Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 03
Dania mulai mengetik beberapa dokumen. Namun lagi-lagi suara tangisan Cilla mengganggu nya. Tuan Sofyan yang mendengar pun menghela nafasnya.
" Kenapa mereka tidak bisa becus, mengurus satu orang anak saja, mereka sudah kelabakan."
Gumam Tuan Sofyan yang masih bisa di dengar oleh Dania. Tuan Sofyan tampak bangkit dari duduknya, dan berjalan keluar dari ruangan itu. Terdengar suara Tuan Sofyan di ruangan lain.
" Ada apa, kenapa kalian tidak bisa mendiamkannya."
Tuan Sofyan tampak menaikan volume suaranya. Dania langsung bangkit dari duduknya, mengingat kondisi Tuan Sofyan yang belum sehat benar. Kemarin Reyhan bilang, tekanan darah Tuan Sofyan tinggi. Dan saat ini Tuan Sofyan sedang emosi melihat tak ada satupun dari asisten rumah tangganya yang tak bisa menenangkan cucunya.
Dania melihat kemarahan Tuan Sofyan. Mbok Sri yang biasanya mampu menenangkan Cilla pun tampak menunduk.
" Maaf, Pak. Tolong jaga emosi Bapak. Dokter Reyhan bilang tekanan darah bapak sedang Tinggi."
Dania mencoba mengingatkan. Sedangkan Nyonya Fatma masih terus berusaha membujuk Cilla. Papa Cilla, Pram menggendongnya namun Cilla juga memberontak. Melihat itu semua, Dania memberanikan diri meminta Cilla dari gendongan Pram.
Dania membelai punggung Cilla. Cilla melihat ke arah Dania dengan wajah yang penuh air mata, dan mata yang mulai membengkak. Dania merentangkan tangannya pada Cilla. Tak ada yang menduga, Cilla sedikit tenang, lalu ikut merentangkan tangannya ke arah Dania. Dania menggendong Cilla. Wajah Cilla berada di ceruk leher Dania. Pram yang melihat adegan itu memalingkan wajahnya.
" Cup...cup...anak baik, anak cantik. Jangan nangis ya. Cilla anak Sholehah, gak boleh nangis."
Dania membelai punggung Cilla. Sambil menggoyang kan badannya. Dania terus membelai, dan sesekali menepuk punggungnya halus. Wajah Cilla masih berada di ceruk leher Dania. Tangan Cilla merangkul leher Dania erat. Suara tangisan Cilla sudah tak terdengar. Hanya suara sesegukan yang masih menghiasi bibirnya.
Dania masih terus membelai Cilla. Setelah di rasa Cilla tenang, kini Dania duduk di tepi ranjang Cilla. Dania memangku Cilla, dan membersihkan wajahnya dari sisa air mata menggunakan tisu. Nyonya Fatma yang terus menyaksikan adegan itu, tanpa sadar meneteskan air mata.
"Susu Cilla mana, Mbok?"
Mbok Sri yang tersadar namanya di sebut pun langsung, membuatkan susu untuk Cilla. Dania menerima susu itu, sebelum di berikan pada Cilla, Dania menetes kan sedikit di punggung tangannya. Mencoba merasakan suhu yang sesuai.
Dania masih memangku Cilla, dan memberikan nya sebotol susu. Para asisten yang lain sudah keluar dari kamar Cilla. Kini yang ada hanya Pram,Nyonya Fatma, dan Tuan Sofyan. Bahkan Mbok Sri pun sudah tidak ada di sana.
Dania dengan telaten, mengusap kepala Cilla. Dan membiarkan Anak kecil itu minum susu si pangkuannya. Cilla menikmati susunya dengan tenang. Sebotol susu sudah habis, kini pandangan Cilla tampak sayu. Kemungkinan bocah itu sudah kenyang dan lelah karena dari tadi menangis.
Dania menggendong Cilla. Bahkan dengan santai, Dania mengambil kain untuk menggendong Cilla. Nyonya Fatma yang melihat Dania sedikit kesulitan saat akan mengaitkan kain di punggung membantu Dania.
Dania menidurkan Cilla, badan Dania sesekali bergoyang agar membuat Cilla semakin mengantuk. Sebelah tangan Dania yang bebas menepuk bokong bocah perempuan itu. Dan sebelah tangannya menopang kepala Cilla.
Pemandangan itu membuat Tuan Sofyan tersadar, bahwa Cilla membutuhkan sosok seorang Ibu. Nyonya Fatma dan Tuan Sofyan keluar dari kamar Cilla. Pram pun ikut keluar dari kamar itu. Kini hanya ada Dania dan juga Cilla di kamar itu. Dania masih sesekali mengusap kepala Cilla. Lalu membersihkan wajahnya yang tampak berkeringat.
Mereka semua duduk di ruang kerja Tuan Sofyan. Tak ada yang bersuara, semua masih diam membisu. Berkas-berkas masih berada di meja dimana Dania berada tadi.
Tak lama, ruang kerja kembali terbuka. Dania masuk, dan mengangguk hormat.
" Non Dania sudah tidur, Bu. Saat ini ada Mbok Sri yang menemani."
Ucap Dania, masih dalam posisi berdiri di dekat pintu.
" Terima kasih, Dani."
Ucap Nyonya Fatma tulus. Sedangkan Pram langsung keluar, tanpa berucap apapun. Memang semenjak istrinya meninggal, Pram menjadi dingin seperti sebongkah es batu.
Padahal dulunya, Pram adalah sosok yang hangat. Dania pernah bekerja bersama Pram selama dua tahu, sebelum akhirnya Tuan Sofyan lah yang kembali memegang perusahaan.
Pram masuk ke kamar Cilla. Si tatapnya wajah Cilla yang terlelap. Wajah tanpa dosa yang saat ini menjadi penyemangat hidupnya. Pram pernah mengacuhkan Cilla saat Sabina, istrinya baru saja meninggal. Pram merasa gagal menjadi Suami yang bisa menjaga Istrinya. Padahal kematian itu adalah rahasia Tuhan.
Mbok Sri yang melihat Pram, langsung keluar dari kamar namun tidak meninggalkan Cilla dan Pram. Mbok Sri hanya keluar kamar, dan duduk tak jauh dari kamar itu. Karena dirinya takut, sewaktu-waktu Cilla membutuhkannya, dirinya tidak ada disana.
Pram membelai rambut dan mencium pipi Cilla. Air matanya menetes namun cepat di seka. Dia tak ingin Cilla terbangun dari tidurnya.
" Maafin papa, Sayang. Papa tidak bisa menjadi Papa dan Suami yang baik untuk kamu dan Mama kamu."
Sedangkan di ruangan sebelah, Dania sedang melanjutkan kembali mengerjakan tugas - tugasnya. Karena terlalu sibuk, Dania sampai lupa akan sarapannya. Tuan Sofyan yang melihat sebuah paper bag di atas kursi langsung melihat ke arah Dania.
"Nia,itu apa?"
Dania yang merasa di tanya mengikuti arah mata Tuan Sofyan.
" Maaf, Pak. Itu sarapan saya. Saya tadi membawanya."
Tua Sofyan mendesah kan nafasnya. Lalu melihat ke arah Dania.
" Nia, kamu sudah saya anggap seperti keluarga. Kenapa mesti sungkan. Sekarang kamu makan. Saya akan minta mereka untuk memundurkan waktu meeting. Agar kamu bisa sarapan dan mengerjakan berkas-berkas ini dengan teliti."
Dania mengangguk kecil. Lalu membawa paper bag itu keluar. Dania ingin turun ke arah ruang makan, namun sebelum sampai ke tangga. Dania melihat pemandangan yang sangat manis.
Cilla yang saat ini tengah tertidur, tampak di belai rambutnya oleh Pram. Sambil sesekali Pram mencium pipi Cilla.
Dania menuruni tangga, lalu duduk di meja makan tempat para asisten rumah tangga Tuan Sofyan berkumpul.
" Loh, Mbak Dani kok makannya disini. Mbak bisa pakai meja makan tempat biasa tuan dan nyonya makan, Mbak."
Ucap Mbok Sri yang datang dengan secangkir teh hangat dan potongan sandwich.
"Gak usah Mbok. Kan kita sama aja. Itu untuk siapa, Mbok?"
Dania bertanya sambil mengunyah nasi goreng buatannya.
" Untuk Den Pram, Mbak. Kasian belom sarapan dari pagi. Karena Non Cilla yang rewel terus."
Dania membulatkan bibirnya. Lalu Dania pun menawarkan nasi goreng itu pada Mbok Sri.
" Oiya, Mbok ini Dani bawa nasi goreng. Ayo mbok kita makan bareng. Dani lupa nawarinnya..he..he..he.."
" Makasih, Mbak. Tapi Si Mbok baru aja sarapan. Mbak Dani makan yang banyak, si Mbok lihat, mbak kurusan dari yang terakhir datang."
semoga ceritanya tidak mengecewakan
Baru dapat novelnya..
Hhhmmm ada hati kah Dok sm Dania?