Ara bingung karena tiba-tiba ada seorang lelaki yang mengaku impoten padanya.
"Aku harus menikah sebulan lagi tapi aku mendadak impoten!" ungkap lelaki yang bernama Zester Schweinsteiger tersebut.
"Terus hubungannya denganku apa?" tanya Ara.
"Kau harus membantu membuatnya berdiri lagi!" tuntut Zester sambil menunjuk bagian celananya yang menyembul.
"Apa kau memasukkan ular di dalam celanamu? katanya impoten!" Ara semakin bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PTI BAB 20 - Tidak Suka Bule
"Ayah..." panggil Ara seraya berlari mendatangi Theo di belakang panggung.
Theo menyambut putri kesayangannya dan memeluk Ara di sana.
"Tadi itu penampilan yang luar biasa," ucap Ara merasa bangga.
"Benarkah? Tadi ayah merasa gugup karena takut salah bahasa isyaratnya," balas Theo.
"Aku lihat responnya bagus pasti tidak salah," Ara tetap menyanjung ayahnya.
Kemudian dia mencoba menghubungi Megan dan Agam, mereka melakukan video call beberapa menit.
"Kita kembali ke apartemen bersama kan, Ayah? Kita harus merayakan keberhasilan konser hari ini," ucap Ara setelah melakukan panggilan.
"Ayah masih ada urusan sebentar nanti ayah akan menyusul, besok ayah juga harus kembali ke kampung," jelas Theo.
"Baiklah, aku akan menunggu," Ara melambaikan tangannya berpamitan.
Ara mendatangi teman-temannya dulu sebelum pulang, mereka semua merasa puas atas hasil kerja keras mereka hari ini.
"Ehem!" Zester berdehem supaya Ara tahu kalau dirinya juga masih ada di tempat acara.
"Kau masih di sini?" tanya Ara.
"Aku menunggumu," jawab Zester.
"Menungguku?" Ara mendekati Zester dengan bingung. "Kau tidak mungkin mau memakai mobil van lagi, 'kan?"
"Aku ingin mengantarmu pulang," balas Zester.
"Memangnya kau sudah bisa menyetir mobil sendiri?" tanya Ara karena tahu pasti Zester masih merasakan nyeri.
"Ada Mike di parkiran," jawab Zester sambil meraih tangan Ara. "Jangan terlalu banyak berpikir!"
Karena tidak mau berdebat, Ara mengikuti langkah Zester menuju mobil lelaki itu. Mereka meninggalkan tempat acara dan sekarang dalam perjalanan ke apartemen Ara.
"Turunkan aku di swalayan saja, aku mau berbelanja bahan pokok," ucap Ara sambil menunjuk salah satu swalayan.
"Aku dan ayahku akan merayakan keberhasilan konser hari ini!"
"Kau tidak mengundangku? Aku kan ikut bagian dalam konser," balas Zester yang merasa ikut menyumbang.
"Kenapa harus mengundangmu?" Ara tidak berniat mengajak lelaki itu makan-makan bersamanya dan Theo.
"Aku ini kan masih pasien," Zester memaksa lagi.
"Ish, aku tidak tahu kalau ayahku akan mengusirmu, ya," ucap Ara kemudian.
Mereka berbelanja lalu Zester ikut ke apartemen Ara dan masuk ke unit gadis itu yang berada di lantai penthouse.
"Kau tinggal di tempat yang bagus," komentar Zester.
"Ini milik ayah dan ibuku," balas Ara sambil berjalan ke arah dapur. "Duduklah dengan tenang karena aku harus memasak!"
"Memasak ikan kurang gizi lagi?" tanya Zester.
Ara tidak menanggapi lelaki itu lagi karena dia ingin menghemat tenaganya.
Pertama-tama, Ara merebus daging yang dia beli dulu sambil menunggu daging itu empuk, gadis itu akan mandi terlebih dahulu.
Saat Ara mengintip ternyata Zester tengah ketiduran di sofa ruang tamu.
Pantas saja tidak ada suaranya lagi.
"Lebih baik aku cepat mandi," gumam Ara. Bisa-bisanya dia menerima laki-laki masuk ke unitnya, ini baru pertama kali dia lakukan.
Ara merasa tidak cemas karena Theo yang sebentar lagi datang ditambah ayahnya sudah mengenal Zester.
Sudah dua jam berlalu, Zester terbangun karena ada aroma masakan masuk ke indera penciumannya, perutnya langsung keroncongan.
Cepat-cepat dia membuka mata tapi pemandangan pertama kali yang dia lihat adalah Theo.
Pak kades duduk di seberang kursi tempatnya tidur yang membuat Zester gelagapan.
"Pak kades," panggilnya langsung mendudukkan diri.
"Kenapa seorang direktur sepertimu tidur di apartemen orang?" tanya Theo tanpa basa-basi.
"Kau pasti benar-benar menyukai putriku, ya?"
Zester jadi serba salah, dia bingung harus menjawab apa. "Itu..."
"Kalau suka pada Ara, lebih baik lupakan putriku dari sekarang karena aku tidak suka mempunyai menantu bule," lanjut Theo.
"Tapi kan bu kades juga bule," Zester melakukan protes.
"Istriku itu masih campuran dan dominan wajah asia kalau kau itu benar-benar bule," jelas Theo.