Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mantan laknat
Satu minggu kemudian.
Waktunya Anggi kontrol ke rumah sakit. Pulang dari kantor Rayhan pulang ke rumah orang tuanya untuk mengantar Anggi ke rumah sakit bersama Nazwa. Sebenarnya Anggun ingin ikut bersama mereka. Namun, Papa melarangnya karena tidak baik jika anak kecil sering ke rumah sakit.
Kali ini Rizal yang menjadi sopir mereka. Rayhan duduk di kusei depan, sedangkan Nazwa dan Anggi duduk di kursi tengah.
Tepat setelah adzan Ashar mereka sampai di rumah sakit. Rizal menunggu di mobil. Mereka masuk ke rumah sakit dan langsung pergi ke poli jantung anak. Tidak perlu antri, karena sudah tidak ada pasien lagi. Mereka pun langsung masuk ke ruang dokter.
"Selamat siang, dok."
"Selamat siang, Pak Rayhan. Hai Anggi... "
Nazwa pun menyapa dokter dengan membungkukkan badannya.
"Wah Anggi terlihat segar ya. Obatnya sudah habis?"
"Habis Om dokter. Tapi jangan kasih lagi ya, Anggi sudah bosen."
"Hahaha... kamu sekarang tambah cerewet ya. Ya sudah ayo baring di sini, Om dokter mau periksa dulu."
Dokter pun menjelaskan jika Anggi sudah bisa kembali ke sekolah, namun tetap makanan harus dijaga dan emosinya juga harus terkontrol. Dalam hal ini tentu saja Nazwa yang pegang kendali. Jadi Nazwa pun banyak bertanya kepada dokter agar dia tidak salah dalam merawat Anggi ke depannya.
Setelah semuanya selesai, mereka pun pamit. Sampai di lantai dasar, Rayhan ingin pergi ke toilet.
"Anggi, Papa mau ke toilet."
"Iya Pak, kami tunggu di sini."
"Oke."
Mereka duduk di bangku panjang. Anggi dan Nazwa sedang asik bercanda. Namun kebahagiaan mereka harus terganggu karena datangnya dia orang yang lewat di depan mereka.
"Nazwa... "
"Iya."
Nazwa mendongak mendengar namanya disebut. Saat melihat orang yang memanggil namanya, ia sangat menyesal karena sudah mendongak. Orang tersebut adalah Soni dan Fanya. Terlihat Soni sedang merangkul tubuh Fanya yang kini sedang berperut buncit. Jika dilihat besarnya mungkin sudah berusia lima bulan. Nazwa rasanya ingin menghilang saat ini juga. Tapi ia harus menghadapi kenyataan di depannya.
"Nazwa akte cerai sudah dikirim, mungkin besok sampai. Kalau saja aku tahu akan bertemu kamu disini, aku tidak usah mengirimnya."
"Terima kasih." Jawab Nazwa singkat.
Ia berharap kedua orang itu segera pergi dari hadapannya. Namun ternyata memang mereka tidak tahu malu masih mengajak Nazwa bicara.
"Anak siapa ini?" Tanya Fanya.
"Wah jangan sampai karena depresi tidak bisa punya anak kamu culik anak orang." Sahut Soni.
Nazwa rasanya ingin menampar mulut mantan suaminya itu, namun ia masih bisa mengontrol emosinya.
"Sayang, atau jangan-jangan dia sengaja cari duda tua yang beranak agar bisa menumpang hidup." Sahut Fanya.
Sontak Nazwa langsung menutup telinga Anggi dengan kedua tangannya. Nazwa tidak rela jika telinga Anggi mendengar hal-hal yang lebih buruk dari itu, karena takut mempengaruhi emosionalnya. Apa lagi Anggi anak yang cerdas. Ia sangat mudah menangkap pembicaraan orang.
" Bukankah kalian sudah tidak punya keperluan lagi. Kenapa kalian menghabiskan waktu dengan menghina orang lain? Apa kalian tidak takut jika hinaan kalian akan kembali kepada diri kalian sendiri."
"Waw... sudah pintar menjawab sekarang." Sahut Soni.
"Anggi, ayo kita tunggu Papa di bawah saja."
Nazwa langsung menggendong Anggi dan pergi dari hadapan mereka. Ia membawa Anggi masuk ke dalam lift. Sementara Soni dan Fanya dengan bangganya masih menjelekkan Nazwa.
"Anggi, kamu nggak pa-pa kan?"
"Nggak pa-pa, nan. Siapa mereka itu nany?"
"Orang tidak penting. Sudah jangan dipikirkan!"
"Hem." Anggi mengangguk.
Namun sebenarnya Anggi sedang memikirkan ucapan kedua orang tadi.
Rayhan baru saja keluar dari toilet. Ia mencari keberadaan Nazwa dan Anggi. Setelah menelpon Anggi, Rayhan pun langsung turun ke bawah.
Rizal menjemput mereka di depan rumah sakit. Mereka pun masuk ke dalam mobil.
Selama di dalam perjalanan, Anggi memperhatikan nany nya yang tidak banyak bicara. Sepertinya Anggi mengerti perasaan nany, ia pun tidak mau semakin membebaninya. Akhirnya Anggi mengajak Papanya bicara.
"Papa.... "
"Iya, ada apa?"
"Anggi mau nagih janji Papa. Jangan pura-pura lupa!"
"Papa tidak lupa sayang, kan Papa masih sibuk."
"Om Rizal, hari sabtu Papa sibuk nggak?"
"Eh tidak, non."
"Nah hari sabtu Papa jemput kita di ke rumah Oma. Pokoknya nggak boleh ditunda lagi."
"Memangnya kamu pingin jalan-jalan ke mana?"
"Ke dufan boleh. ke mana saja asal sama Papa, adek, dan Nany juga."
"Hem, baiklah. "
"Yeay... makasih Pa."
"Iya sama-sama."
Tidak lama kemudian, mereka sampai di rumah. Rayhan mengantarkan Anggi sampai ke dalam rumah. Oma dan Opa sudah menunggu mereka di ruang keluarga. Sedangkan Anggun berada di dalam kamar sedang main lego. Oma menanyakan hasil kontrol hari ini kepada mereka. Setelah itu, Nazwa pamit kembali ke kamarnya karena sepertinya majikannya masih ada pembicaraan lain.
"Nggak nginap di sini bang?"
"Nggak dulu, Mi. Mungkin lusa, sekalian ngajak anak-anak jalan."
"Oh jadi nih jalan-jalan?"
"Iya, itu cucu Mami nagih terus."
Anggi terkekeh.
"Iya kan, Papa janji. Janji itu hutang. Hehe.... "
Setelah itu, Rayhan pamit pulang karena sudah ditunggu Rizal di mobil. Setelah kepergian Papanya, Anggi ngobrol bersama Oma dan Opa.
"Oma."
"Iya, ada apa?"
"Akte cerai itu apa?"
"Hah, akte cerai? Kenapa kamu tanya itu, gi?"
Anggi pun menceritakan kejadian di rumah sakit tadi saat Nany nya bertemu dengan dua orang yang sepertinya sangat kenal.
"Apa mungkin itu mantan suami Nazwa ya, pi? Soalnya Nazwa memang bilang sedang proses perceraian. Berarti dia sudah resmi bercerai." Lirih Oma.
"Lalu orang itu bilang apa lagi, gi?"
"Nany depresi karena nggak punya anak terus culik Anggi. Terus yang perempuan bilang Nany menikah sama duda tua. Kayaknya mereka orang jahat, Oma. Nany kelihatan sedih setelah ketemu mereka."
"Kamu jangan dengerin ya. Dan jangan bilang sama siapa pun. Hibur Nany nya biar nggak sedih lagi."
"Iya Oma."
"Ya Allah, Nazwa. Seberat apa beban hidupmu? Aku tidak tahu masalah apa yang sebenarnya terjadi antara kamu dan mantan suamimu. Tapi aku sangat yakin kamu orang baik. " Batin Oma.
Anggi meninggalkan Oma dan Opa lalu pergi ke kamarnya.
"Mi, sudah adzan Maghrib. Ayo shalat dulu."
"Iya Pi."
Di kamar Nazwa
Ia sedang siap-siap untuk shalat Maghrib. Tiba-tiba si kembar mengetuk pintu kamarnya.
Tok tok tok
"Assalamu'alaikum nany.... "
Nazwa membuka pintu kamarnya.
"Wa'alaikum salam."
Ternyata mereka berdua sudah memakai mukenah.
"Nany, ayo kita shalat. Kita Khan mau belajar shalat sama nany."
"MasyaAllah, iya nany lupa. Ayo kita mulai."
...****************...
terimakasih bunda