JODOH YANG TERTUNDA
~selamat datang di novel baru author, semoga para readers terhibur~
Keesokan hari setelah pemakaman suaminya, Tisya masih enggan keluar dari kamar. Ia terus memandangi foto mendiang suaminya yang sudah basah terkena air matanya.
"Mas aku tidak menyangka kamu akan pergi secepat ini." Ucap Tisya
Tisya menciumi foto suaminya dan memeluknya erat. Baginya semua ini seperti mimpi. Kehilangan orang yang dicintai adalah hal yang paling menyedihkan.
Sejak semalam Tisya belum memejamkan matanya, wajahnya terlihat lelah lusuh sangat memperihatinkan. Ditambah lagi belum ada makanan yang masuk ke dalam perutnya.
'Tok tok tok'
'klek'
Pintu kamar terbuka, Nia masuk ke dalam kamar dan langsung menghampiri putrinya.
"Sayang makan dulu yuk" Ucap Nia.
Tisya menggelengkan kepalanya.
"Mas Bian belum makan bu" Ucap Tisya dengan tatapan kosong.
Tisya langsung bangkit dari tempat duduknya dan keluar dari kamar. Ia berjalan cepat kemudian dikejar oleh ibunya.
"Sayang kamu mau kemana?" Tanya Nia.
Tisya tidak menghiraukan ucapan Nia, ia keluar dari rumah dan berjalan menuju pemakaman suaminya yang tidak jauh dari rumahnya.
Arta, Pras, dan Nia hanya mengamati dari kejauhan. Mereka paham apa yang dirasakan Tisya saat ini.
"Mas kamu sudah makan belum?" Tanya Tisya sambil memeluk gundukan tanah yang dipenuhi bunga-bunga.
"Kamu pasti kesepian ya di dalam, aku temenin ya"
Tisya berbaring diatas tanah lalu memejamkan matanya. Tak butuh waktu lama ia langsung terlelap di sana.
Nia tidak tega melihat anaknya menjadi tontonan orang yang berziarah. Ia ingin menghampiri putrinya namun dicegah oleh Pras.
"Jangan bu" Cegah Pras.
"Kasian Tisya mas, pasti mereka menganggap Tisya orang gila" Ucap Nia.
Pras meraih tangan Nia lalu memeluk tubuh istrinya yang bergetar.
"Kasian mas" Ucap Nia.
Tak lama Tisya terlelap, ia kemudian bangun dan kembali menangis. Kali ini tangisan Tisya sangat histeris dan menjadi pusat perhatian orang-orang di sana.
Dengan segera Pras, Nia, dan Arta langsung menghampiri Tisya dan mengajaknya pulang.
"Tapi Mas Bian kasian bu, dia sendiri"
"Dia tidak sendiri sayang, ada malaikat yang menemaninya di dalam sana" Ucap Nia.
"Mas Bian orang baik ya bu, makanya ada malaikat yang menemaninya" Ucap Tisya sedikit terhibur.
"Iya sayang" Jawab Nia.
Mereka kemudian membawa Tisya masuk ke dalam mobil lalu pulang ke rumah Pras. Sengaja mereka membawa Tisya ke rumah Pras, sebab kalau di rumah Arta pasti Tisya akan terus terpuruk.
Tiga bulan setelah masa itu, kini Tisya sudah kembali tersenyum. Banyak teman-temannya yang selalu memberikannya semangat dan motivasi membuat dirinya kembali hidup.
Hari ini Tisya keluar dari kamarnya mengenakan pakaian rapi, walaupun tidak berhias namun ia tetap terlihat cantik.
"Mau kemana sayang?" Tanya Nia.
"Mau ke rumah bu" Jawab Tisya.
Nia langsung meletakkan ponselnya di atas meja dan menghampiri putrinya.
"Kamu yakin mau kesana?" Tanya Nia.
"Kalau ada barang kamu yang tertinggal di sana biar ayah yang ambilin, kamu di rumah saja." Ucap Nia.
"Engga ma, hari ini ada orang yang mau lihat rumah aku" Jawab Tisya.
"Kamu jual rumah itu?" Tanya Nia dan dijawab anggukan kepala oleh Tisya.
"Semalam pengacaranya Mas Bian bilang kalau ada yayasan yang mau membangun panti asuhan, jadi aku putusin buat menghibahkan rumah itu untuk mereka." Ucap Tisya
"Masyaallah, tapi kamu dianterin ayah ya, soalnya ga baik kamu keluar sendiri, kan masih masa Iddah" Ucap Nia.
"Iya ma" Jawab Tisya
Pras kemudian mengeluarkan mobilnya dan melajukannya menuju rumah Tisya.
Sepanjang perjalanan Tisya terus menatap ke arah keluar.
"Ternyata dunia tetap berjalan di saat aku merasa dunia ini berhenti" Ucap Tisya dalam hati.
Setibanya di rumah, Tisya dan Pras langsung keluar dari mobil dan membuka pintu rumah itu.
Ketika pintu terbuka terlihat rumah itu sangat gelap, dan banyak debu di lantai. Maklum saja selama dua bulan ini tidak ada yang membersihkan rumah itu.
Tisya mengamati setiap sudut rumah itu, bayang-bayang kebersamaannya dengan Bian kembali berputar di kepalanya.
Ia masih merasakan adanya sosok Bian di rumah itu.
"Aku ga bisa lama-lama di rumah ini" Ucap Tisya dalam hati.
Tak lama kemudian pengacara Bian datang bersama ketua yayasan yang akan membangun panti asuhan. Mereka berbincang-bincang kemudian Tisya menyerahkan semua urusannya pada pengacara Bian.
.
.
Dimas membuka ponselnya dan membuka rekaman suara Bian waktu itu. Ia memutar rekaman itu di depan Arta.
"Pa maafin Bian kalau selama ini Bian banyak ngerepotin papa, terimakasih papa sudah menjadi orang tua terbaik untuk Bian. Pa, tolong setelah kepergian Bian nanti papa harus tetap bertahan hidup, Bian sudah kangen mama pa, Bian bakal sampein ke mama kalau papa saat ini masih sayang sama mama. I LOVE YOU pa.
Tisya sayang, saat kamu dengar suara mas ini pasti kamu sudah tidak bisa jahilin mas lagi, hehe. Sayang maaf ya mas harus tinggalin kamu, mas yakin kamu bakal marah banget sama mas, tapi mas sudah tidak kuat sayang, mas sangat menderita melawan penyakit ini. Setelah ini mas sudah tidak sakit lagi sayang, kamu ga usah sedih ya, mas pasti akan bahagia. I LOVE YOU sayang, terima kasih sudah mau menemani suami mu berjuang, terimakasih sudah menjadi sosok istri yang baik, I LOVE YOU SO MUCH
Ayah, ibu maafin Bian kalau Bian belum bisa menjadi menantu yang baik untuk kalian, setelah kepergian Bian, Bian kembalikan Tisya pada kalian. Terimakasih sudah mengizinkan Tisya hidup bersama Bian beberapa tahun ini.
Dimas, thanks ya lo udah nolongin gue, gue punya permintaan terakhir buat lo, tolong jagain istri gue, setelah masa Iddahnya selesai tolong lo minta dia pada orang tuanya. Gue yakin lo bakal senang saat tahu siapa istri gue"
Arta dan Dimas sama-sama menitihkan air mata mendengar suara terakhir Bian. Walaupun saat itu Dimas berada di dekat Bian, namun Dimas menutupi telinganya dengan earphone untuk menjaga privasi sahabatnya.
"Kamu sudah tahu istrinya Bian?" Tanya Arta
Dimas menganggukkan kepalanya.
"Setelah masa iddah Tisya selesai, kita datang ke rumah Tisya dan menyampaikan pesan ini pada keluarga mereka" Ucap Arta.
"Baik om" Jawab Dimas
Setelah menyampaikan pesan itu pada Arta, Dimas langsung berpamitan untuk kembali ke kantor.
Di tengah perjalanannya ia tidak sengaja melihat Tisya sedang di pinggir jalan bersama beberapa anak kecil yang berpakaian lusuh.
Dimas menepikan mobilnya dan menyaksikan Tisya yang tengah membagikan makanan dan buku kepada mereka.
"Bukan hanya wajahnya yang cantik, bahkan hatinya juga cantik. Ga salah Bian cari istri" Ucap Dimas.
Dimas terus mengamati setiap gerak Tisya, ia dibuat kagum olehnya.
TBC
Jangan lupa LIKE dan VOTE ❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments
fajar Rokman.
lanjut ..jangan lama2 up nya udah penasaran bngget
2024-12-03
1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up thor
2024-12-03
1