NovelToon NovelToon
Sinar Rembulan

Sinar Rembulan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama
Popularitas:195.6k
Nilai: 5
Nama Author: Clarissa icha

"Neng, mau ya nikah sama anaknya Pak Atmadja.? Bapak sudah terlanjur janji mau jodohkan kamu sama Erik."

Tatapan memelas Pak Abdul tak mampu membuat Bulan menolak, gadis 25 tahun itu tak tega melihat gurat penuh harap dari wajah pria baruh baya yang mulai keriput.

Bulan mengangguk lemah, dia terpaksa.

Jaman sudah modern, tapi masih saja ada orang tua yang berfikiran menjodohkan anak mereka.
Yang berpacaran lama saja bisa cerai di tengah jalan, apa lagi dengan Bulan dan Erik yang tak saling kenal sebelumnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Hampir ketahuan

Suasana di kampung terasa lebih menenangkan dan damai walaupun dibalut kesederhanaan. Tidak ada hiruk pikuk kemacetan yang menjadi makanan sehari-hari jika di Ibu Kota. Dan meski hidup serba ada dan mewah, tetap saja hati dan pikiran tidak sedamai ketika tinggal di kampung. Beberapa kali sempat terbesit ingin keluar dari pekerjaan dan merintis usaha sendiri di kampung, tapi merasa tidak memiliki bekal apapun termasuk ilmu bisnis. Namun semangat untuk belajar terus tumbuh dan semakin bertekad mendalami ilmu bisnis agar sewaktu-waktu langsung membuka bisnis di kampung jika tidak ada yang bisa diselamatkan. dari pernikahan ini.

Ya, bahkan sebelum aku resmi dinikahi Mas Erik, bayangan-bayangan untuk kembali ke kampung dan membuka bisnis disini langsung terbesit di kepala. Sebab aku bukan tipe wanita yang akan melakukan segala cara hanya untuk mendapatkan perhatian dan cinta dari orang yang jelas-jelas tidak mengharapkan ku. Hidup ini terlalu singkat dan sia-sia jika dihabiskan untuk menyenangkan orang lain demi mendapat perhatian dan cintanya.

"Bulan, kok malah melamun di disini." Suara Ibu membuyarkan lamunanku. Aku tersenyum dan pura-pura melihat pohon mangga yang berbuah lebat.

"Bulan lagi cari mangga yang matang Bu, minum jus mangga yang matang di pohon kayaknya segar." Aku tidak berani menatap Ibu karna sepandai apapun aku berbohong, pasti bisa di baca oleh Ibu.

"Kamu bicara begitu seperti sedang ngidam saja. Jangan-jangan kamu beneran hamil.?" Ada kebahagiaan dalam nada bicara Ibu. Berbeda dengan aku yang terkejut saat itu juga karna baru sadar aku salah bicara dan membuat Ibu berfikir aneh-aneh. Jangankan hamil, berpelukan saja tidak pernah.

"Bulan baru selesai haid kemarin Bu."

Aku melihat raut wajah Ibu berubah, wanita paruh baya yang telah melahirkan dan membesarkan ku itu tampak sedih. Aku tau selam ini Ibu sangat berharap Aku segera hamil dan memberikan cucu untuknya.

"Kamu jangan berkecil hati ya, Ibu selalu berdoa supaya kamu cepat hamil." Ucapnya kemudian merangkul ku sembari mengusap-usap punggung. Sepertinya Ibu berfikir kalau aku juga sedih karfat belum diberi kepercayaan.

Tidak mau pembahasan kehamilan ini semakin panjang, aku memilih mengangguk saja dan langsung menanyakan hal lain untuk mengalihkan pembicaraan.

"Katanya Abang mau datang, ini sudah jam sembilan kok belum datang juga Bu." Aku menoleh ke halaman samping dan langsung terhubung dengan halaman samping.

"Barusan Abang mu telfon, mereka baru mau berangkat. Kita tunggu setengah jam lagi. Ayo masuk, mataharinya semakin panas." Bu menggandengku masuk ke dalam rumah. Tangannya yang mulai berkeriput itu menggenggam ku. Entah harapan apa saya yang telah Ibu gantungkan pada anak perempuan satu-satunya ini. Aku harap, Ibu tidak akan kecewa dengan keputusan ku kelak.

...*****...

Kehangatan keluarga seperti ini yang aku rindukan setiap pulang ke kampung halaman. Semua keluarga besar berkumpul di rumah Ibu. Mereka meluangkan waktu untuk datang jika aku ada di rumah. Dua keponakan dan anak-anak dari sepupu asik bermain di ruang keluarga. Canda dan tawa mereka membuat perasaanku semakin menghangat.

Dulu pernah terbesit untuk menciptakan keluarga kecil yang dipenuhi canda dan tawa kebahagiaan dari anak-anak. Namun pernikahan ku dengan Mas Erik membuat ku sadar bahwa tidak semua yang kita rencanakan bisa terwujud. Ada dua kemungkinan. Pertama, bukan rencana terbaik untuk ku menurut Tuhan. Yang kedua, ada rencana yang lebih baik yang sedang Tuhan siapkan untuk ku. Anggap saja aku memilih kemungkinan kedua meski bagiku terdengar tidak mungkin.

"Belum ngidam.?" Bisik Kak Najwa, Kakak iparku. Aku menoleh dan mengangguk dengan senyum kecil.

"Semoga disegerakan ya, sembari pacaran supaya lebih saling mengenal satu sama lain. Pokoknya Kakak do'ain yang terbaik buat rumah tangga kamu." Kak Najwa tersenyum sembari mengusap-usap tanganku. Aku tidak tau bagaimana perasaan Kak Najwa melihat ku belum hamil. Mungkin dia sedih karna berfikir aku juga sedih.

"Aamiin. Makasih Kak. Tapi aku memang tidak mau buru-buru memiliki anak, ya walaupun tidak menunda juga."

Aku diam-diam menertawakan diri sendiri dalam hati. Kata tidak menunda pasti berbeda arti ketika didengar Kak Najwa. Padahal aku dan Mas Erik belum pernah melakukan apapun.

"Bulan, ikut Bapak sebentar." Aku menoleh, menatap Bapak yang berdiri di sebelah ku dengan ekspresi serius. Nada bicara Bapak juga tidak seperti biasanya. Aku mengangguk dan segera mengikuti langkah Bapak yang sudah berjalan lebih dulu. Langkah kami berhenti di halaman belakang yang sepi, tidak ada orang lain selain aku dan Bapak. Pasti ada hal serius yang ingin Bapak katakan padaku sampai-sampai tidak mau ada orang lain yang mendengarnya.

"Bapak mau tanya, tolong kamu jawab jujur. Bapak meminta kamu menikah dengan Erik karna sudah mengenal sifatnya dan mengenal baik keluarganya. Kamu juga tidak menolak saat Bapak menjodohkan kamu dengan Erik. Sekarang jelaskan sama Bapak kondisi rumah tangga kamu yang sebenarnya." Tatapan Bapak berubah menginterogasi. Ada kekhawatiran juga dalam sorot matanya.

Aku sedikit kaget mendengar Bapak tiba-tiba menanyakan kondisi rumah tangga ku. Pasti Mas Erik yang menelfon Bapak beberapa menit yang lalu sebelum akhirnya Bapak menghampiriku dan mengajakku bicara 4 mata.

"Pak, ini tidak seperti yang Bapak khawatirkan. Rumah tanggaku dengan Mas Erik baik-baik saja."

"Jangan bohong Bulan, Erik baru saja menelfon Bapak dan menanyakan kamu ada di sini atau tidak. Dia khawatir karena nomor kamu tidak bisa di hubungi. Jadi kamu pulang ke rumah Bapak tanpa ijin suami mu?" Raut Wajah Bapak berbuah kecewa dan sedih.

Aku menggeleng cepat dengan perasaan yang berkecambuk. Rasanya ikut sakit melihat kesedihan di wajah Bapak. "Bulan sudah ijin sama Mas Erik kemarin malam. Mas Erik juga mengijinkan. Tapi pagi Bulan tidak tega membangunkan Mas Erik karna kemarin Mas Erik pulang jam setengah 12 malam, sebenarnya Mas Erik ingin mengantar tapi Bulan khawatir ada apa-apa dijalan. Apalagi Siang ini dia ada pekerjaan. Kasian Mas Erik, hanya cape di jalan."

Bapak terdiam dan perlahan kesedihan di wajahnya berangsur hilang. Bapak mungkin percaya dengan penjelasan ku, lagipula apa yang aku katakan memang benar adanya.

"Nomor Bulan tidak bisa di hubungi karna baterainya habis, Bulan lupa isi daya. Tadi pagi Bulan tinggal di kamar. Bapak jangan berfikir yang macam-macam biar tetap sehat. Bulan juga Pasti akan cerita kalau ada masalah." Aku masih berusaha menangkan Bapak yang kekhawatiran dan kesedihannya belum sepenuhnya hilang.

"Syukurlah kalau memang kamu dan Erik baik-baik saja. Bapak yang paling sakit dan merasa berdosa kalau kamu tidak bahagia menjalani rumah tangga dengan Erik karna Bapak yang menjodohkan kalian." Lirihnya dengan nafas berat.

Aku memeluk Bapak untuk meyakinkan. "Mana mungkin Bulan tidak Bahagia. Pilihan Bapak sudah pasti yang terbaik untuk Bulan, Mas Erik suami yang baik dan bertanggungjawab."

"Bulan boleh pinjam HP Bapak sebentar? Mau telfon Mas Erik, Bulan mau minta maaf karna bikin Mas Erik khawatir."

Bapak mengangguk cepat dan menyodorkan ponselnya padaku.

"Bicarakan baik-baik, Bapak ke dalam dulu." Bapak mengusap kepalaku sebelum masuk ke dalam rumah.

1
🐝⃞⃟⃝𝕾𝕳🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦☠ᵏᵋᶜᶟɳҽ♋Ꮶ͢ᮉ᳟
cemburu nih yey
Kotin Rahman
wkwkwkkk Erik kepanasan tuh dadanya bergemuruh menahan sesak karna cemburuu 😄😄😄😄

Erina Delia pinter jdi kompor mleduk.....lgsung tuh bulan di bawa kabuurr 😄😄😄😄😄
ichcha
lanjut kak
Wiwie
Erik aslinya pencemburu berat 🤣🤣🤣
bisa"nya dulu cuek sma Bulan skrg sebaliknya ga bsa klirik cwo lain 😁
Jovin Huang
🤣🤣🤣 Erik awal aja sok jual mahal skrg bucin akut
As Lamiah
ternyata Erik cemburu pada Arlan nih
barning sipp
lanjutkan tuk memanasi erik
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
Emon Joer
terus berkarya author... tetap semangat...
*Septi*
waduh.... 🤣🤣🤣
*Septi*
sepupu yang baik... teruskannn 🤣🤣
Ayna Adam
Lanjut lagi kak Icha updatenya 😘
Sugianto
khan,,,,khan,,khan,,,kalo cemburu sendiri Jadi aneh y🤭🤭 emang semua cowok gitu y,,,kalo cemburu macam singa,,,kalo salah kagak nyadar🤔 ish,,,mbul hati2 dah,,,ntar kalo macem2 jawab yg dikit pedes sengak dan panas,,🤣🤣🤣
⍣⃝ꉣ M𝒂𝒕𝒂 P𝒆𝒏𝒂_✒️
menanti proses eksekusi..
Wiwik Emy
lanjut thor
Ruwi Yah
udah ada cemburu nih sebentar lagi benih2 cinta ya rik
jumratul aini
🤣
Maharani Rani
lanjutttt
Eka ELissa
Nex....Mak....
Eka ELissa
/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm//Joyful//Facepalm/wah Erik cmburu tau ...Klian cih bikin perkara /Facepalm//Joyful//Facepalm/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!