Nancy tak menyukai kala sang papa menjalin hubungan dengan Dania yang dikenalkan sebagai calon istrinya. Nancy mencari tahu latar belakang Dania hingga akhirnya ia mengetahui kalau Dania masih berstatus sebagai istri orang! Ketika kebusukannya terbongkar Dania berkilah akan segera bercerai dengan suaminya yang sekarang, Putra Wardhana namun Nancy tak memercayai itu hingga akhirnya Dania dan Putra benar-benar bercerai. Selepas bercerai, Nancy mulai mendekati Putra untuk misi membuat Dania cemburu karena sang mantan suami kini dekat dengannya. Akankah misi Nancy akan berhasil?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kejutan di Hari Ulang Tahun
Nancy terbangun dari tidurnya karena merasa ada seseorang yang mengecup pipinya secara terus menerus hingga pada akhirnya ia pun dengan sangat berat hati membuka kedua matanya karena masih mengantuk dan ini masih tengah malam. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah sosok suaminya yang tengah tersenyum padanya.
"Selamat ulang tahun sayangku."
Nancy nampak terkejut dengan ucapan Putra barusan dan ia melihat bahwa saat ini sudah jam 12 malam lebih satu menit yang mana Putra adalah orang pertama yang memberikan ucapan selamat ulang tahun padanya.
"Terima kasih, Mas."
Putra mencium bibir Nancy dengan lembut yang membuat Nancy menjadi merasa dicintai sepenuhnya oleh suaminya.
"Kamu tahu aku begadang cuma buat menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk kamu?"
"Terima kasih, Mas."
"Aku punya hadiah buat kamu."
"Hadiah? Hadiah apa?"
Putra tersenyum kemudian ia menarik sebuah kotak kecil yang menjadi hadiah ulang tahun untuk Nancy.
"Harganya memang gak seberapa tapi semoga kamu akan suka."
Putra memberikan kotak itu pada Nancy yang langsung diterima oleh Nancy dengan rasa penasaran tinggi, rupanya hadiah dari Putra adalah sebuah kalung yang walau tampilannya sederhana namun sangat cantik sekali.
"Biar aku bantu kamu pakai."
Putra kemudian membantu Nancy untuk menggunakan kalung pemberiannya barusan dan Nancy merasa bahagia dengan pemberian suaminya ini.
"Terima kasih banyak, Mas."
"Terima kasih karena kamu sudah mau menerima aku jadi suami kamu sepenuhnya walau aku ini banyak kurangnya dan kadang buat kamu marah dengan sikapku namun percayalah kamu satu-satunya wanita yang ada di dalam hatiku."
"Kamu ini malam-malam malah gombal."
"Siapa juga yang gombal? Aku ini kan hanya mengatakan isi hatiku dengan jujur."
Nancy tak bisa menahan diri untuk tak tersenyum mendengar ucapan suaminya barusan yang sangat manis. Rasanya ia tak salah pilih untuk memilih Putra sebagai suaminya dan ia yakin pria ini akan menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya kelak.
"Mas, kamu mau punya anak dariku kan?"
"Jelas lah, siapa sih yang gak mau punya anak?"
"Kalau begitu ... kamu mau malam ini?"
"Kamu barusan sedang menawarkan diri, hm?"
****
Akibat kejadian semalam Putra dan Nancy jadi kesiangan bangun yang membuat mereka jadi ditunggu oleh yang lain karena yang lain sudah siap sejak tadi.
"Pengantin baru memang begini, ya," ujar Kelly.
"Nanti kalau kamu sudah menikah juga akan merasakannya," ujar Putra.
"Sudah jangan berdebat, kita bisa terlambat ke bandaranya," ujar Mustafa.
Putra menggandeng tangan Nancy bersamanya masuk ke dalam mobil van yang sudah parkir di depan rumah orang tua Putra untuk mengantar mereka sampai ke bandara. Sepanjang perjalanan menuju bandara, Kelly tak henti-hentinya menanyakan apakah kakaknya jago memuaskan Nancy di atas ranjang yang membuat Suherti mendelik kesal dengan ucapan Kelly barusan.
"Kamu ini kok memilih topik obrolan yang aneh-aneh."
"Kan aku penasaran Bu, soalnya kata mantan istrinya kan Mas Putra payah soal urusan ranjang."
"Orang tukang bohong gitu kamu percaya," ujar Putra.
"Mantan istri Putra itu berarti yang bodoh karena nggak bisa membedakan mana yang bisa memuaskan mana yang enggak," ujar Nancy tanpa sungkan yang membuat semua orang tertawa mendengarnya.
Akhirnya mereka tiba juga di bandara Ahmad Yani dan masuk ke pintu keberangkatan seraya membawa koper masing-masing menuju tempat check-in.
****
Bagas memandangi gedung pencakar langit yang ada di hadapannya, perasannya bergemuruh karena hari ini ia akan bertemu secara langsung dengan Hanggono yang merupakan ayah kandungnya. Ia penasaran apakah reaksi ayah dan saudara beda ibunya ketika melihatnya dan Kinarsih datang.
"Gas, ayo cepet mandi. Pak Izaz bilang satu jam lagi dia akan datang menjemput kita."
"Iya Bu."
Bagas segera masuk ke dalam kamar mandi dan membuka seluruh pakaiannya, ia membiarkan air hangat membasahi tubuhnya dan menggosok sabun di seluruh tubuhnya. Setidaknya ia bisa sedikit rileks dengan mandi sebelum ia akan bertemu dengan Hanggono. Setelah selesai mandi maka Bagas segera keluar dari dalam kamar mandi dan melihat pakaian yang sudah Kinarsih siapkan untuknya. Bagas kemudian segera mengenakan pakaian itu dan mematut dirinya di depan cermin seolah memastikan bahwa saat ini ia sudah dalam kondisi terbaiknya.
"Kamu tampan sekali dengan pakaian ini, kamu lihat saja wajahmu dan wajah ayahmu itu mirip sekali," ujar Kinarsih yang ikut berdiri di sebelah Bagas.
Bagas menatap pantulan dirinya di depan cermin yang menampilkan dirinya mengenakan stelan tuxedo hitam dan memikirkan apa yang barusan sang ibu katakan soal wajahnya dan wajah Hanggono yang mirip.
"Pak Izaz sudah ada di lobi, ayo kita turun."
****
Di rumah keluarga Hanggono sudah dipersiapkan pernak-pernik khas ulang tahun yang sengaja Hanggono lakukan demi menyambut hari ulang tahun sang putri yang sudah genap 33 tahun. Walau sudah masuk kepala tiga namun di mata Hanggono tetap saja Nancy adalah putri kecilnya yang merengek meminta hadiah ulang tahun jika ia pura-pura lupa akan hadiah untuk putri kecilnya itu.
"Nancy itu bukan anak-anak, kenapa harus ada dekor balon-balon segala?" tanya Dania.
"Di mataku Nancy tetaplah putri kecilku."
Dania menghela napas panjang, ia kemudian meninggalkan Hanggono yang masih sibuk mengurus dekorasi untuk pesta ulang tahun Nancy dan beberapa tamu undangan juga sudah hadir. Dania mendatangi Marita yang baru saja selesai bertelpon dengan Izaz menanyakan di mana posisi mereka saat ini.
"Bagaimana, Ma? Mereka dalam perjalanan ke sini?"
"Iya, Izaz bilang sudah dalam perjalanan ke sini. Mungkin 20 menit lagi mereka akan tiba."
Saat itulah mobil yang membawa rombongan Nancy dan keluarga Putra tiba di rumah itu dan Nancy nampak terkejut banyak teman dan keluarga yang hadir di sini ditambah dekorasi khas pesta di rumah ini yang membuat suasana semarak.
"Selamat ulang tahun Nancy," ujar Hanggono.
Nancy menghambur memeluk sang papa, sekesal apa pun Nancy pada papanya namun tetap Nancy tak bisa membenci Hanggono karena sejak kepergian sang mama, ia tumbuh dan kembang bersama Hanggono dan pria ini yang selalu hadir di momen penting dalam hidupnya mulai dari sekolah hingga kuliah.
****
Nancy meniup lilin di atas kue ulang tahun dan gemuruh tepuk tangan membahana di sana, Natasha datang dan memeluk sang sahabat.
"Selamat ya, semoga gak lama lagi kamu bisa dapet momongan."
"Terima kasih doanya, aku dan suamiku juga sedang berusaha."
Dania dan Marita datang menghampiri Nancy dan mereka membawa sebuah kotak hadiah untuk Nancy.
"Selamat ulang tahun anak tiriku, aku bawakan hadiah untukmu," ujar Dania.
"Terima kasih banyak atas hadiahnya, tapi tolong jangan sebut aku anak tirimu karena aku gak suka akan itu," tegas Nancy.
"Dania kamu jangan bikin ulah," ujar Putra.
"Kamu ini kenapa Mas? Aku gak ngajak ribut Nancy lho, dia aja sendiri yang selalu sensi sama aku."
"Nancy, ayo dibuka dong hadiah dari Dania dan Tante, semoga kamu suka," ujar Marita.
Nancy menghela napas dan kemudian membuka kotak hadiah dari Dania dan Marita yang rupanya berisi selembar kertas.
"Apa-apaan ini?!"
"Baca saja isinya," jawab Marita.
Nancy membaca seksama apa yang ditulis di kertas tersebut dan seketika ia limbung setelah membacanya.
"Sayang, kamu kenapa?" tanya Putra panik seraya memegangi Nancy supaya tak jatuh.