NovelToon NovelToon
Balas Dendam Psikopat

Balas Dendam Psikopat

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Misteri / Balas Dendam / Horror Thriller-Horror / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Maurahayu

Cintia tumbuh di lingkungan yang penuh luka—bukan cinta yang ia kenal, melainkan pukulan, hinaan, dan pengkhianatan. Sejak kecil, hidupnya adalah derita tanpa akhir, membuatnya membangun dinding kebencian yang tebal. Saat dewasa, satu hal yang menjadi tujuannya: balas dendam.

Dengan cermat, ia merancang kehancuran bagi mereka yang pernah menyakitinya. Namun, semakin dalam ia melangkah, semakin ia terseret dalam kobaran api yang ia nyalakan sendiri. Apakah balas dendam akan menjadi kemenangan yang ia dambakan, atau justru menjadi neraka yang menelannya hidup-hidup?

Ketika masa lalu kembali menghantui dan batas antara korban serta pelaku mulai kabur, Cintia dihadapkan pada pilihan: terus membakar atau memadamkan api sebelum semuanya terlambat.
Ikuti terus kisah Cintia...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maurahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 2 BULLYING SOSIAL.

Shhh...

"Sedikit lagi..." Cintia menggigit bibirnya, menahan nyeri yang menjalar hingga ke punggung. Tangannya yang mungil gemetar karena berusaha meraih luka di punggungnya. Gel lidah buaya yang ia pegang mulai menetes, membuat tangannya licin. Tapi ia tidak peduli. Sudah biasa baginya melakukan semuanya sendiri.

Sret.

"Akhirnya..." ia berbisik lega ketika berhasil mengoleskan gel dingin itu ke bagian luka yang sulit dijangkau. Rasanya sedikit lebih baik, meski perih tetap menjalar. Cintia menarik napas panjang, mencoba menguatkan dirinya. Namun, suara langkah kaki di belakangnya membuatnya tersentak.

"Heh, kamu lagi ngapain di sini?"

Seorang anak laki-laki berdiri di belakangnya. Umurnya hampir sama dengan Cintia, mungkin sedikit lebih tua. Rambutnya acak-acakan, wajahnya terlihat penasaran sekaligus bingung.

Cintia buru-buru menutupi punggungnya dengan baju yang sudah robek di beberapa bagian. "Jangan ganggu aku," katanya dingin, matanya menatap tajam anak laki-laki itu.

Anak itu tidak bergeming. "Kamu luka, ya?" tanyanya polos.

Cintia tidak menjawab. Ia berusaha berdiri meskipun tubuhnya masih terasa lemas. Gel lidah buaya ia pegang erat-erat, seolah benda itu adalah satu-satunya yang bisa melindunginya.

"Hei, aku cuma tanya. Kamu nggak usah galak gitu, kali." Anak laki-laki itu mendekat, membuat Cintia mundur selangkah.

"Apa maumu?" tanya Cintia tajam.

Anak itu menggaruk kepala. "Aku cuma penasaran. Kamu kayaknya sering luka-luka, ya? Di sekolah juga aku sering lihat kamu diem terus."

"Pergi!" bentak Cintia. Matanya mulai berkaca-kaca, tapi ia tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain, bahkan anak ini.

Anak itu akhirnya mengangkat tangan, menyerah. "Oke, oke. Aku pergi. Tapi..." Ia menatap Cintia sekali lagi sebelum berbalik. "Kamu nggak apa-apa, kan?"

Cintia tidak menjawab. Ia hanya memalingkan wajah, menunggu anak itu benar-benar pergi sebelum akhirnya ia duduk kembali di atas batu besar di tepi pantai. Luka-lukanya masih perih, tapi lebih perih lagi rasanya di dalam hatinya.

Keesokan harinya, Cintia berangkat ke sekolah seperti biasa. Tubuhnya masih terasa sakit, tapi ia sudah terbiasa. Ia berjalan dengan langkah pelan, kepalanya tertunduk. Seragamnya tidak pernah rapi, dan sepatu lusuhnya sudah mulai berlubang di beberapa bagian.

Masuk ke gerbang sekolah selalu menjadi momen yang menegangkan bagi Cintia. Bukan karena ia takut terlambat, tapi karena ia tahu apa yang menunggunya di dalam.

"Cintia datang tuh!"

Suara seorang anak perempuan langsung terdengar begitu ia melewati pintu kelas. Anak-anak lain segera menoleh, dan beberapa dari mereka mulai tertawa.

"Lihat deh, tangannya luka-luka lagi!" seru Luna, gadis yang paling populer di kelas. Ia berdiri dengan tangan bersilang di dada, wajahnya dipenuhi senyum mengejek.

"Kayaknya dia abis jatuh dari pohon, deh," tambah salah satu temannya.

Cintia tidak menjawab. Ia hanya berjalan menuju bangkunya yang berada di pojok kelas. Namun, Luna tidak membiarkannya begitu saja.

"Eh, aku pinjem bukumu dong, Cintia." Luna mengambil buku catatan Cintia tanpa menunggu jawaban.

"Luna, jangan..." Cintia mencoba merebut bukunya kembali, tapi Luna dengan cepat menariknya ke atas, di luar jangkauan Cintia.

"Lho, kamu marah? Aku kan cuma mau pinjem," kata Luna dengan nada mengejek.

Sret!

Luna merobek halaman pertama buku itu, membuat Cintia terkejut.

"Luna! Kenapa kamu—"

"Ups, tanganku keseleo," jawab Luna sambil tertawa. Teman-temannya ikut tertawa, membuat seluruh kelas gaduh.

Cintia hanya bisa menggigit bibirnya, menahan air mata. Ia tahu, jika ia menangis sekarang, mereka hanya akan semakin senang.

Hari-hari seperti itu sudah menjadi rutinitas bagi Cintia. Di rumah ia harus menghadapi ayahnya yang kasar, sementara di sekolah ia menjadi bahan olokan. Tidak ada tempat yang aman baginya.

Saat jam istirahat, Cintia memilih untuk duduk sendirian di taman belakang sekolah. Ia memeluk lututnya, menundukkan kepala agar tidak ada yang bisa melihat air matanya.

"Aku benci mereka..." gumamnya pelan. "Aku benci semuanya..."

Pikirannya mulai dipenuhi kebencian. Ia membayangkan bagaimana rasanya jika suatu hari ia bisa membuat semua orang yang menyakitinya merasakan sakit yang sama. Tapi di sisi lain, ia juga merasa lelah.

"Kenapa aku harus lahir kalau hanya untuk menderita?" bisiknya.

Namun, meskipun pikirannya dipenuhi kebencian, ada bagian kecil dari dirinya yang masih berharap.

Dalam kesendiriannya, Cintia sering melamun, membayangkan kehidupan yang lebih baik. Ia membayangkan tinggal di tempat yang aman, di mana tidak ada yang menyakitinya.

Kadang-kadang, ia memimpikan seorang pahlawan yang datang untuk menyelamatkannya. Namun, setiap kali ia membuka mata, kenyataan selalu menghantamnya kembali.

"Aku harus kuat," katanya pada dirinya sendiri. "Aku harus bertahan. Kalau aku nggak bertahan, siapa yang akan melawan mereka?"

Namun, kekuatan itu tidak selalu cukup. Ada hari-hari di mana ia merasa sangat lelah, bahkan untuk sekadar bangun dari tempat tidur.

Suatu sore, setelah sekolah, Cintia kembali ke pantai yang sama. Luka di punggungnya sudah mulai sembuh, tapi hatinya masih terasa sakit. Ia membawa gel lidah buaya, seperti biasa, untuk mengobati luka-lukanya.

Saat ia sedang mengoleskan gel itu ke lengannya, suara langkah kaki terdengar lagi.

"Kamu di sini lagi."

Cintia menoleh dan melihat anak laki-laki yang sama seperti sebelumnya.

"Kamu ngapain di sini?" tanya Cintia dengan nada dingin.

Anak itu duduk di atas pasir, tidak terlalu dekat dengan Cintia. "Aku suka ke sini. Rasanya tenang. Kamu juga, ya?"

Cintia tidak menjawab. Ia kembali fokus pada lukanya.

"Kenapa kamu luka-luka terus?" Anak itu menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu.

"Itu bukan urusanmu," jawab Cintia.

Anak itu menghela napas. "Namaku Araf. Kamu siapa?"

Cintia tidak menjawab. Namun, setelah beberapa saat, ia akhirnya berkata pelan, "Cintia."

"Aku nggak punya teman," kata Araf tiba-tiba. "Jadi... kalau kamu mau, kita bisa jadi teman."

Cintia menatapnya, bingung. "Kenapa kamu mau jadi temanku?"

Araf mengangkat bahu. "Aku juga sendirian. Orangtuaku udah nggak ada. Kadang aku ngerasa... nggak ada yang peduli sama aku."

Cintia merasakan sesuatu dalam dirinya. Ia tidak tahu apa itu, tapi ada sedikit rasa hangat yang muncul di hatinya.

Tapi sebelum ia sempat menjawab, Araf berkata, "Kamu tahu nggak, suatu hari nanti aku mau nolong anak-anak kayak kamu. Aku mau jadi orang yang kuat, supaya aku bisa bantu mereka."

Cintia hanya diam. Kata-kata Araf terasa aneh baginya, tapi entah kenapa ia ingin percaya.

"Apa kamu percaya sama aku?" tanya Araf tiba-tiba.

Cintia menatapnya, ragu-ragu. Akhirnya, ia menjawab pelan, "Aku nggak tahu..."

Araf menatap Cintia dengan serius. "Kalau kamu nggak percaya sama aku, apa kamu masih percaya sama dunia ini?"

Cintia tidak menjawab. Ia hanya menatap laut yang tenang di depannya, sementara pikirannya dipenuhi pertanyaan.

1
Apin🐦🚬
done mampir tante
𝐫𝐚.: Thanks Alvin.
total 1 replies
MissHalu🐌🐢
bisa gak Cintia kamu jangan ngejar dendam, aku takut kamu terluka dan luka itu lebih besar dari luka yg pernah kamu rasakan sebelumnya 😔
MissHalu🐌🐢
tidak ada kata terlambat untuk lebih baik dari kemarin
Jeje
Balas dendammmmm
MissHalu🐌🐢
Cintia.. kamu sibuk dengan rencana balas dendam mu,tanpa kamu pikirkan bagaimana masa depan mu🥺
𝐫𝐚.: Cintia bilang "Masa depanku, balas dendam ku." 💃🔥
total 1 replies
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
kq serem ya, kira kira siapa yg di balik pesan anonim it
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
wajarlah Cintia berfikiran begitu ttg Luna, Krn dya yg SDH membully Cintia, pasti berbelas di hati dan ingatannya Cintia.
tetel semangat ya Cintia
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩: terbawa ke novel author 🤣
𝐫𝐚.: Tetep semangat untuk Kak Sakura, semoga jantung aman sampe tamat 🙏🥲😂
total 2 replies
MissHalu🐌🐢
Cintia 😔

jadi Mak yg merasa takut tauuu
🌸 Yaya Gea ʕっ•ᴥ•ʔっ✿࿐
aku mampir Thor 😊
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
Cintia berusaha iklas it lebih baik, kl km bales sama aja km sprti dya.
ambil hikmah dari kejadian dlu. it yg membuat km bertahan smpe skg
MissHalu🐌🐢: ya setuju... karna perasaan dendam sebenarnya akan mencelakakan diri sendiri
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩: aq terbawa suasana dalam novel author 🤣
total 3 replies
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
knp g berdamai dengan keadaan aja Cintia, hilang dendammu walaupun sakit bgt
MissHalu🐌🐢
ternyata mimpi..
sebenarnya Cintia mimpi mu adakah gambaran yg terjadi kelak,rasa luka yg membawa dendam dan rasa dendam yg akan membawa celaka
MissHalu🐌🐢
cuma bisa menghela napas atas sikap Cintia 😔
MissHalu🐌🐢
lanjutkan /Determined//Determined//Determined/
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
Cintia berdamai dengan keadaan ya biar hidupmu tenang
MissHalu🐌🐢
hahh makin di pendam rasa dendam mu makin terdorong kamu buat kelakukan yg tak seharusnya kamu lakukan Cintia 😔 aku tau masalalu mu teramat sakit tapi dengan begini pun akan menambah rasa sakit mu🥺
MissHalu🐌🐢
bingung mau komen apa, ini menurut Mak nih ya.. kalo Cintia kaya gitu terus yg ada kamu hanya nyakitin diri kamu sendiri
MissHalu🐌🐢
🥺
☆🅢🅐🅚🅤🅡🅐☆🇮🇩🇸🇩
ada apa dgn Araf?
apa sakit thor
marrydiana
keren, semangat thorr
mampir juga ya di cerita aku
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!