Kalista Aldara,gadis cuek yang senang bela diri sejak kecil.Tapi sejak ia ditolak oleh cinta pertamanya,ia berubah menjadi gadis dingin.Hingga suatu ketika, takdir mempertemukannya dengan laki-laki berandalan bernama Albara. "Gue akan lepasin Lo, asalkan Lo mau jadi pacar pura-pura gue."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua
Hari demi hari, Kalista merasakan perubahan dalam hidupnya. Ia tak lagi sendirian di sekolah, berkat Tasya dan Alvaro, teman-teman barunya yang menyemarakkan kehidupannya. Sejak perkenalan tak terduga itu, ketiganya menjadi akrab dan tak pernah terpisahkan. Untuk pertama kalinya, Kalista merasa begitu nyaman dan bahagia bersama mereka, bagaikan menemukan oasis di tengah padang pasir kesendirian yang selama ini dihampirinya.
Tasya, meski sering kali membuat Kalista tertawa geli dan jengkel sekaligus, ternyata memiliki hati yang tulus dan hangat. Sementara Alvaro, pemuda ambisius yang ternyata tak se-egois rekan-rekannya, memberikan semangat baru dalam perjuangan Kalista. Berbeda dengan Tasya yang selalu riang dan gesit, Alvaro lebih cenderung tenang namun selalu menyenangkan untuk diajak berbicara. Meski demikian, kesamaan karakter mereka justru menjadi kekuatan yang menyatukan ketiganya.
Kalista menguncir asal rambut sebahunya menggunakan jepit,ia juga menggulung sedikit lengan kemeja seragamnya.
"Gerah banget,Sya.Lo gak panas apa rambutnya di gerai gitu?",tanya Kalista pada Tasya yang sedang asyik berkaca diri di cermin kecil yang selalu gadis itu bawa.
Gadis mengangguk kecil."Gerah dikit, lagipula aku udah biasa di gerai jadi gak gak terlalu beras panas,"jawab Tasya.
Kalista mengangguk, tangannya perlahan melonggarkan dasi yang terlilit di kerah bajunya. Sementara itu, Tasya hanya menggelengkan kepalanya, tersenyum sinis melihat kelakuan sahabatnya yang seperti laki-laki itu. Kalista bersandar pada meja, merasa gerah dan mengipasi dirinya dengan buku tulis yang ia pegang.
Saat ini seharusnya mereka tengah berada di tengah jam pelajaran, tetapi sudah lebih dari sepuluh menit guru yang seharusnya mengajar belum muncul. Kalau di kelas sebelumnya, saat-saat seperti ini biasanya digunakan oleh sebagian besar teman sekelas mereka untuk berhamburan ke kantin atau sekedar mengobrol. Namun hari ini, kebanyakan dari mereka masih duduk dengan tenang, fokus pada kegiatan masing-masing.
Dari sudut kelas, tampak sosok Alvaro yang tengah asyik dengan ponselnya. Sesekali, laki-laki itu menoleh ke belakang, melirik Kalista dan Tasya yang sedang berbicara. Gerah dengan suhu ruangan yang panas, Kalista tidak tahan lagi dan memutuskan untuk berdiri. Ia berniat pergi ke kantor guru, hendak bertanya apakah guru yang seharusnya mengajar hari ini hadir atau tidak.
"Mau kemana?",tanya Tasya ketika melihat temannya itu berdiri.
"Ke kantor,mau nanya Bu Meli sekarang masuk atau enggak,"jawabnya.
"Oh,yaudah gue di sini aja ya,"ujar Tasya.
Kalista mengangguk,ia lalu melangkah menuju keluar kelas.Alvaro menatap tubuh Kalista yang sudah menghilang di balik pintu,ia penasaran mau kemana gadis itu? Ia akhirnya ikut berdiri dan menyusul gadis itu.
"Kalista!",panggil Alvaro.
Kalista yang sudah berjalan cukup jauh dari kelas berhenti,lalu menoleh ke belakang,ia mengerutkan alisnya ketika Alvaro memanggilnya.Laki-laki itu berjalan tergesa menghampiri gadis itu.
"Mau kemana?",tanyanya.
"Kantor,kenapa?",tanya Kalista.
"Oh, gue kira mau kemana,yaudah gue anter deh tanggung juga udah keluar kelas,"ujar Alvaro.
Kalista mengangguk,mereka pun berjalan beriringan menuju kantor guru.Sepanjang koridor menuju kantor mereka hanya diam,tak ada yang berbicara.Keduanya shanya fokus menatap objek di depannya.
"Lo mau ikut masuk atau tunggu di sini?",tanya Kalista pada Alvaro.
Alvaro memiringkan kepalanya sedikit mengintip ke dalam kantor."Gue di sini aja deh,Lo yang kedalam sendirian,gak apa-apa kan?"
Kalista mengangguk,gadis itu lalu masuk ke dalam dan menanyakan keberadaan gurunya.Setelah selesai,ia segera keluar dari kantor.
"Gimana?",tanya Alvaro melihat Kalista yang baru saja keluar dari kantor.
"Bu Meli gak masuk,katanya anaknya sakit.Kita di suruh belajar mandiri aja katanya,"ujar Kalista.
Alvaro tersenyum senang, akhirnya ada jam kosong jadi ia bisa sedikit bersantai hati ini.Keduanya lalu kembali ke kelas dan akan memberikan informasi yang ia dapat pada teman-teman kelasnya.
"Al,Lo aja deh yang bilang ke anak kelas kalau Bu Meli gak masuk hari ini,"ujar Kalista.
Al melirik sebentar ke arah gadis itu "Kenapa gak Lo aja? Lo udah beberapa bulan tapi gak pernah kenalan sama teman-teman yang lain."
Kalista berdecak."Gue males,yaudah kalau Lo gak mau,gue suruh Tasya aja,"ujar gadis itu.
Mendengar nada bicara Kalista yang terkesan dingin membuatnya sedikit merasa panik,takut jika gadis itu marah."Eh,iya gue aja yang bilang,"ujarnya.
Kalista menaikkan sebelah alisnya."Yakin?",tanya ya dan diangguki oleh Alvaro.
Sampai di kelas Alvaro berdiri di depan kelas untuk memberitahu informasi mengenai guru mereka yang tak hadir,sedangkan Kalista langsung duduk di bangkunya.
"Bu Meli masuk gak?",tanya Tasya ketika Kalista baru saya duduk.
"Engga,"jawabnya.
"Yess!! Akhirnya ada jam kosong,mumet gue belajar mulu,"ujar Tasya bahagia.
"Gak usah sekolah kalau gak mau belajar,"sindir Kalista.
Tasya mengerutkan bibirnya."Ya gak gitu juga,ke kantin yuk mumpung jam kosong,"ajaknya.
Kalista menggelengkan kepalanya."Gak ah,nanggung abis jam ini selesai juga istirahat kok."
"Hem,bener juga.Tapi gue bosen,Kal."
"Ke perpustakaan aja yuk,Lo bisa tidur di sana,"usul Kalista.
Tasya tersenyum sumringah,ia mengangguk dengan semangat, menyetujui usulan Kalista."Boleh tuh,ajak Alvaro juga sekalian ya."
"Hmm,"Guman Kalista.
Keduanya lalu berdiri dan berjalan menuju ke luar kelas.
"Al,mau ikut ke perpustakaan gak?",tanya Tasya pada Alvaro yang sedang fokus pada ponselnya.
Laki-laki itu mendongak ke arah Tasya."Ikut dong,bosen gue di sini."
"Yaudah ayok,"ajak Tasya.
Ketiganya lalu keluar kelas dan berjalan menuju ke perpustakaan yang letaknya berada di sudut sekolah.Cukup jauh dari letaknya dari kelas Kalista.
"Lo suka baca buku,Al?",tanya Tasya pada Alvaro.
"Lumayan,kenapa?"
"Engga,cuma nanya aja.Lo suka buku apa?"
"Emmh, gue lebih suka komik si,novel juga gue suka tapi yang genre horor.Kalau romance gak terlalu suka."
"Kenapa? Padahal seru tau,kalau aja cowok yang ada di novel-novel bisa jadi nyata,udah gue gebet,"ujar Tasya.
Alvaro mendengar itu hanya terkekeh."Novel kan kebanyakan fiksi,kalau Lo mau cowok kayak di novel sampai kapanpun juga gak akan nemu,Sya."
Tasya menganggukkan kepalanya."Bener juga."
Tatapan Alvaro lalu tertuju pada Kalista yang sedari tadi hanya diam."Lo Kal,suka baca buku?",tanya Alvaro membuka pembicaraan pada Kalista.
"Suka,"jawab gadis itu.
"Lo suka buku apa?",tanya Tasya.
"Apa aja si,asal menurut gue menarik pasti gue baca."
"Termasuk buku pelajaran?",tanya Alvaro.
Kalista terdiam sebentar lalu mengangguk."Ya,kalau memang menarik ya gue baca,kenapa?"
Alvaro menggeleng."Pantes aja Lo pinter,liat penampilan Lo yang seperti ini,orang gak akan nyangka kalau Lo kutu buku."
Kalista menatap Alvaro sebentar."Penampilan seseorang gak selalu mencerminkan segalanya.Yang berpenampilan kayak preman aja belum tentu dia preman.Sama kaya Lo,liat wajah Lo orang-orang pasti akan ngiranya Lo cowok cool dan pendiem,nyatanya sebaliknya kan?",ujar Kalista.
Alvaro mengatupkan bibirnya,Kalista ini jarang sekali berbicara panjang lebar.Tapi jika sudah berbicara selalu selalu sesuai fakta dan jelas,tanpa memikirkan apakah yang ia ucapkan bisa menyinggung lawan bicaranya atau tidak.Makanya jika orang yang tidak paham dengan sikap gadis itu,mungkin orang itu akan langsung tersinggung jika mendengar ucapan Kalista.