Axelle Arvinando adalah putra bungsu dari keluarga Arvinando. Dia terlahir dari keluarga terpandang dan juga terhormat. Namun, hal itu tidak akan menjamin dia akan hidup bahagia.
Sang mama dan papa selalu mementingkan urusan mereka masing-masing. Bahkan mereka selalu membanding-bandingkan Axelle dengan sang kakak. Hal itulah yang membuat Axelle menjadi seorang pemberontak dan juga jatuh kedalam dunia kebebasan.
Hingga pada suatu malam dia bertemu dengan Alissa, gadis cantik dan juga lugu. Alissa di jual oleh sang kakak untuk membayar hutangnya. Axelle yang berada di tempat itu memilih untuk membantu Alissa. Namun, mereka malah di tertangkap dan di tuduh melakukan hal yang tidak senonoh.
Bagaimanakah perjalanan cinta mereka?
yuk ikuti terus kisah mereka.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 34
Karena hari ini hari minggu, Axelle membawa Alissa mengelilingi kota. Alissa memeluk erat tubuh Axelle sambil kehidupan angin yang menerpa wajahnya. Axelle melakukan motornya dengan perasaan bahagia. Mereka mengelilingi kota dengan penuh kebahagiaan. Memang tidak ada kebahagiaan lain yang lebih indah dari kebersamaan.
Hingga akhirnya mereka berhenti di sebuah toko perhiasan. Alissa menatap binggung toko yang mewah itu dengan perasaan binggung. Jujur dia belum pernah melihat toko perhiasan sebesar itu. Bahkan dia saja belum pernah berkunjung ke toko perhiasan, walaupun toko perhiasan kecil sekalipun.
"Ini tempat apa, Kak! kenapa besar sekali?" tanya Alissa binggung.
"Nanti kau juga tau. Ayo kita masuk," ucap Axelle mengengam tangan Alissa dan membawanya masuk ke toko itu.
Alissa menatap binggung semua benda yang dia temui di toko itu. Dia dapat melihat begitu banyak perhiasan mewah dan juga indah. Terlebih lagi dengan dekorasi toko itu yang sangat mewah. Membuat Alissa langsung menatap kagum setiap benda yang dia temui.
Bukannya malu dengan tingkah Alissa yang kampungan, Axelle malah tersenyum bahagia. Bahkan dia menjelaskan dengan baik setiap benda yang menarik perhatian Alissa. Hingga akhirnya Axelle melihat Alissa menatap sebuah kalung berlian mewah. Melihat itu Axelle yakin jika Alissa menyukai kalung itu.
"Apa kau mau membelinya?" tanya Axelle menatap kalung berlian itu.
"Tidak! aku tidak menginginkannya. Lagian untuk apa kalung seperti itu. Nanti jika berliannya jatuh sedikit saja kita bisa rugi," ucap Alissa.
"Rugi kenapa?"
"Jika berliannya berkurang pasti harganya juga semakin murah. Jadi kita menjadi rugi. Padahal kita membeli perhiasan 'kan untuk menabung," ucap Alissa sehingga membuat Axelle tersenyum kecil.
Walaupun dia memberikan seluruh uangnya kepada Alissa. Namun, Alissa tidak pernah mau mengunakan uang itu jika tidak di perlukan. Alissa lebih suka menabung dan mengunakan uang pemberian Axelle seperlunya saja. Apalagi melihat perjuangan Axelle untuk mencari uang itu. Membuat Alissa menjadi tidak tega jika dia menghabiskannya begitu saja.
"Ayo!" ucap Axelle mendekati kalung berlian itu.
"Selamat siang! ada yang bisa kami bantu," ucap penjaga toko itu langsung menyambut kedatangan Axelle dan Alissa.
"Maaf! saya ingin bertanya. Kalung ini harganya berapa ya?" tanya Axelle menunjukkan kalung berlian yang di lihat Alissa tadi.
Walaupun kalung itu sangat kecil, tapi Axelle dapat menebak jika harga kalung itu sangat mahal. Memang jika dia membeli kalung itu, dia akan menghabiska seluruh tabungannya bersama Alissa. Namun, melihat cara Alissa melihat kalung itu, Axelle yakin jika Alissa sangat menginginkan kalung itu.
"Kalung ini harganya tiga puluh juta," ucap Penjaga toko itu.
"Apa! tiga puluh juta?" ucap Alissa membulatkan matanya terkejut.
"Tidak! kau tidak boleh membelinya. Dari pada membeli kalung sekecil ini, lebih baik kau gunakan uang itu menyewa toko. Kau bisa buka usaha sendiri dan memiliki pendapatan. Dari pada beli kalung ini, uangnya beku gitu aja," oceh Alissa sehingga membuat penjaga toko itu tersenyum menatapnya.
"Ia! aku tidak akan membelinya," ucap Axelle menangguk patuh.
"Maaf, Kak! Apa ada cincin pernikahan?" tanya Axelle mengingat jika dia belum memiliki cincin pernikahan bersama Alissa.
"Cincin pernikahan?" tanya Alissa binggung.
"Ia! kau tidak bisa menolak. Lebih baik kau diam saja," ancam Axelle sebelum Alissa mengoceh panjang lebar lagi.
"Ini, Tuan! silahkan anda pilih," ucap penjaga toko itu memperlihatkan beberapa macam model cincin pernikahan itu.
Axelle menatap satu persatu cincin itu dengan teliti. Dia ingin memberikan cincin pernikahan yang terbaik untuk Alissa. Walaupun harganya terjangkau, tapi setidaknya terlihat mewah di jari manis Alissa. Hingga akhirnya mata Axelle tertuju pada cincin berlian yang ber model simple. Walaupun simple, akan tetapi cincin itu terlihat sangat elegan. Jadi sudah di pastikan cicin itu akan terlihat indah di jari manis Alissa.
"Aku coba yang ini ya, Kak," ucap Axelle mencoba cincin itu.
"Sayang! kau coba ya," ucap Axelle menarik tangan Alissa dan memasangkan cincin itu di jari manis Alissa.
Melihat itu, air mata Alissa langsung menetes dengan seketika. Dia merasa sangat terharu akan sikap Axelle yang selalu mengistimewakannya. Bahkan Axelle rela mengeluarkan semua tabungannya, untuk membelikan cincin pernikahan untuk mereka. Walaupun mertuanya tidak pernah mengangap kehadirannya. Akan tetapi Axelle selalu memperlakukannya dengan sangat istimewa.
"Sayang! kenapa kau menangis?" tanya Axelle menghapus air mata Alissa.
"Jujur selama hidupku, aku tidak pernah berani bermimpi jika aku akan di perlakukan seistimewa ini. Tapi tanpa aku meminta Allah langsung mengirimkan pangeran yang berhati malaikat kepadaku. Kau telah mengubah seluruh hidupku, kau menjadikan hidupku yang gelap menjadi lebih berwarna. Maafkan aku karena aku belum bisa menjadi istri yang baik untukmu," ucap Alissa menangis kesegukan.
"Tidak! kau adalah istri yang terbaik yang telah Allah berikan kepadaku. Kau jangan nangis lagi ya. Nanti cantiknya hilang lho," ucap Axelle menghapus air mata Alissa lalu memeluknya dengan erat.
Melihat keromantisan pasangan pengantin baru itu, penjaga toko itu hanya menatap haru ke arah mereka. Dia tidak menyangka jika di zaman sekarang masih ada suami seperti Axelle. Walaupun masih sangat muda, akan tetapi dia dapat melakukan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dengan sangat baik. Bahkan dia rela kerja banting tulang hanya untuk membuat istrinya bahagia.
Bersambung.....