Yan Chen yang unik, memiliki roh Wajan dan di putuskan tunangan, tapi siapa yang menyangka ia bukan pemuda biasa.
dari wajah lucu dan sering bersikap bodoh, mencuri perhatian, memiliki rasa yang besar di dalamnya.
dengan itu, satu persatu perubahan mengejutkan semua orang dan pandangan tentangnya semakin baik dan lebih baik.
saya berharap bisa konsisten menulisnya.
selamat membaca, jangan lupa Like, komentar dan favoritnya, supaya penulis tahu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Made Budiarsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lu Yan kesal
Ketua pertama memandang sebentar, berpikir kemudian menjentikkan jarinya.
Tiba-tiba, seluruh arena bergetar. Celah terisi kembali, begitu pula lubang-lubang yang ada di dinding. Perlahan-lahan arena di perbaiki kembali.
Suara gemuruh dapat di dengar ketika proses itu terjadi. Debu-debu beterbangan. Kemudian akhirnya arena kembali di perbaiki. Namun, tentunya itu belum memiliki formasi pelindung di dalamnya.
Ketua pertama kemudian melesat ke langit dan menghilang.
Kemudian ia terbang melintasi hutan, melewati aula kemudian tiba di puncak pertama gunung. Itu dilakukan dengan sangat mudah.
Gunung itu tinggi dan dipenuhi pohon-pohon subur. Ujungnya dipotong rapi seperti dipotong pedang raksasa yang di mana di atasnya ada istana megah yang di dominasi warna emas, dan tampak berkilauan ketika cahaya matahari menyentuh genteng-gentengnya. Para murid terlihat berjalan-jalan di sana.
Ketua pertama mendarat di salah satu bangunan kemudian berjalan masuk.
Di dalamnya ada aula besar yang penuh dengan kain-kain merah. Di dua sisi ada meja-meja yang tertata. Di sinilah para ketua sedang duduk menikmati teh.
Ketika ketua pertama datang, seluruh ketua memperhatikannya.
Ketua pertama menggeleng kemudian menghela nafas ringan. “Aku tidak menemukan apa pun, tapi bukan berarti anak ini tidak perlu kita curigai. Dia memiliki segudang misteri. Dan pedang putih itu salah satu yang harus kita selidiki.”
Ketua kedua menuangkan teh sambil berkata, “Dia mungkin saja musuh yang menyelinap. Meski pun aku menyukainya, jika itu menyangkut keselamatan kita semua, bagaimana kalau kita menghilangkannya demi mencegah sesuatu yang lebih buruk terjadi?”
Ketika semua orang mendengarnya, ketua ke tiga buru-buru berkata, “Tidak perlu seperti itu. Ketika dia membunuh bocah dari keluarga Qiao itu, secara alami akan menarik beberapa orang untuk membunuhnya. Kita hanya perlu menyaksikannya dan meneliti, sehingga bisa mendapatkan banyak informasi pada saat itu. Bocah yang menarik ini dihadapkan dengan situasi yang berbahaya pasti akan memperlihatkan sesuatu.”
Ketua ke empat meminum tehnya kemudian menghela nafas. “Aku ingin bertemu dengannya sebentar. Bocah ini benar-benar menarik. Melihat pedang yang di pegangnya waktu itu, aku berasumsi mungkin saja dia murid Grand Master. Grand master mewarisi Pedangnya kepadanya. Dan Mungkin Grand master tidak benar-benar membawa pedangnya pergi. Kita tidak akan tahu beberapa banyak murid diangkatnya ketika melakukan perjalanan besarnya. Selain itu, kita semua melihat bagaimana raja kera datang kepadanya seolah-olah raja kera adalah temannya. Seperti yang kita tahu, raja kera sangat dekat dengan Grand master Chen.”
Para ketua tidak membantah ataupun berkata lagi. Kata-kata Ketua ke empat benar adanya. Namun, mereka harus tetap waspada dengannya. Segala kemungkinan bisa terjadi.
Mulai hari itu, para ketua bekerja sama untuk membuat formasi pelindung dan membuat yang lebih kuat dari pada sebelumnya.
Mereka juga meneliti di mana kelemahan formasi sebelumnya dan memperkuatnya lagi.
Sudah lima hari mereka bekerja dan seluruhnya hampir selesai.
Di aula, gulungan besar terbentang dan simbol-simbol sihir terlihat di mana-mana, dan itu sangat besar.
Empat ketua bersila dalam pola melingkar dan melakukan tugasnya masing-masing. Mereka semua sangat fokus dan penuh perhatian.
********
Pada hari ke enam, Yan Chen membuka matanya. Tubuhnya terasa jauh lebih baik dan sehat.
Ia merasa pulih dari cedera-cederanya. Bangun, merenggangkan tubuhnya, terdengar otot-otot yang bersuara. Ia kemudian melihat ke sekitar, semuanya terlihat normal dan biasa saja.
Ia mulai memikirkan bagaimana keadaan Lu Yan dan apa gadis itu akan merindukannya?
Membuka pintu, cahaya matahari menimpa wajahnya. Cahaya itu hangat dan menyejukkan.
Air sungai tampak terlihat bercahaya. Rumput-rumput terlihat lebih hijau. Capung-capung terbang di atas air dan bergerak hilir mudik.
Seorang wanita bergaun biru dan merah muda sedang bersila di atas rumput. Pancingnya di tancapkan di sampingnya. Peri dua belas warna berputar-putar di sekelilingnya seperti kegirangan menelusuri setiap lekukan tubuhnya.
Ia tentunya sedang memejamkan matanya dan tidak memedulikan apa pun yang ada di sekitarnya.
Ia belum mendapatkan satu ikan pun.
Yan Chen mendekat dan duduk di sampingnya. Ketika itu, Lu Yan membuka matanya dengan pelan dan perlahan-lahan energi warna-warni di tubuhnya menghilang.
“Kau sudah bangung.”
Ia berkata dingin, meski begitu matanya di penuhi cahaya yang intens dan rasa bahagia yang tidak tertandingi.
Ia sudah sendirian selama lima hari ini, meski itu singkat, entah mengapa ia merasa berat mengalami hari-hari seperti itu. Ia mengalihkan perhatiannya dengan berkultivasi dan hanya berkultivasi untuk mengusir rasa bosannya.
Di lembah sempit itu memang memiliki segudang keindahan, namun Lu Yan sering bepergian ke seluruh Dunia dan melihat berbagai keindahan. Keindahan di lembah ini merupakan sesuatu yang biasa baginya.
Yan Chen mengangguk. “Sayangku, apa kau merindukanku?”
Ketika Lu Yan melihatnya, ia sedikit tersenyum tipis kemudian mendengus. “Siapa yang merindukanmu? Aku hanya bertanya. Tidak ada waktu untuk merindukanmu, aku sibuk dengan kultivasiku akhir-akhir ini. Meski pun belum mencapai puncak alam dasar, sebentar lagi akan mencapainya, dan satu lagi, aku nyonya sekte, anak muda sepertimu tidak akan menggerakkan perasaanku.”
“Oh, benarkah?” Yan Chen kemudian mengangkat wajahnya menatap langit. “Bagaimana jika itu Grand master Chen? Apa kau tidak akan merindukannya?”
Sejujurnya, Lu Yan merindukannya. Ia terdiam dan tidak menjawabnya. Hatinya dipenuhi rasa rindu yang mendalam untuk sosok itu. Sosok yang datang, menyelamatkannya, mengajarinya dan memberinya tempat yang aman, bagaimana ia dapat melupakannya?
Namun, bagaimana pemuda ini tahu perasaannya kepada Grand Master Chen?
Ada banyak orang yang tahu tentang hubungan Nyonya guru dengan Grand Master Chen, namun hanya sedikit yang tahu tentang hubungan mendalam di antara mereka melebihi guru dan murid.
Lu Yan jelas tidak akan bertanya dari mana Yan Chen mengetahunya. Ia menatap pelampung yang bergerak mengikuti aliran sungai mencipta riak yang damai dan tenang.
Lu Yan tidak menjawab, tapi wajahnya tiba-tiba murung sembari memperhatikan aliran sungai.
Yan Chen diam-diam memperhatikan perubahan wajahnya. Ia jelas tahu bagaimana perasaan Gadis ini kepadanya. Ia ingin menggodanya kemudian merebahkan tubuhnya dengan kedua tangannya sebagai bantalan.
“Biar kukatakan, Grand master Chen menikah dua kali. Pertama, atas dasar cinta, tapi pada akhirnya membunuh istrinya sendiri demi jalan kultivasi yang diyakininya. Kedua, dia melakukannya demi mendapatkan kekuatan dari suku laut untuk mengatasi kemacetannya. Grand master Chen tidak sebaik yang kamu pikirkan, dia egois, kejam, suka membunuh dan tidak akan mempedulikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia hanya tahu tentang kultivasi.”
“Kau berbohong,” Lu Yan berkata dingin dan ekspresinya berubah menjadi lebih tajam. “Apa yang kau tahu tentang kami? Kau hanya pemuda yang tidak tahu apa-apa. Jika kau ingin selamat, di masa depan kau lebih baik menjaga mulutmu.”
Lu Yan tidak berkata apa-apa lagi, tapi ia benar-benar kesal dan menahan amarahnya. Bahunya sedikit terangkat dan nafasnya lebih cepat, ekspresinya jauh lebih redup dari sebelumnya seperti bunga mawar yang layu.
Jika bukan karena pil tanpa perasaan dan racun di tubuhnya, Lu Yan hanya perlu menggerakkan satu jarinya untuk membunuh Yan Chen di saat kondisi sempurnanya. Kali ini, jika ia mendapatkan kebebasannya, ia akan bertarung dengannya, bahkan jika sampai mati, itu tidak akan merugikannya. Grand master Chen di dalam hatinya memiliki kedudukan yang sangat tinggi.
“Aku selalu menjaga mulutku, setidaknya sejak aku mulai dewasa. Tapi, apa yang aku katakan merupakan sebuah fakta. Dan kamu, sebagai muridnya, tidak mendapatkan tempat yang istimewa di dalam hatinya, kecuali hanya sebagai murid, tidak lebih dari itu.”
“Cukup!” Lu Yan berseru. “Sudah aku katakan, kau tidak tahu apa yang terjadi di antara kami. Jika kau banyak bicara, aku tidak akan menahan diri lagi.”
Lu Yan serius, terlepas dari racun di tubuhnya, ia akan bertindak nekat. Memperhatikan Yan Chen, kedua mata Lu Yan benar-benar sangat tajam seperti jarum.
Yan Chen menyadarinya dan tersenyum tipis.