Mendapatkan ancaman tentang aib keluarga yang akan terkuak membuat Leon terpaksa menerima untuk menikah dengan Moira. Gadis bisu yang selama ini selalu disembunyikan oleh keluarga besarnya.
Menurut Leon alasannya menikahi Moira karna sangat mudah untuk ia kendalikan. Tanpa tahu sebenarnya karena sering bersama membuat Leon sedikit tertarik dengan Moira.
Lalu, bagaimana dengan kelanjutan kisah mereka? Apakah Moira yang bisu bisa memenangkan hati Leon?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haasaanaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Bagaimana ekspresi Leon sangat tenang setelah mengatakan hal yang sangat memalukan bagi Moira. Bahkan Moira saja masih menatap Leon dengan penuh tidak menyangka, lebih tepatnya ternganga. Spontan tangan Moira langsung memegang bagian dadanya, ia menjadi memikirkan hal yang tidak tidak.
Sementara Leon menahan tawa melihat ekspresi Moira, terlihat panik dan ketakutan bahkan terlihat sekali sedang memikirkan hal yang tidak tidak. Leon jadi merasa jika mengerjai Moira sedikit lagi saja pasti sangat menyenangkan.
"Bagaimana lagi, tidak ada orang yang bisa membantu membuka pakaianmu kemarin malam." Ucap Leon dengan sangat tenangnya.
Mata Moira mengerjap pelan. "Aku harus susah payah menggantikan pakaianmu, jadi berterimakasihlah padaku." Ucap Leon lagi.
"Apa? Berterimakasih katanya? dia memang gila! brengsek!"
Leon tertawa lepas karena wajah Moira memerah hanya karna tipuannya, sementara Moira menatap bingung Leon yang tertawa. Wanita cantik tersebut memukul lengan Leon yang masih tertawa lepas. Hingga Leon menatap kearahnya masih tertawa pelan, mencoba untuk tetap kembali seperti biasa.
"Tentu saja bukan aku yang mengganti pakaianmu, tidak mungkin aku melakukan itu. Rika yang melakukannya!" Jelas Leon sejujurnya.
Sepertinya Moira tidak akan percaya begitu saja, ia menatap penuh menyelidik pada Leon yang berdiri dihadapannya. Tangannya berbicara dan Leon berusaha untuk mengerti melalui ekspresi wajah dan tatapan mata Moira.
"Kau tidak membohongi aku bukan?"
"Tidak! Untuk apa aku bohong lagi, tapi mungkin lain kali aku tidak akan meminta Rika untuk menggantikan pakaianmu."
"Kenapa?"
Ya meskipun hanya ekspresi dan tatapan mata Moira saja yang berubah Leon sudah mengerti apa yang ditanyakan sang istri tentang apa yang ia katakan. "Karena aku penasaran seperti apa bentuk keindahan dari pinggang ramping istriku ini.." Jawab Leon sembari memegang pinggang Moira.
Sekujur tubuh Moira menjadi merinding akan apa yang Leon lakukan, spontan ia menjauhkan tangan Leon dari sana. Menatap Leon penuh takut-takut, semakin lama Moira merasa jika Leon Dante semakin mesum dan semaunya saja.
Bukannya berhenti untuk menggoda Moira yang mana pipi wanita itu bahkan sudah memerah. Malah Leon tetap berjalan maju menuju Moira, menatap sangat dalam seolah memiliki arti tertentu. Perlahan tapi pasti Moira mundur terus saja berjalan mundur karena takut dengan Leon yang terus saja mendekati dirinya.
Hingga tanpa sadar Moira terjatuh diatas bangku meja makan, barulah Leon berhenti didepannya dengan kedua tangan bersedekap didada.
"Makanlah, habiskan semua ini. Aku mau bersiap-siap untuk ke Kantor, kau juga seharusnya bekerja bukan?"
Moira menganggukkan kepalanya mantap, ia masih terkejut dengan apa yang Leon lakukan. "Apa tidak ada cara lebih menyenangkan lagi untuk menyuruh orang makan? Mengapa harus dengan cara sedikit mesum itu?" Moira menjadi merinding sendiri tapi ia lega saat Leon sudah pergi meninggalkan dirinya seorang diri menikmati sarapan pagi.
Pandangan mata Moira langsung tertuju pada makanan yang tersaji dimeja. Semua makanan ke sukaan Moira, yaitu nasi goreng seafood. Sangat sederhana tapi berhasil membuat Moira tersenyum manis, ia memandang ke arah tangga dimana Leon masih terlihat menaiki tangga dikejauhan sana.
"Dia baik, terkadang.." Moira meraih sendok, ia ingin memakan semua makanan ini.
Hal yang paling membuat Moira terharu dengan apa yang dilakukan Leon adalah susu cokelat. Dari mana Leon tahu jika Moira tidak suka dengan sesuatu yang rasa vanilla, apa karna kemarin Moira tidak menghabiskan susu buatan Leon yang rasa vanilla.
"Dia tahu hal kecil yang aku suka maupun yang tidak aku suka, sangat mirip seperti Ayah sewaktu aku kecil dulu.." Moira menjadi sedih mengingat setiap puing kenangan masa lalu dirinya yang sangat buruk.
~
Leon menuruni tangga dengan sedikit terburu-buru, ia ingin langsung saja pergi menuju halaman tapi teringat dengan masakannya tadi. Apakah Moira menghabiskan semuanya atau bahkan tidak memakannya sama sekali. Langkah Leon terus maju hingga melihat Moira yang tengah mencuci piring.
"Kau tidak bersiap-siap untuk bekerja?" Tanya Leon tapi pandangan matanya menuju ke arah meja makan. Yang mana disana sudah tidak bersisa apapun kecuali hanya meja yang sudah bersih. "Baguslah, dia menyukai semua yang aku buat. Jadi, dia benar suka susu cokelat.." Gumam Leon di dalam hati.
Moira berbalik badan sembari melepas celemeknya, ia sudah selesai mencuci piring.
"Terimakasih makanannya, aku suka semuanya.." Moira menuliskan rasa senangnya di kertas kecil.
Leon melangkah maju untuk lebih dekat dengan Moira, ia mengambil kertas dari wanita tersebut. "Biar aku simpan tulisanmu ini."
"Untuk apa?" Seolah ekspresi Moira menanyakan hal itu, baru kali ini ada orang yang mau menyimpan kertas yang ada tulisannya.
"Tidak semua pertanyaan ada jawabanya." Singkat saja respon Leon, ia berlalu pergi begitu saja. Padahal Moira masih menatap dirinya penuh tanda tanya, tapi segera Moira tepis rasa-rasa penasaran yang ada
"Dia memang aneh!"
Leon berjalan dengan penuh percaya diri sembari menatap kertas dari Moira, kata-kata terimakasih ini sungguh membuat hatinya berbunga. Sampai Leon tidak sadar jika ada David yang menunggunya didepan pintu masuk. Lebih tepatnya Leon melewati David begitu saja, seolah tidak sadar jika ada pria itu disekitarnya.
"Haloo... ada manusia disini.." Sapa David dengan tangan melambai saat Leon benar-benar tidak sadar ada dirinya.
Mendengar suara David langsung Leon berbalik badan, ia terkejut melihat asisten pribadinya berdiri di depan pintu dengan ekspresi wajah cengengesan.
"Sejak kapan kau disitu?" Kalau dari pertanyaan Leon pastinya pria itu benar-benar tidak sadar akan kehadiran David tadi.
"Baru aja.." Jawab David cepat, ia menghampiri sang Tuan dengan senyumannya. Mata David melihat kearah kertas yang ada di tangan Leon, ia tidak pernah melihat kertas itu. "Tuan dapat titipan belanja dari Nona Moira?" Tanya David dengan ekspresi lugunya.
Sampai tangan Leon yang ingin membuka pintu mobil menjadi terhenti. "Tidak, ini kertas tulisan Moira. Dia menuliskan pujian disini!" Jawab Leon, ia menujukkan kepada David agar pria itu tahu.
David bingung sebenarnya, ia semakin yakin jika sebenarnya Leon sudah jatuh cinta dengan Moira Yaston. "Sekalinya jatuh cinta malah jadi seperti bocah gini.." Gumam David didalam hati.
"Hem, David.."
"Iya, Tuan?"
"Tolong bingkaikan kertas ini, aku tidak mau cepat sobek. Lakukan segera!"
"Apa? kertas sekecil itu harus di bingkai?"