepuk pipi Kayesa. Namun, Kayesa bergeming. Tentu saja Kayesa tidur nyenyak, karena dia baru saja terlelap.
Melihat tidak ada respon dari Kayesa, Zafran beranjak ke kamar tamu, membuka pintu kamar tamu selebarnya. Dia kembali ke sofa, mengangkat tubuh Kayesa, membawanya ke kamar dan meletakkan di atas kasur. Zafran meluruskan kaki Kayesa, menarik selimut hingga menutupi dada, kemudian mengatur temperatur ac.
Setelah memastikan Kayesa nyaman, Zafran kembali ke sofa, meraih tas dan ponsel Kayesa, lalu membawa ke kamar, sebelum meletakkan ponsel Kayesa, Zafran mengecek pesan whatsapp Kayesa ke Maeka, dia ingin memastikan kalau Kiano putranya dalam keadaan baik saja.
"Syukurlah Kiano tidak rewel," gumam Zafran seraya meletakkan ponsel Kayesa di atas nakas, lalu dia keluar menuju kamarnya.
Zafran mengambil piayama, lalu memasangnya, kemudian beranjak keruang kerja, karena kantuknya sudah hilang, Zafran membuka laptopnya, dia mengecek cctv, melihat apa saja yang terjadi diluar apartementnya. Terlihat Alena diusir scurity dan memaksa Alena masuk.
"Alena! Tunggu saja pembalasanku," batin Zafran.
Gara-gara perbuatan Alena, hampir saja Kayesa jadi korban. Untuknya kegilaan Zafran masih diambang wajar dan bisa dikendalikannya. Walaupun akhirnya dia berjuang sendiri melakukan pelepasan, hingga membuatnya terdampar kelelahan.
"Alena! Aku tahu apa yang ada dipikiranmu. Ibumu dan papamu sama sampahnya sepertimu." rutuk Zafran.
Zafran menerima Alena bekerja di kantornya, semata-mata karena Zafran tidak ingin membantah mamanya. Karena dia tahu mamanya akan sangat murka, apa bila keinginannya diabaikan.
"Aku harus lebih hati-hati dengan Alena."
Zafran melanjutkan mengecek cctv di dalam apartementnya. Dia melihat semua yang dilakukan dari awal Kayesa panik melihat Zafran yang kepanasan, lebih panik lagi saat melihat Zafran terkapar di kamar mandi, hingga Kayesa ke dapur dan kemudian tertidur.
"Kamu itu kadang lucu, kadang nyebelin," batin Zafran, dia tersenyum melihat tingkah Kayesa yang terekam cctv.
Menjelang pagi, Zafran menelepon Ruhi, agar membelikan seperangkat keperluan Kayesa.
"Selengkapnya. Jangan sampai ada yang kurang, antar sebelum jam tuhuh ke apartementku," titah Zafran.
Ruhi langsung mengiyakan, dia tidak bertanya apapun tentang Keyesa. Ruhi langsung menuju ke sebuah toko, membeli seperangkat keperluan wanita. Begitu memastikan semuanya sudah cukup. Ruhi langsung meluncur ke aparteman Zafran.
"Tuan ini pesanannya," ujar Ruhi mengirim suaranya lewat interkom. Karena Zafran tidak akan membukakan pintu, jika hanya memgetuk.
Setelah menyerahkan pesanan Zafran. Ruhi langsung meluncur ke kantor. Sedangkan Zafran, begitu menerima pesanannya dari Ruhi. Zafran masuk ke kamar tamu, dilihatnya Kayesa masih tertidur pulas. Zafran meletakkan semua keperluan Kayesa di atas tempat tidur.
Seperti biasa. Pagi ini Zafran membuat sendiri sarapannya. Zafran akan memasuk udang goreng bumbu pedas dan nasi goreng spesial. Tak ada yang tahu, kecuali mamanya, kalau Zafran ahli dalam masak memasak.
Harapan Zafran, Kayesa menyukai masakannya. Zafran membagi nasi gorengnya menjadi dua porsi, satu porsi untuknya dan satu porsi untuk Kayesa. Bagian Kayesa dimasukkan ke dalam tudung saji, sementara bagiannya disantap tak bersisa.
Selesai sarapan, Zafran mandi, lima menit ritual mandi selesai, dia pun berpakaian. Setelah memastikan semuanya sudah rapi. Zafran mengambil tas kerja yang dari semalam masih tergeletak di ruang tamu.
Zafran meraih kunci mobil yang tergeletak di samping vas bunga, lalu beranjak ke kamar tamu, menguakkan daun pintu dan mengintip Kayesa yang masih pulas.
"Pasti dia masih sangat mengantuk, karena tadi malam tak bisa tidur," batin Zafran, lalu menutup kembali pintu kamar.
Setelah memasang kaos kaki dan sepatu. Zafran menekan tombol yang bertulisan angka dari satu hingga sembilan. Tujuh tiga, depalan tiga, sembilan tiga. Angka yang ditekan Zafran merupakan Pasword baru apartementnya. Pintu terbuka, Zafran ke luar, dan menutup kembali pintu apartement.
Sementara Alena yang sudah tiga puluh menit menunggu Zafran keluar. Saat melihat Zafran menampakkan wajanya. Bergegas Alena keluar dari apartement dan menutup pintu kembali.
Brakk.. Semua berkas yang dibawa Alena berserakan di lantai.
"Hay! Kalau jalan pakai mata dong," ketus Alena sambil menatap orang yang menabraknya.
"Maaf kak! Saya buru-buru," ujar laki-laki muda yang baru menabrak Alena. Bukan membantu Alena memunguti kertas-kertas itu, malah berlari kecil menuju lift.
"Sial! Pagi-pagi sudah dapat masalah," gerutu Alena seraya berjongkok untuk memunguti berkas yang beserakan di lantai.
Begitu Alena berdiri dan menatap ke depan, sosok Zafran sudah tak terlihat lagi. Alena pun bergegas menyusuri koridor apartement, masuk lift, langsung ke lantai dasar.
Saat lift terbuka dengan setengah berlari, Alena bergegas keluar pintu utama. Begitu Alena berada di luar, mobil Zafran sudah meluncur ke luar gerbang apartement.
Dengan wajah ditekuk dan sangat kesal, Alena menggerutu tak jelas. Pada hal tadi dia punya rencana mau nebeng mobil Zafran.
Gagal!
😅😅😅
Di anggap Adek aja kenapa?
Maeka kan juga baik,kalo gini rasanya kayak ada jarak yang jauh, antara majikan dan pengasuh.