***++ Harus bijak memilih bacaan ya guys...
Malam panas satu malam ku dengan lelaki asing membuatku tidak bisa lepas dari lelaki itu. Belakang aku tahu ia adalah Dokter spesialis penyakit dalam di Rumah sakit Mamaku dan kebetulan lelaki itu adalah Dokter yang merawat mamaku. Ia srorang duda yang haus akan hubungan panas di atas ranjang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Qolbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 GARA-GARA KEMEJA PUTIH.
"baiklah mulai detik ini kau adalah milikku!"
sialnya Kenapa aku tidak menolak ketika dokter itu mengatakan "Kau adalah milikku!" aku merasa sampai umurku saat ini aku belum pernah merasakan ada seseorang yang menginginkanku lebih dari dokter Rafandra.
"Emb," Aku menganggukkan kepalaku seolah aku memberitahu pada lelaki itu jika apa yang ia katakan aku mengiakannya.
"lihatlah aku sudah mengirimkan uang untukmu untuk operasi mamamu. kali ini bukan aku yang akan mengoperasinya tapi dokter lain, kau langsung saja transfer pada petugas kesehatan yang bersangkutan agar ibumu segera bisa ditangani,"
Aku segera mengambil ponselku ketika aku mendengarkan apa yang dokter itu katakan mengecek pada m-banking ku Apakah benar yang dokter itu bilang dan ternyata memang benar, ada sejumlah uang yang masuk ke dalam rekening ku dan aku begitu senang karena aku mendapatkan uang dengan begitu mudah. tanpa pikir panjang aku pun langsung menelpon pihak rumah sakit untuk memberitahu bahwa aku sudah mendapatkan uang untuk biaya operasi kedua mamaku. dan setelah selesai mentransfer uangnya aku pun tidak lupa berterima kasih pada dokter yang ada di depanku.
"terima kasih banyak dokter atas bantuannya Aku tidak tahu lagi harus meminta bantuan pada siapa selain dokter sungguh aku tidak memiliki siapapun di kota ini,"
"Kenapa kau berterima kasih padaku harusnya kamu lakukan tugasmu terlebih dahulu bukankah sejak awal sudah aku bilang kau memuaskanku di atas ranjang dan aku akan memberikan imbalan untukmu sekarang aku sudah mengirim imbalannya dan aku ingin mendapatkan apa yang harusnya kau lakukan,"
"Duar!"
Bak petir yang menggelegar di atas kepalaku menyambarnya hingga membuat kepalaku pening seketika saat aku mendengar ucapan yang dokter itu katakan aku baru menyadarinya jika memang aku sudah mendapatkan uang yang aku inginkan tetapi aku belum memberikan apa yang dokter itu mau.
"Cepat tanda tangani ini!" Dokter itu menyodorkan surat yang harus aku tanda tangani. Tanpa pikir panjang dan bertanya lagi, aku langsung melakukan apa yang Dokter itu mau.
"Oh... maafkan aku dokter karena aku melupakannya tadi, tapi tidak bisa sekarang, aku mau pergi ke rumah sakit dulu untuk melihat keadaan mamaku di sana dan menunggu operasinya. Aku ingin memastikan operasi itu berjalan dengan lancar baru aku..."
ucapanku tertahan begitu saja karena dokter itu sudah langsung menjawab ucapanku begitu saja.
"kau tenang saja masalah operasi aku juga meminta seseorang untuk memastikannya. Kau tidak perlu menemuinya. atau jangan-jangan kau mau lari dari,"
aku mendengar dokter itu menghentikan ucapannya yang langsung membuatku reflek menggelengkan kepala karena sudah pasti aku tidak akan kabur dari apa yang sudah menjadi perjanjian antara aku dan juga Dokter tersebut.
"tentu saja aku tidak akan lari kemana-mana dokter bukankah kita sudah sepakat, Oh ya apakah sekarang? di tempat ini?"
kedua tanganku pun langsung bergerak dengan lincah meraih kedua sisi pakaian yang aku kenakan kemudian menariknya ke atas dan melepaskannya begitu saja menyisakan bra yang masih melekat di tubuhku sebagian tubuhku saat itu sudah terekspos dan aku tidak peduli lagi.
"mandilah, aku akan meminta bibi untuk menyiapkan makanan, aku tahu kau belum makan, lagian ini juga sudah sangat sore,"
aku pun langsung mengagukan kepalaku kemudian mengambil pakaianku kembali untuk menutupi sebagian tubuhku aku lalu berjalan menuju ke arah kamar mandi yang tidak jauh dari tempat itu berada aku lalu masuk ke dalamnya. cukup lama aku berada di dalam kamar mandi tersebut aku melihat kamar mandi itu begitu luas dan tampak begitu bersih serta elegan. bahkan aku merasa asing dengan putaran air keran dan juga showernya aku tidak tahu aku harus menyentuh yang mana Aku masih terdiam di depan kaca cermin wastafel menatap tubuhku dari sana namun pikiranku tertuju pada Ibuku yang ada di rumah sakit karena beberapa saat tadi aku mendapatkan kabar dari perawat yang merawat mamaku jika ia sudah akan masuk ruangan operasi dan saat itu aku tidak berada di sisinya tapi aku tahu jika dokter pasti akan menepati janjinya ia pasti akan memberikan kabar secepatnya padaku jika sampai terjadi sesuatu pada mamaku di meja operasi.
sedangkan di lantai bawah tepatnya di bagian dapur rumah dokter Rafandra.
"Bi, makan malamnya tolong bibi siapkan untuk dua orang ya,"
"siap Tuan, oh ya tuan Apakah Nona tadi itu,"
suara bibi tersebut tertahan begitu saja karena Rafandra sudah menjawabnya hanya dengan senyuman bibirnya. seolah lelaki itu ingin menyiratkan bahwa bibi tidak berhak untuk bertanya apapun tentang wanita yang datang menemuinya.
"maafkan saya tuan atas kelancangan saya,"
Lelaki itupun lalu menganggukan kepalanya.
"nanti setelah menyiapkan makan malam bibi langsung pulang saja tidak apa-apa, aku yang akan menyelesaikan semuanya,"
bibi itu pun hanya bisa menganggukkan kepalanya karena ia tahu apa yang tuan mudanya itu inginkan.
tepat pukul tujuh malam setelah berkutat dengan area dalam kamar mandi yang begitu asing akhirnya aku keluar dari dalam kamar mandi tersebut hanya mengenakan kemeja warna putih milik dokter Rafandra Erlangga karena dokter itu yang meminta untuk aku mengenakannya.
aku hanya menuruti apa yang dokter itu inginkan Karena aku tahu saat ini tubuhku bukanlah milikku ditambah lagi pakaian yang aku pakai tadi saat datang ke tempat ini jelas sudah kotor dan berbau keringat mungkin karena itu juga Dokter Andra tidak ingin aku memakainya lagi.
aku melihat area sekitar tempat tidur dokter tersebut dan aku tidak melihat dia di sana.
"Huft..." entah mengapa aku merasa begitu lega karena aku mengira jika mungkin dokter itu sedang pergi keluar mendadak untuk urusan pekerjaannya sehingga membuatku akhirnya terlepas untuk malam ini.
"Mama! bagaimana dengan mamaku?"
aku langsung berhambur menuju ke arah tas yang ada di atas sofa Aku langsung mengambil ponselku yang ada di sana untuk mencari tahu informasi mengenai operasi mamaku dan Baru saja aku mengambil ponselku aku mendengar suara pintu terbuka kemudian tertutup kembali dan ternyata dokter Rafandra baru masuk ke dalam kamar. Aku belum menyadari pakaian yang aku kenakan saat itu kemeja putih dengan lengan panjang yang hampir kedodoran dan panjang kemeja tersebut hanya sebatas pangkal pahaku saja jelas mengekspos banyak tubuhku yang tidak tertutup.
Namun ternyata aku tidak melihat ada pesan apapun atau tidak melihat ada panggilan apapun pada layar ponselku akhirnya aku hanya bisa menghadap ke arah Dokter itu. aku menyadari dokter Rafandra Tengah berdiri mematung di sana beberapa saat karena sejak tadi ia tidak bergerak dari tempatnya berada barulah aku melihat tatapan mata dokter itu menatap lekat kearahku dan aku terperanjat begitu saja ketika aku baru menyadari keadaanku saat itu.
"Akh...dokter, Aku hanya ingin mengecek Apakah ada pemberitahuan dari rumah sakit tentang operasi mamaku,"
"Aku tidak bertanya,"
"Oh..."
jantungku kian berdegup kencang ketika aku melihat dokter itu mulai melangkahkan kaki mendekat ke arahku berada.