Sky Rain terlalu gengsi untuk mengatakan jika dirinya mencintai sekretarisnya. Dia selalu beralibi, jika perasaannya pada janda seksi itu hanya sekadar penasaran saja.
Meski sudah cukup kentara perhatiannya, bahkan selalu menjadi seseorang yang ikut memisahkan hubungan Lala dengan lelaki- lelaki lain.
Pun, Sky masih tak mau mengakui jika dirinya
memiliki sebongkah ketulusan di hatinya. Malahan, Sky terus menunjukkan kesan jika dia hanya menginginkan seksinya Lala.
"Di luar sana banyak sekali personil Teletubbies yang mengantri untuk aku kencani, Lala!"
Lala menggerutu pelan. "Aku lebih suka kerja lembur dari pada menerima ajakan kencan boss mesum, galak, playboy, narsistik!"
Follow IG: Pasha_Ayu14 untuk tahu visual para tokoh Pasha yang menggemaskan ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MKB bab 9
Cahaya mentari sejuk yang menerjang masuk, masih sanggup diabaikan oleh wajah penat Lala yang kini terlelap dalam tidurnya.
Kamar itu didominasi warna putih, kain vitrase tipis beterbangan oleh embusan angin dari satu jendela yang sudah terbuka.
Terik mentari yang diiringi embun menguap, jarum jam seolah-olah berlari mengantarkan cahaya segar kepada bahangnya matahari.
Sorotnya yang disertai beringsang di pukul sebelas siang ini, menerjang masuk hingga kembali mengenai wajah lusuh Lala.
Kening mengerut, tubuh menggeliat kaget, bahkan mata yang masih begitu lekat, sontak terbelalak seketika melihat seraut wajah yang tersuguh di hadapannya.
"Pak!!!"
Sekonyong-konyong Lala bangkit sambil berteriak. Bagaimana tidak terkejut, dia bangun dalam keadaan tidak berbusana sembari berpelukan dengan seorang lelaki yang juga bertelanjang dada.
"Kita ngapain?!"
Sky yang baru saja bisa tertidur, kepalanya seperti terdebam benda tumpul. Pikiran seperti tak berfungsi, seakan ada sesuatu yang menarik saraf-saraf otaknya.
Pening!
"Kita ngapain, Pak?!" Lala masih heboh, bahkan memukuli dada Sky yang pada akhirnya terbatuk- batuk. "Pak, jawab, kita ngapain di sini berdua telanjang?!"
"Tidur bersama, apa lagi?" Sky berteriak karena Lala berisik sekali.
Ya Tuhan, semalam Sky tak bisa tidur, Lala terus mengigau, AC mati, itulah kenapa dirinya melepas baju dan membuka satu jendela.
Perkara baju Lala, wanita itu sendiri yang melepasnya saat mabuk. Bahkan, sempat sempatnya berpose seksi di depan matanya.
Sekuat tenaga Sky menepis hasrat, seperti lelaki yang dilahirkan tidak normal. Harus berpura- pura tak ingin meski ingin.
Itu lah kenapa Sky baru bisa tidur di pagi hari, suntuk dia gelisah oleh junior yang tak mau melemas sementara untuk bersolo karir tidak mungkin dilakukannya, sebab Lala memeluk semalaman penuh.
"Apa?!"
"Kau berisik sekali..." Sky mengorek telinga yang cukup pengang karena teriakan Lala.
"Nggak mungkin!" Lala kembali memukuli Sky yang meraih bantal untuk menangkisnya.
"Semalam kau yang memaksa ku!" kata Sky.
"Apa?" Lala mendadak lemas mendengar itu, sungguh. Rasanya tidak rela sekali jika Lala yang memaksa, Sky.
"Kau terlalu brutal, La. Badan ku sakit semua."
"Saya tidak merasa!" sergah Lala.
"Mana ada orang mabuk merasa!"
Pembelaan Sky membuat Lala terbengong untuk sejenak, dia ingat- ingat kembali rentetan peristiwa semalam. Dia juga bingung kenapa raganya tiba- tiba ada di tempat ini bersama sang Boss pula.
"Malam sebelum minum, Dominic yang saya suruh jemput ke bar, Pak! Bukan Pak Sky!"
Yah, Lala ingat benar, Lala sudah menelepon Dominic untuk menemaninya. Dan Dominic sudah bilang okay sudah di jalan.
Beberapa kali, Lala menemani Dominic mabuk tipis- tipis. Dan malam tadi, Lala yang bergantian ingin ditemani Dominic.
Dia ingat ketika Dominic mengatakan, sampanye bisa melarikan masalah dan dia ingin mencobanya. Mencoba melepaskan kungkungan hidup tak bahagianya.
Gaji dipotong 50 persen, pacar selingkuh, ibu sakit, dan Lala mulai lelah menjadi wanita yang selalu sabar dengan cobaannya.
Rupanya pilihannya untuk minum tidak sesederhana itu. Lihat, dia harus berakhir di atas ranjang Boss mesumnya.
"Masih untung aku jemput, setidaknya terima kasih, bukan malah memaksa ku meladeni kemauan mu, La!" Sky bersikap seolah Lala yang memperkausanya.
Lala tergugu gugu. "Ini masa subur, ku, Pak!"
"Lalu?" Sky mengernyit heran.
Lala yakin Sky tak membawa pengaman. Entah dibuang di luar atau di dalam, Lala takut saja rasanya. "Gimana kalau aku hamil?"
"Kita menikah," enteng Sky.
Lala terdiam memikirkan, mana ada lelaki yang mengajak menikah dengan cara yang tidak estetika sama sekali. Bahkan, terkesan dirinyalah yang memaksa.
Lala menunduk sendu. "Tidak apa, Pak. Tidak usah dipaksakan, saya bisa minum jus nanas setelah ini."
Sky terperangah, dia kira Lala akan memohon untuk dinikahi, ternyata tidak. Apakah di mata Lala, dirinya tak layak sekali dijadikan suami?
Sky bergeser, ia bersandar lalu menyorong selimut yang ditarik Lala untuk menutupi tubuh polosnya.
Mungkin Lala menyesal telah mabuk dan bercinta dengannya, yang padahal, tak terjadi apa pun selain Sky yang tersiksa karena ingin masuk dan Lala pulas tertidur.
"Bagaimana semalam?" Sky bertanya soal Raffa setelah Lala cukup hening. "Kau melihat Raffa mu berselingkuh?"
"Tidak perlu dibahas!" Lala mendengus lirih, andai tidak ingat ibunya, mungkin Lala ingin menyudahi hidupnya saja.
Mengingat perlakuan Raffa, Lala kembali menangis. Sesak sekali rasanya, cukup lama Sky membiarkan sampai Lala meraih kemeja Sky yang tergeletak di atas selimut untuk mentransfer ingusnya.
"Brrrsshh!!" Sky memutar bola matanya, ternyata seseksi apa pun wanita, bersinnya keluar lendir.
"Itu baju mahal, kau tahu?!" tukas Sky.
"Nanti saya cucikan."
Keduanya diam- diaman di atas ranjang yang masih sama. Lala asyik menangis setelah tertidur dari jam 2 pagi hingga jam 12 siang tadi.
Sampai, dering ponsel Sky mengalihkan atensi keduanya. Sky meraih gawai tipis itu, lalu dikeraskannya speaker panggilannya.
"Iya, Pi." Rupanya, Papi Rega yang menelepon di siang bolong begini.
📞 "Alice sudah positif hamil, kalau kau tidak juga mau menikah lagi. Kau harus siap- siap hengkang dari perusahaan!"
Tuuttt!!! Panggilan terputus. Sky meredum, dahinya lalu diusap secara pelan, ini bukti jika sekaya apapun mereka, masalah tetap ada.
"Pak Sky ada masalah?" Lala bertanya peduli.
"Aku akan dipecat, perusahaan akan dipindah tangankan ke Guntur." Sky mendesah lelah.
Lala tak habis pikir jika Sky sampai benar- benar dipecat dari jabatannya. Lalu, akan bersama siapa dia bekerja? "Saya kerja apa kalau, Pak Sky dipecat?"
Sky juga bingung, tapi dia memiliki ide yang cukup brilian sekali sebenarnya. "Kau mau terima tawaran ku tidak?" tanyanya.
"Apa?"
"Marry me!" Sky melekatkan tatapannya pada perempuan bergulung selimut itu, dan kali ini jantung Lala dibuat berpacu lebih cepat.
"Ehm!" Lala sampai harus berdehem dan menurunkan pandangan demi mengurangi gugupnya.
"Kau boleh minta berapa pun mahar. Lagi pula kau juga tidak pernah berhasil berhubungan dengan lelaki selama ini!" kata Sky.
"Tidak, terima kasih!"
Lala tidak ingin menikah atas dasar kepentingan aliansi semata. Maka yang dia lakukan, bangkit dari ranjang sambil mempertahankan selimut di tubuhnya.
"Saya harus mandi." Lala bertolak ke kamar mandi, di mana ternyata Sky pun mengekor di belakang tubuhnya.
"Pak Sky ngapain?" Sontak ketika menoleh, Lala mengernyitkan keningnya.
"Mandi juga." Sky menyengir yang lebih terkesan seram. "Semalam kita bahkan sudah saling melihat tubuh masing- masing."