Aaron, seorang duda dengan dua anak, di mintai pertolongan oleh kedua sahabatnya yang ada di depannya. Dan permintaan dua orang di depannya ini, adalah sebuah permintaan yang tidak pernah ia bayangkan seumur hidupnya.
Apakah jawaban yang akan di berikan Aaron?
Seperti apakah kehidupan Aaron setelah memberikan jawaban?
Ayo langsung saja baca ceritanya!
NOTE*
mohon dukungannya dengan menonton iklan,like dan komen sebagai dukungan untuk saya☺️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erlangz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32.Memilih Untuk Menghindar
Setelah kekecewaan yang dialaminya, Raya memutuskan untuk menghubungi Fika, dia ingin menginap di apartemen sahabatnya itu.
"Raya mau nginep di tempat Fika!" Ucap Raya pada Aaron tanpa menatapnya sedikitpun. Raya sudah rapih dengan membawa ransel sekolahnya yang berisi pakaian dan barang-barang miliknya.
Aaron menghela nafasnya, ia tahu saat ini Raya sedang ingin menghindar darinya karena kejadian semalam. Semalam, Raya memutuskan untuk tidur di kamar dan mengunci pintunya dari dalam sehingga Aaron tidak bisa masuk.
"Kalau kamu nginep di tempat teman kamu, paman sendirian dong, Naya sama Rafael kan juga nginep di rumah neneknya," ucap Aaron dengan wajah melasnya, ia bersikap seperti tidak ada yang terjadi diantara mereka. Sebenarnya Aaron ingin melarang Raya untuk menginap, tetapi ia juga tidak ingin Raya mengingat kejadian semalam dan bertambah sedih.
Raya hanya tertawa kecil, berusaha terlihat biasa saja, walau yang sebenarnya ia sedang ingin menghindar dari Aaron. Raya tahu bahwa sikapnya saat ini tidaklah benar dengan menghindari Aaron. Tetapi ia juga tidak bisa jika harus bersikap biasa saja setelah penolakan yang dilakukan Aaron tadi malam.
"Naya sama Rafael juga nanti sore bakalan pulang dari rumah mama Rani," ucap Raya.
"Ya udah, kalau begitu paman antar ya?" Ucap Aaron.
"nggak usah, Raya bisa sendiri," ucap Raya menolak untuk diantar.
Aaron hanya bisa menghela nafasnya, sepertinya Raya sangat ingin menghindar darinya.
"yasudah, kalau udah sampai sana telepon paman ya," ucap Aaron sambil mengelus kepala Raya.
Raya langsung pergi setelah dijemput oleh taksi tanpa mengucapkan apa-apa lagi. Hatinya terasa sakit ketika Aaron tadi mengelus kepalanya, ia merasa susah untuk melupakan perasaan cintanya meskipun tahu sudah ditolak. Air matanya tanpa sadar menetes setelah mobil itu meninggalkan halaman rumah itu.
*****
Raya merasa kesal sendiri, tubuhnya yang sedang berbaring di tempat tidur, terus menghadap kekiri dan kekanan. Saat ini sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi ia masih belum bisa tidur dengan nyenyak.
Saat ini Raya sedang tidur di salah satu kamar yang ada di apartemen Fika, air matanya tanpa sadar kembali menetes Karena perasaan rindunya pada Aaron.
Tatapan matanya tertuju pada sisi tempat tidur yang kosong, biasanya akan ada Aaron yang berbaring di sisi itu sambil memeluknya.
"Paman pasti sekarang udah tidur ya, ngga kaya Raya disini ngga bisa tidur," ucap Raya berbicara sendiri, setelah itu ia tertawa karena merasa sudah tidak waras karena bicara sendiri. Tertawa tapi terluka.
Sementara di dirumahnya, Aaron juga merasakan hal yang sama, ia berbaring kesamping sambil membayangkan ketika Raya yang biasanya tidur sampingnya. Tetapi sekarang tidak ada siapapun di sampingnya, tidak ada Raya yang biasanya akan ia peluk saat tidur bersamanya. Karena sudah terbiasa tidur dengan Raya, Aaron jadi merindukan Raya.
Aaron kemudian mengambil ponselnya, ia ingin menanyakan apakah Raya sudah tidur atau belum. Tetapi setelah beberapa menit menunggu masih tidak ada balasan dari Raya, ia merasa Raya sudah tidur, Aaron menyerah dan memutuskan untuk kembali tidur.
Disisi lainnya, Raya yang melihat notifikasi dari ponselnya melihat bahwa Aaron mengirimkan pesan padanya yang menanyakan apakah dia sudah tidur atau belum. Raya hanya menatap ponselnya tanpa ada niatan untuk membalas pesan tersebut. Ia tidak mau Aaron berpikir bahwa ia tidak bisa tertidur karena tidak bersama dengannya, meskipun kenyataannya memang seperti itu.
Raya hanya menatap keatas kamar dengan pandangan yang lelah, ia berusaha untuk memejamkan matanya berharap untuk bisa tertidur, sambil terus mengatakan pada dirinya sendiri untuk melupakan cintanya pada laki-laki itu.