Berlapang Dada

Berlapang Dada

01. Mengakhiri Hubungan

Gadis cantik berhijab simpel itu baru menapakkan kakinya di stasiun salah satu kota di Jawa tengah.

Sudah dua bulan lamanya sang gadis cantik dan manis itu baru sempat kembali ke kampung halamannya.

Dia bekerja di salah satu restoran cepat saji berlogo kakek-kakek tua. Tentu cuti alias mas liburnya juga tidak mudah.

Sekeluarnya dari stasiun, gadis berkulit kuning langsat itu menaiki ojek yang mengantarkannya ke sebuah desa yang cukup lumayan jauh dari lokasi stasiun.

Kurang lebih setengah jam perjalanan, akhirnya gadis itu tiba di kediaman orang tuanya.

Rumah sederhana namun cukup modern mengikuti perkembangan jaman. Tak luas, namun ada halaman yang cukup untuk menampung mobil bak milik bapaknya Ajeng.

Ajeng memasuk halaman rumah tanpa gerbang itu. Di lihatnya jam yang ada di ponselnya.

Sudah tengah malam, hampir pukul dua belas. Ia yakin kedua orang tuanya sudah tidur. Tapi kalau dia tak mengetuk pintu mana mungkin ia bisa masuk.

Akhirnya ia mengetuk pintu kaca jendela kamar orang tuanya yang memang kebetulan ada di bagian depan. Sedang kamar Ajeng sendiri ada di belakang.

Tok...tok....

"Assalamualaikum ibu, bapak! Ajeng pulang!", kata Ajeng. Ajeng bisa melihat pergerakan di dari gorden yang tiba-tiba terbuka.

Wajah bapaknya khas bangun tidur muncul di balik jendela hingga mengejutkan Ajeng.

"Astaghfirullah!", pekik Ajeng. Tak lama kemudian pintu ruang tamu terbuka. Ajeng pun mendekat ke arah pintu. Gadis itu menunjukkan giginya yang putih.

"Assalamualaikum pak hehehe!"

"Walaikumsalam! Welahhh bocah kok mau balik ngga bilang-bilang! Tahu mau balik kan bapak jemput di stasiun!", oceh pak Amri, bapak nya Ajeng.

"Suruh masuk dulu lho pak, ngomelnya nanti!", sahut ibu dari dalam.

Ajeng pun masuk dengan cengiran khasnya.

Ia menyalami ibu dan bapaknya bergantian setelah meletakkan tas ranselnya di meja.

"Naik ojek tah kamu, Jeng? Apa di jemput Ranu?", tanya bapak.

"Ngojek pak. Kan mau bikin kejutan bapak ibu dan mas Ranu hehehe!"

Amri menggeleng pelan.

"Ya udah mau makan dulu ngga, nanti ibu angetin sayurnya."

"Ngga usah Bu, mau tidur aja. Ibu sama bapak istirahat lagi aja, mbok kesiangan ke pasarnya."

"Ya udah, bebersih dulu! Untung kama mu udah ibu beresin kemarin."

"Makasih Bu....!", kata Ajeng yang langsung beranjak ke kamar mandi barulah ia ke kamar untuk istirahat.

Kedua orang tua Ajeng memang punya usaha kecil-kecilan di desa. Ibunya memiliki kios sayur dan sembako di pasar. Sedang bapaknya, selain bertani dan berkebun juga tengkulak sayur.

Ajeng sendiri juga anak tunggal. Dia pernah punya adik sayangnya meninggal di usianya yang masih bayi karena sakit. Jadilah, Ajeng anak semata wayang Pak Amri dan Bu Jaenah.

Setelah subuh, kedua orang tua Ajeng sudah bersiap ke pasar.

Tok...tok..

"Nduk, ibu bapak ke pasar dulu ya! Kalo mau sarapan ada di lemari ya...!"

"Ya Bu!", sahut Ajeng yang baru selesai sholat subuh.

Gadis itu keluar dari kamarnya untuk melakukan aktifitas lainnya. Hanya tiga hari saja jatah libur yang ia dapatkan saat ini.

Suasana pagi yang masih segar membuat Ajeng ingin sekedar bersepeda keliling desanya. Usianya sudah dua puluh tiga tahun, namun ia masih seperti remaja.

Gadis cantik itu mengenakan celana cargo panjang dengan kaos tebal sampai menutup bokongnya. Tak lupa, bergo yang cukup panjang menutupi dadanya.

Dengan sandal jepit kesayangannya, Ajeng menggowes sepedanya berkeliling desa yang jarak rumah antara satu dengan yang lain masih cukup jarang.

Gadis itu tersenyum simpul saat hampir melewati sebuah rumah yang cukup bagus dan mencolok di daerah itu. Rumah orang tua Ranu, pacar dari Ajeng sejak mereka masih SMP. Ranu adalah kakak kelas Ajeng.

Rumah itu masih terlihat sepi dari luar. Hanya saja, sebuah motor sedang di panasi mungkin sebelum di pakai pemiliknya yang tak lain, Ranu.

Ajeng melewati rumah itu begitu saja tanpa ada niat untuk mampir. Masa iya mau bertamu pagi-pagi buta begini, apalagi ke rumah laki-laki. Ya kan? Apa kata orang ?

Sudah banyak tetangga yang berlalu lalang menyapa Ajeng atau pun sebaliknya.

Dan kegiatan bersepeda itu pun selesai ketika matahari mulai muncul. Ajeng kembali ke rumah dan sudah pasti, ia melewati rumah Ranu.

Dari kejauhan ,ia melihat seseorang yang ia rindukan sedang mengelap sepeda motornya. Tapi tak lama kemudian ,seorang perempuan yang memakai seragam yang sama dengan Ranu pun berhenti di depan rumah Ranu.

Ajeng menghentikan gowesan sepedanya. Ia melihat interaksi antara Ranu dan perempuan itu.

Keduanya terlihat begitu akrab. Dan tak lama kemudian, sesosok perempuan gempal keluar dari rumah itu lalu menyapa Ranu dan seseorang dengan begitu ramah.

Ajeng memutuskan untuk menyapa Ranu sebelum kekasih hatinya itu berangkat mengajar. Ya, Ranu merupakan seorang guru di sebuah SMP. Ia baru saja menjadi seorang PNS seperti kedua orang tuanya yang sudah pensiun.

"Assalamualaikum!", sapa Ajeng. Ia meletakkan sepedanya lebih dulu sebelum menyapa Ranu.

"Walaikumsalam ,Ajeng?", Ranu tampak terkejut begitu juga dengan ibunya. Hanya perempuan yang seragamnya sama dengan Ranu yang tampak menunjukkan ekspresi biasa saja cenderung ramah.

"Mas ...ibu??", sapa Ajeng.

"Kapan kamu pulang Jeng?", tanya Ranu.

"Semalam mas", jawab Ajeng.

"Ajak Ajeng masuk dulu, Nu!", pinta sang ibu.

"Ngga usah Bu, Ajeng cuma mampir sebentar. Lagi pula mas Ranu pasti sudah mau berangkat", tolak Ajeng.

"Oh ...gini aja mas Ranu, aku berangkat duluan saja. Barangkali mas Ranu masih ada perlu sama mba Ajeng", kata sosok perempuan cantik bernama Novita yang merupakan sesama guru seperti Ranu.

"Ya sudah, hati-hati!", kata Ranu. Novita pun mencium punggung tangan ibu nya Ranu sebelum benar-benar berangkat.

"Kita duduk di situ saja ya Jeng!", ajak Ranu. Ibunya Ranu meninggalkan mereka berdua di bangku itu.

"Jeng ...?!"

"Heum?", gumam Ajeng.

"Yang tadi....Novita!", kata Ranu. Ajeng mengangguk pelan.

Ranu meraih kedua tangan Ajeng yang ada di atas pahanya. Sepertinya ada hal yang cukup serius terlihat dari wajah Ranu yang tegang.

"Aku harap ...kita masih bisa berteman setelah ini, Jeng!", kata Ranu tiba-tiba.

"Maksudnya?", tanya Ajeng bingung. Ranu menggigit bibirnya sendiri. Ia seolah tak sanggup menatap mata jernih milik Ajeng.

"Aku...sudah melamar Novita!", kata Ranu dengan suara yang bergetar. Genggaman tangan Ajeng terlepas.

Gadis itu tersenyum miris.

"Sejak kapan?", tanya Ajeng. Ranu menoleh pada gadis yang ia pacari sejak belia.

"Sejak kapan kamu bermain di belakang ku, mas? Kalau kamu memang bosan sama aku, kenapa ngga ngomong dari dulu?", tanya Ajeng dengan perasaan yang sudah campur aduk.

Niatnya ingin membuat kejutan pada sang kekasih tapi kenyataannya dia yang terkejut.

"Sejak setahun yang lalu."

Ajeng memejamkan matanya. Ia merasa sangat bodoh karena tak tahu dirinya di permainkan oleh Ranu.

"Hebat sekali!", sarkas Ajeng. Ranu meraih tangan Ajeng tapi gadis itu menepisnya.

"Aku minta maaf, Jeng! Aku tahu aku salah....tapi....aku merasa sudah tidak sanggup kalau harus menjalani hubungan jarak jauh lagi."

Ajeng berdecak kesal.

"Terimakasih untuk kebersamaan kita Jeng, aku memang sayang sama kamu. Dan akan tetap sayang kamu. Tapi Novita....??''

"Heum! Ya, tak perlu di jelaskan mas. Aku paham!", Ajeng berdiri dari bangku bambu yang ia duduki bersama Ranu tadi.

"Jeng...! Aku minta maaf!", ulang Ranu sambil memegang erat kedua lengan Ajeng.

Ajeng menggeleng pelan. Matanya sudah berembun. Mungkin dalam hitungan detik, air mata itu akan meluncur.

"Hubungan suami istri saja yang sah di mata Allah bisa berakhir, apalagi hubungan seperti kita ini mas? Aku terima maaf kamu! Tapi...aku tidak tahu sampai kapan aku bisa menghilangkan rasa sakit hati ku ini mas!"

Akhirnya buliran bening itu menetes di pipi Ajeng. Di harusnya dengan kasar dengan telapak tangannya.

"Semoga kalian bahagia, karena kalian sepadan! Tidak seperti antara aku dan kamu mas!", Ajeng menunjuk dada Ranu. Ranu meraih tangan lentik itu namun di tepis dengan kasar.

"Assalamualaikum!", pamit Ajeng dengan emosi yang membuncah.

"Walaikumsalam!", jawab Ranu yang sebenarnya pun berat melepas Ajeng. Biar bagaimana pun juga, Ajeng sudah menemaninya sejak belia. Namun dengan Novita lah, ia berhasil mendapatkan pekerjaannya saat ini.

Aku minta maaf, Jeng....

💐💐💐💐💐💐💐💐💐

Welcome to tulisan receh Mak othor lagi👋👋👋👋👋

Please kalo ngga suka skip aja ya jangan di kasih rate buruk. Nangis mak othornya yang masih amatir ini.

Makasih semua 🙏🙏🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

RN

RN

mampir... semoga ceritanya sebagus Zain dan nala y Thor 😀

2025-02-05

2

muthia

muthia

ketemu lg bucan, semoga sehat selalu🙏🥰

2025-02-06

1

Nifatul Masruro Hikari Masaru

Nifatul Masruro Hikari Masaru

kasian ajengnya

2025-04-12

0

lihat semua
Episodes
1 01. Mengakhiri Hubungan
2 02. Bersabarlah
3 03. Restu Bhumi
4 04. Sederhana
5 05. Pertemuan pertama
6 06
7 07. Salah
8 08. Perkenalan
9 09. Khalis Hilang
10 10. Pelukan Hangat
11 11. Tuduhan
12 12. Tak di sangka
13 13. Tentang Hati
14 14. Tak Sengaja
15 15. Semakin Dekat
16 16.
17 17
18 18. Ikhlas Yang Sesungguhnya
19 19. Nyaman
20 20. Berubah
21 21. Senyuman itu...
22 22. Emosi
23 23. Keputusan Bhumi
24 24. Pindah
25 25. Malu
26 26. Jatuh cinta?
27 27. Rasa Apa Ini?
28 28. Ternyata Aku Rapuh
29 29. Seperti keluarga kecil
30 30. Pernyataan dan Kenyataan
31 31. Di terima
32 32. Kedatangan Resti
33 33. Jalan-jalan
34 34. Diskusi
35 35. Gara-gara Uang
36 Bab 36
37 37. Fakta
38 38. Di Luar Dugaan
39 39. Sulit
40 40. Toxic
41 41. Bukti Keseriusan
42 42. Pertemuan dua pria
43 43. Calon
44 44. Di terima
45 45. Tamparan
46 46. Abai
47 47. Ranu Tertekan
48 48. Bukan Perbandingan
49 49. Resti Marah
50 50. Bersyukur Memiliki mu
51 51. Niat Baik
52 52. Meminta Restu
53 53. Berharap yang terbaik
54 54. Ujian
55 55. Ide Resti
56 56. Sebentar lagi
57 57. Percaya lah
58 58. Toxic
59 59. Tiba di Kampung Halaman
60 60. H- 1
61 61. cemas
62 62. Sah!!
63 63. Rasa Itu....
64 64. Gagal
65 65. Masih tertunda
66 66. Semua tentang uang!
67 67. Tak seperti yang di harapkan
68 68. Pindah
Episodes

Updated 68 Episodes

1
01. Mengakhiri Hubungan
2
02. Bersabarlah
3
03. Restu Bhumi
4
04. Sederhana
5
05. Pertemuan pertama
6
06
7
07. Salah
8
08. Perkenalan
9
09. Khalis Hilang
10
10. Pelukan Hangat
11
11. Tuduhan
12
12. Tak di sangka
13
13. Tentang Hati
14
14. Tak Sengaja
15
15. Semakin Dekat
16
16.
17
17
18
18. Ikhlas Yang Sesungguhnya
19
19. Nyaman
20
20. Berubah
21
21. Senyuman itu...
22
22. Emosi
23
23. Keputusan Bhumi
24
24. Pindah
25
25. Malu
26
26. Jatuh cinta?
27
27. Rasa Apa Ini?
28
28. Ternyata Aku Rapuh
29
29. Seperti keluarga kecil
30
30. Pernyataan dan Kenyataan
31
31. Di terima
32
32. Kedatangan Resti
33
33. Jalan-jalan
34
34. Diskusi
35
35. Gara-gara Uang
36
Bab 36
37
37. Fakta
38
38. Di Luar Dugaan
39
39. Sulit
40
40. Toxic
41
41. Bukti Keseriusan
42
42. Pertemuan dua pria
43
43. Calon
44
44. Di terima
45
45. Tamparan
46
46. Abai
47
47. Ranu Tertekan
48
48. Bukan Perbandingan
49
49. Resti Marah
50
50. Bersyukur Memiliki mu
51
51. Niat Baik
52
52. Meminta Restu
53
53. Berharap yang terbaik
54
54. Ujian
55
55. Ide Resti
56
56. Sebentar lagi
57
57. Percaya lah
58
58. Toxic
59
59. Tiba di Kampung Halaman
60
60. H- 1
61
61. cemas
62
62. Sah!!
63
63. Rasa Itu....
64
64. Gagal
65
65. Masih tertunda
66
66. Semua tentang uang!
67
67. Tak seperti yang di harapkan
68
68. Pindah

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!