Kawin Gantung Dengan Ketos

Jessy mengedarkan pandangan nya begitu ia sampai di rumah berlantai dua. Rumah itu tidak kalah mewah seperti rumah yang ia tinggali sebelumnya.

Jessy tersenyum kecut, ketika menyadari itu. Kini ia tinggal di rumah sederhana milik neneknya.

Baru saja Jessy akan masuk, Nilam ternyata sudah menghampiri nya. "Kalian sudah datang!" Sumringah nya, kemudian memeluk Jessy. "Ayo masuk," dengan menggandeng tangan calon menantu nya.

Jessy sendiri merasa senang dengan sikap Nilam yang begitu welcome terhadapnya.

Nathan yang berjalan di belakang mereka menggelengkan kepala, ternyata kehadiran gadis cantik yang sekarang berstatus calon istrinya mampu mengalihkan perhatian mami nya.

"Sayang, mau minum apa?" Tanya Nilam begitu sampai di ruang tamu.

Jessy tersenyum, kemudian menggelengkan kepala. "Nggak usah Tante, nanti ngerepotin."

"Eits, jangan panggil Tante. Tapi Mami, seperti Nathan." Ingatkan nya. "Dan sama sekali tidak ada yang di repot kan," imbuhnya.

Bagi Nilam memiliki calon menantu seperti Jessy, ia seperti menemukan mainan baru. Apalagi dari dulu ia menginginkan anak perempuan, hanya saja Tuhan masih belum mempercayai nya.

Lagi-lagi senyum Jessy mengembang. Meskipun anaknya di sekolah sangat menyebalkan, ternyata ibunya sangat menyenangkan.

"Baik, Mi." Sahutnya. Kemudian ia mengedarkan pandangan nya saat menyadari tidak mendapati keberadaan Nathan.

"Nathan mungkin lagi di kamarnya!" Nilam seolah tau apa yang sedang Jessy cari.

Gadis itu tersenyum kaku.

"Ya sudah, ayo kita ke dapur saja." Ajak Nilam. "Bantuin Mami masak." Ia kemudian berjalan terlebih dulu ke dapur.

Mata Jessy melotot mendengar kata memasak. Karena ia sama sekali tidak bisa memasak.

Hingga mau tidak mau ia mengikuti langkah Nilam.

Di dapur terlihat Nilam sudah menyiapkan semua bahan nya. Kemudian Jessy mendekat. "Mi, Jessy tidak bisa masak." Ujarnya terus terang.

Lebih baik ia jujur dari pada berpura pura.

Nilam menoleh ke arah Jessy. "Tidak apa-apa sayang, kalau begitu temani Mami saja." Kata nya dengan tersenyum.

Dari awal memang Nilam tidak mempermasalahkan jika Jessy tidak bisa memasak, toh masih ada asisten rumah tangga yang bisa membantu nya. Apalagi di lihat dari usia gadis itu masih sangat muda.

Beruntung sekali Nathan mempunyai Ibu yang sangat pengertian, batin Jessy.

"Hei, jangan melamun." Nilam membuyarkan lamunan Jessy.

Gadis itu kemudian tertawa.

"Oh ya, apa kamu tidak ingat! Dulu waktu kamu kecil, kamu sering bermain dengan Nathan?" Nilam memulai obrolan di sela-sela memasak.

"Benarkah?" Jessy tampak mengingat. "Jessy tidak ingat, Mi." Kemudian tergelak. Tapi memang dirinya sama sekali tidak mengingatnya.

Nilam juga ikut tertawa. "Mungkin karena dulu kamu masih kecil," sahut Nilam. "Karena Papi baru mengembangkan bisnisnya, jadi Mami harus ikut pindah ke kota xxx." jelasnya.

Ayah Nathan yaitu Papi Tama memang waktu itu baru mengembangkan bisnisnya, jadi Nilam dan Nathan harus ikut pindah.

Jessy mengangguk anggukkan kepalanya mendengar cerita Nilam.

"Apa kamu tau! Mami langsung setuju saat Oma bercerita ingin menjodohkan Nathan dengan kamu," beritahu nya. "Karena Mami yakin putri Kasih akan sebaik Ibunya."

Mendengar nama ibunya sontak saja membuat ia teringat akan Mama nya.

"Ibu kamu dulu orangnya sangat baik, dulu Mami juga berteman dengan Ibu kamu. Tapi itu tadi, Mami harus pergi. Hingga sudah tidak pernah bertemu lagi."

Saat membahas mendiang Kasih, bukan hanya Jessy yang sedih tapi juga Nilam.

Nilam menatap ke arah Jessy yang raut wajahnya terlihat sendu. "Oh sayang!" Nilam memeluk gadis cantik itu. "Maafkan Mami, pasti Mami membuatmu sedih?" Dengan menepuk lembut punggung Jessy.

Jessy menggelengkan kepala dan membalas pelukan Nilam. "Nggak Mi, Mami tidak perlu minta maaf."

Nilam mengurai pelukan nya. "Ya sudah, ayo kita selesaikan masaknya. Pasti kalian sudah lapar!"

Hingga beberapa saat, beberapa hidangan sudah selesai di masak oleh Nilam. Di bantu Jessy yang hanya menemaninya mengobrol.

"Sayang, panggilkan Nathan!" ujar Nilam. "Kamarnya ada di lantai dua, no 2 dari kiri."

Gadis itu terdiam. Sebenarnya ia masih malas sekali jika bertemu Nathan, tapi dia juga tidak enak jika menolaknya.

"Baik, Mi."

Dengan langkah berat Jessy mulai naik ke lantai dua dan menuju kamar Nathan.

Jessy menghembuskan nafasnya kasar ketika sudah berdiri di depan kamar Nathan. "Merepotkan saja, kenapa dia tidak turun sendiri." gerutunya.

Ketukan pertama, pintu itu masih tertutup.

Ketukan kedua, hasilnya masih sama.

Dan ketukan ketiga, masih tidak ada perubahan.

"kemana si dia!" kesal Jessy.

Klek.

Akhirnya Jessy memutuskan untuk membuka pintu kamar Nathan.

...----------------...

...Maaf ya dikit dulu 🙂...