Menjalin asmara bertahun-tahun tak menjanjikan sebuah hubungan akan berakhir di pelaminan.
Begitulah yang di alami oleh gadis bernama Ajeng. Dia menjalin kasih bertahun-tahun lamanya namun akhirnya di tinggal menikah oleh kekasihnya.
Namun takdir pun terus bergulir hingga akhirnya seorang Ajeng menikahi seorang duda atas pilihannya sendiri. Hingga akhirnya banyak rahasia yang tidak ia ketahui tentang suaminya?
Bagaimanakah Ajeng melanjutkan kisahnya??
Mari kita ikuti kisah Ajeng ya teman2 🙏🙏🙏
Selamat datang di tulisan receh Mak othor 🙏. Mohon jangan di bully, soale Mak othor juga masih terus belajar 😩
Kalo ngga suka ,skip aja jangan kasih rate buruk ya please 🙏🙏🙏🙏
Haturnuhun 🙏🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Pernyataan dan Kenyataan
"Ayah udah beli makan, kita makan sama-sama yuk!" ajak Bhumi pada Khalis.
Gadis kecil itu mengangguk cepat lalu merosot turun menghampiri Ajeng lagi.
"Kamu belum makan juga kan, Jeng?" tanya Bhumi yang memilih duduk bersandar ke gawang pintu. Dari posisi itu, cctv masih bisa memantaunya.
"Eum...belum sih mas. Tapi..."
"Ini buat kamu, dan ini buat saya sama Khalis!" kata Bhumi. Khalis menutup mulutnya. Ia menggeleng pelan, ia duduk di paha Ajeng.
"Mam, bubu!" kata Khalis menoleh pada Ajeng. Bhumi mengernyitkan alisnya.
"Mau mam sama Tante?" tanya Ajeng. Khalis pun mengangguk cepat. Ajeng menoleh pada Bhumi.
Ajeng pikir-pikir, memang sebaiknya ia dan Khalis yang makan berdua. Pasalnya porsi bungkusan itu cukup besar. Dan Ajeng yakin jika ia tak sanggup menghabiskannya seorang diri.
Tak enak bukan kalau sudah susah payah di belikan, eh...malah di buang.
"Biar Khalis sama saya aja Jeng!" kata Bhumi.
"Mas Bhumi kan cowok, pasti porsi makannya lebih banyak. Apalagi mas Bhumi baru pulang kerja, pasti capek dan lapar. Kalo aku sama Khalis porsi segini cukup kok. Mas Bhumi bukan khawatir aku punya penyakit menular kan?"
Bhumi tersedak mendengar tuduhan Ajeng. Mana mungkin ia berpikir ke arah sana. Dia hanya tak enak pada Ajeng, itu saja.
"Ng-ngga Jeng. Mana mungkin saya berpikir seperti itu'' sahut Bhumi gugup.
Ajeng terkekeh pelan melihat ekspresi panik di wajah tampan Bhumi itu.
"Aku bercanda mas hehehe. Btw jangan saya dong, aku aja! Kesannya formal banget tahu ngga!" kata Ajeng masih di teruskan dengan tawa nya.
Bhumi pun turut tertawa. Ia juga baru menyadari jika mereka selalu berbicara formal.
Ajeng menyiapkan piring untuk wadah nasi mereka masing-masing. Dan Ajeng pun makan sepiring berdua dengan Khalisa. Bhumi melihat keakraban antara Ajeng dan putrinya.
Makan malam mereka pun selesai. Ajeng mengatakan jika Khalis belum mandi. Gadis kecil itu sempat demam. Meski sudah tak panas lagi, Ajeng memberikan sisa obat turun panas yang tadi ia beli.
"Besok mas Bhumi masih masuk pagi?'' tanya Ajeng.
"Ngga, justru masuk malam.'' Terdengar helaan panjang dari bibir seksi lelaki itu. Ajeng tersenyum tipis lalu mengusap puncak kepala Khalis dengan lembut.
"Kalau mas Bhumi ngga keberatan, Khalis sama aku aja mas. Aku udah berhenti kerja, kontrakku habis!''
"Kontrak kamu habis? Lalu rencana kamu apa? Ngga mungkin aku sanggup bayar kamu jadi pengasuh Khalis. Pasti salary kamu di resto jauh lebih tinggi.''
"Dih, siapa yang mau jadi pengasuh Khalis. Kita kan teman, ya sayang?'', tanya Ajeng ke Khalisa. Gadis kecil itu menggeleng.
"Bubu, tan man! Khalisa melipat kedua tangannya di dada. Bhumi yang tak paham ucapan Khalis hanya mengernyitkan alisnya. Sedang Ajeng meringis kecil.
"Maksud Khalis apa ya, Jeng?'' tanya Bhumi.
"Eum...anu, itu mas. Katanya aku bukan teman Khalis tapi...ibu...!'' jawab Ajeng dengan wajahnya yang memerah karena malu seolah ia mengharap jadi ibunya Khalis. Bhumi menatap Ajeng dengan senyum yang lembut.
"Kamu keberatan Khalis memanggilmu ibu, Jeng?"
Ajeng spontan menggeleng cepat.
"Bukan gitu, maksud ku..."
"Bagaimana kalau aku yang meminta mu menjadi ibunya Khalis, kamu keberatan?'' tanya Bhumi yang entah dapat keberanian dari mana.
Baru satu bulan mereka saling mengenal, wajarkah pernyataan ini tersampaikan?
''Mak-maksud mas Bhumi apa ya?'' tanya Ajeng gugup.
"Aku yakin kamu paham maksud ku,Jeng! Selama ini, hanya kamu satu-satunya yang bisa menaklukan Khalis. kamu membuat ku yakin kalau Khalis normal seperti anak lainnya.Bahkan sekalipun kamu tidak memiliki ikatan darah dengan kami, tapi kamu sangat menyayangi Khalis. Dan...maaf Jeng, sepertinya aku sudah jatuh cinta sama kamu. Mungkin ini terlalu cepat, apalagi...kemarin aku sempat mendengarkan obrolan kamu tentang...''
Bhumi tak melanjutkan ucapannya karena ia melihat perubahan ekspresi di wajah Ajeng.
"Maaf Jeng, anggap aku tidak pernah mengatakan apa-apa. Aku tidak mau merusak hubungan kita yang...''
"Bukan gitu mas, jangan salah sangka. Aku ngga keberatan mas Bhumi mengatakan seperti tadi. Itu hak mas Bhumi. Tapi kalau mas Bhumi memang denger obrolan ku dengan ibu, itu artinya mas Bhumi tahu apa yang sedang aku alami.''
Bhumi menatap Khalis yang ada di pangkuan Ajeng.
"Aku takut kalau aku tidak bisa memenuhi ekspektasi kamu mas. Aku..."
"Beri aku kesempatan untuk mengobati luka mu, Jeng! Aku sadar mungkin status ku yang seorang duda beranak satu menjadi pertimbangan kamu.''
Ajeng menggigit bibirnya. Ia tak enak hati menolak Bhumi. Tapi ia sendiri ragu. Takut mengecewakan lelaki setia itu.
.
.
Acara resepsi pernikahan antara Ranu dan Novita pun selesai. Sekitar pukul sepuluh malam, sepasang suami istri baru itu masuk ke kamar.
"Mau mandi dulu mas?'' tanya Novita.
"Nanti, aku mau ganti baju dulu. Di depan masih ada teman-teman kita. Nggak enak kalau aku ngga nemenin mereka. Kamu istirahat dulu ya!'' pinta Ranu sambil melepaskan kemejanya. Ia mengganti kaos berkerah di depan Novita.
"Mas, kamu ngga salah mau nemenin mereka? Mau sampai jam berapa? Ini malam pertama kita!'' kata Novita dengan raut kecewa. Ranu menoleh ke istrinya yang sedang memasang wajah kecewa.
"Tapi aku ngga enak sama mereka Nov. Masa masih ada tamu, aku malah berdiam diri di kamar."
"Harusnya mereka tahu diri dong, kita juga capek butuh istirahat.''
"Makanya aku bilang kamu istirahat aja. Nanti aku juga masuk. Ngga mungkin aku pulang ke rumah ibu ku kan?''
Novita mendengus kesal. Ranu pura-pura tak peka atau bagaimana?
Lelaki itu menekan kedua bahu Novita dengan pelan.
"Mau malam ini, besok atau pun lusa...kita akan tetap melakukan malam pertama, karena memang ini pertama untuk kita. Tolong jangan berpikir terlalu jauh. Aku tahu, kamu kelelahan bahkan sejak kemarin kamu kurang tidur.''
Sentuhan lembut di puncak kepala Novita membuat gadis itu luluh.
"Ya udah, jangan terlalu malam masuknya. Mereka pulang, kamu langsung masuk. Istirahat mas!'' ujar Novita.
''Iya" sahut Ranu singkat. Ia pun keluar dari kamar. Novita terduduk di ranjang pengantin mereka.
Apa kamu masih memikirkan Ajeng mas??? Monolog Novita.
***********************
Terimakasih
tak apa... tak ada keluargamu yg mensuportmu bumi....
yakinlah... dgn mnjadikn ajeng istri... km bisa mndaptkn dan merasakn arti dan kasih sayang keluarga.... yg slm ini tak prnah km dptkn dri keluargamu...
dan brjanjilah untuk mnjadi garda trdepan untuk knyamanan istri dan ankmu.... jgn smpe keluargamu yg toxic dan benalu itu sll merusuh...
toh km n keluargamu yg mmbuang ajeng....
klo ajeng mudah move on dri km... ya itu bonusss luar biasa dri Allah... krna dia bukan perempuan yg jahat hatinya....
cerita ranu n novita... serta keluarga mereka... keluarga toxic si bhumi jga di skip dlu aja...
biarlah cerita ajeng n bhumi berkembang... smpe mereka bner2 sukses brdua... punya nama besar...
atau lamu istikhoroh dulu..