Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Di ruang tunggu rumah sakit yang hening, suasana tegang menyelimuti setiap sudutnya. Do Hyun duduk dengan tenang, wajahnya datar seakan tak terpengaruh oleh kerumitan yang ada di sekitarnya. Gae Yeong, yang duduk di sebelahnya, tampak lebih cemas, tangannya yang terlipat di depan dada sesekali mengusap wajah. Kim Woon, di ujung lain ruangan, jelas sekali menunjukkan kegelisahannya. Rasa tidak sabar meluap-luap, beradu dengan rasa cemas yang terus menggerogoti.
Kim Woon menatap Do Hyun yang duduk tenang tanpa mengubah ekspresi. Entah mengapa, ketenangan pria itu justru menambah kecemasan dalam dirinya. Do Hyun selalu terlihat seperti sosok yang tidak mudah goyah, namun kali ini, entah kenapa, ada sesuatu dalam diri pria itu yang membuat Kim Woon bertanya-tanya.
Berbagai pertanyaan terngiang dalam benak Kim Woon. Apa yang sedang disembunyikan oleh Do Hyun? Apa yang ia ketahui tentang keadaan Gae Yeong yang belum mereka semua ketahui? Jantungnya berdegup lebih cepat, tetapi ia tahu bahwa ia tidak bisa lagi membiarkan pertanyaan itu mengganjal dalam pikirannya.
Kim woon : Kenapa anda tidak menjawab pertanyaan ku, apa yang terjadi pada putri ku ?
Do hyun : Jika aku menjelaskan nya, apa kau akan percaya padaku
Wang he : Tuan do hyun, dokter sudah keluar ruangan
Segera saja, Kim Woon yang sejak tadi terdiam karena kecemasan, langsung berdiri dan melangkah cepat menuju dokter yang baru saja keluar dari ruang pemeriksaan.
Kim woon : dokter bagaimana keadaan yeon ji ?
Aska : Maaf anda siapa nya ?
Kim woon : Saya ayah nya
Aska : " Rupanya dia orang yang di khawatir kan yeon ji selama ini "
Gae yeong : Dokter bagaimana keadaan menantu saya? Apakah dia baik-baik saja?
Aska : Ya nyonya, menantu anda baik - baik saja sekarang memang ada sedikit memar di leher nya tapi itu akan segera membaik seiring waktu
Kim woon : Tapi jika yeon ji baik - baik saja, kenapa dia tak sadarkan diri? Aku menemukan nya tergeletak di lantai kamar nya
Aska : Memang fisik nya baik-baik saja tapi di dalamnya putri anda yeon ji sangat lemah ini biasa pada wanita di awal kehamilan nya
Kim woon : Hamil ?
Do hyun : Dokter, benarkah yeon ji kami hamil ???
Aska : Ya tuan menurut hasil test darah yang telah kami lakukan, yeon ji sedang mengandung
Aska : karena itu saya harap anda bisa menjaga nya dan memastikan agar dia tidak stres atau pun melakukan aktivitas berat
Do hyun : itu hal yang mudah, dokter bisakah saya menemui nya sekarang
Aska : Kalian bisa menemui nya, tapi tolong lakukan bergantian karena pasien juga butuh ruang
Do hyun : Baiklah dok, kim mari kita masuk ke dalam
Aska : tuan do hyun, anda tidak bisa menemui pasien sekarang
Do hyun : tapi kenapa ?
Aska : Karena ada hal yang harus anda selesai kan mengenai pembayarannya
Do hyun : Baiklah
Aska : mari tuan ikut dengan saya
Kim Woon menghela napas panjang sebelum akhirnya melangkah masuk ke dalam ruang rawat. Begitu pintu terbuka, pandangannya langsung tertuju pada sosok Yeon Ji yang sedang duduk di atas ranjang rumah sakit. Wajah gadis itu tampak lelah, namun ada ketegaran yang masih tampak di matanya meskipun tubuhnya tampak rapuh, seolah-olah berjuang melawan segala rasa sakit yang menghantamnya.
Yeon Ji menoleh ke arahnya begitu mendengar langkahnya, memberikan senyum kecil yang samar, seakan ingin meyakinkan Kim Woon bahwa semuanya baik-baik saja meskipun kenyataannya jauh dari itu.
Kim woon : yeon ji
Kim Woon tidak bisa menahan emosinya lagi. Dengan langkah cepat, ia mendekat dan memeluk putrinya erat, seolah ingin melindunginya dari segala kesulitan yang telah dan akan datang. Yeon Ji membalas pelukan itu dengan tangan yang gemetar. Air mata mulai mengalir di pipinya, bukan hanya karena rasa sakit yang ia alami, tetapi juga karena kebahagiaan yang ia rasakan—bahwa akhirnya ayahnya ada di sisinya, setelah sekian lama.
Yeon ji : ayah aku sangat merindukanmu...
Kim woon : ayah juga sangat merindukanmu nak
Kim Woon dengan suara yang sedikit bergetar, menahan emosi yang hampir membuatnya tersedu. Tanpa ragu, ia mencium kening Yeon Ji, ciuman lembut yang penuh dengan kasih sayang yang selama ini terpendam.
Kim woon : nak ayah sangat takut saat melihat mu tak sadarkan diri di kamar, katakan apa yang terjadi sebenarnya?
Yeon Ji menundukkan kepala, namun tak melepaskan pelukan ayahnya. Ia mempererat pelukannya, seolah berusaha untuk melindungi dirinya dari rasa sakit yang mungkin datang jika ia harus mengungkapkan kebenaran. Namun, air mata yang jatuh di pipinya berbicara lebih banyak daripada kata-kata yang bisa ia ucapkan.
Kim woon : nak katakan dengan jujur apa ada yang melukai mu ? Apakah tuan muda tidak bersikap baik pada mu ?
Yeon ji : Tidak ada yang seperti itu ayah, ini murni terjadi hanya karena aku terlalu merindukan mu
Kim Woon mengerutkan keningnya ketika matanya menangkap memar di leher Yeon Ji. Rasa khawatirnya langsung meningkat. Ia perlahan melepaskan pelukan dan dengan lembut menyibakkan rambut putrinya untuk memeriksa lebih dekat. Begitu melihatnya, hatinya terasa mencemas, dan raut wajahnya berubah penuh perhatian.
Kim woon : Nak kenapa ada memar di leher mu
Yeon ji : aku baik-baik saja ayah, ini karena aku terburu - buru saat melepaskan kalung jadi aku sedikit memaksakan nya
Kim woon : yeon ji kau tidak sedang berbohong kan pada ayah ?
Yeon ji : Ayah, ayah belum katakan bagaimana kabar ayah sekarang ?
Kim woon : Ayah baik sayang, maaf ayah baru sempat menemui mu. Sebenarnya ayah membawa sesuatu untuk mu tapi saat melihat kondisi mu, hadiah itu ...
Yeon ji : Ayah jangan memikirkannya, hadiah itu. Sofi pasti akan menyimpan nya untuk ku
Kim won : Sofi ?
Yeon ji : nama pelayan yang diminta kakek menemani ku ayah, dia banyak membantu ku untuk mengurus segalanya sesuatu nya
Kim woon : nak, ayah tidak tau apakah hadiah itu akan setera dengan semua yang kau punya sekarang
Namun, sebelum Kim Woon bisa melanjutkan kata-katanya, Yeon Ji mengulurkan tangannya, menggenggam erat tangan ayahnya, dan tersenyum dengan penuh ketulusan. Senyum itu adalah senyum yang tak hanya menunjukkan kekuatan, tetapi juga cinta yang mendalam.
Yeon ji : tidak ada hadiah yang lebih baik selain fakta bahwa aku adalah putri ayah
Yeon ji : Dengan ayah hadir dan berada di sisi ku saat ini, ayah telah memberikan sesuatu yang tidak mampu terbayarkan dengan apa pun
Kim won : yeon ji, jika terjadi sesuatu tolong jujur lah pada ayah jangan berbohong atau menyembunyikan sesuatu. Seberkuasa apapun keluarga mereka, ayah akan berusaha melawan nya jika itu untuk kebaikan mu
Yeon ji : ayah, aku tau kau sangat menyangi ku karena itu aku ingin mengucapkan terima kasih untuk semua cinta dan untuk mu yang selalu bertahan dan aku tau itu tidak lah mudah tapi kau tetap menjalani semuanya untuk ku
Kim woon : Nak kau belum pulih benar beristirahat lah, ayah akan keluar dulu agar kau bisa beristirahat
Yeon ji : baik ayah
Kim Woon menatapnya sejenak, lalu menghapus air mata yang mulai menggenang di matanya. Ia berbalik dan berjalan keluar dengan langkah perlahan, hatinya berat meninggalkan putrinya sendiri disana.
Yeon ji : " Maafkan aku karena berbohong pada mu ayah, tapi kini aku tidak akan membiarkan mu berjuang. sendiri lagi "
kakek yg egois dan berhati iblis...bagaimana jika cucux benci yeon ji berubah menjadi bucin...