"
Suatu perkawinan pengganti, mengikatnya erat di sisinya.
Dave adalah pria yang membuat semua orang di kota ketakutan, dia kejam dan bengis, terutama membenci wanita.
Nadia adalah wanita kaya yang diintimidasi oleh orang lain, dan dia sama sengsaranya dengan Cinderella di rumah.
Awal berpikir kalau pernikahan ini akan segera berakhir, dan keduanya akan segera bercerai.
Tanpa diduga, setelah menikah, dia sangat memanjakannya!
""Apakah kamu pikir aku tidak akan tahu jika kamu menyembunyikan identitasmu? Gadis cupu.""
Nadia tampak terkejut, ""Bagaimana kamu bisa tahu?!”"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. SUAMIKU.
"Ayah, ibu, Mawar serius ini!, apa kalian berdua sudah lupa dengan peristiwa sepuluh tahun silam sebelum Nadia mengubah penampilanya. Setiap ada perlombaan Nyanyi, model dan juga
kecerdasan pasti Nadia selalu jadi juaranya. Aku sering menangis saat kami pulang bersama dalam setiap perlombaan karena Nadia yang
selalu mengungguli Mawar. Nadia yang selalu jadi juaranya sedangkan Mawar yang jadi raner up, bahkan pernah sama sekali Mawar tidak
mendapat apa-apa ," tutur Mawar lagi mengingat kembali itu.
Mendengar penuturan Maya, kembali Rudy dan Yunita saling memandang
untuk kedua kalinya. Apa yang di ucapkan Mawar barusan benar adanya.
Nadia memang selalu unggul dibandingkan Mawar dari segi
mana pun. Lantaran Mawar sering menangis, maka Rudy dan Yunita membujuk Nadia untuk berhenti mengikuti setiap perlombaan apa pun
itu.
Tidak sampai disitu saja, Rudy dan Yunuta menyuruh Nadia mengubah penampilanya saat Leon sering ke rumah mereka untuk bermain dengan Nadia tanpa mau bermain dengan
Mawar.
"Kalau Masalah itu kamu jangan kuatir Mawar, kami berdua akan menghubungi teman-teman
kami yang jadi panitia disana. Yang harus kamu lakukan sekarang, usahakan kamu masuk final dulu.
Selebihnya serahkan semua pada kami, gimana
Mas?," tatap Yunita pada Rudy.
"Apa yang di katakan ibumu itu semuanya benar. Kamu harus masuk final. Siapa pun yang menjadi sainganmu nantinya, ayah akan
mengupayakan agar kamu yang keluar sebagai juaranya. Dalam perlombaan kali ini kamu harus
berusaha mempertahankan nama baikmu. Kalau sampai kamu kalah maka tamatlah karirmu. Paham!," sambung Rudy lagi.
"Apa!, ayah jangan main-main. Mana mungkin hanya karena kalah dalam kompetisi ini semua usaha Mawar selama ini akan hilang begitu saja!,". balas Mawar kaget.
"Begitulah dunia modeling, Jika ada yang lebih bagus maka model-model yang lain akan usai. Maka dari itu kamu harus melakukan yang terbaik dalam kompetisi kali ini. Selain untuk
menjaga nama baikmu, ayah dan ibu juga berharap kamu mendapatkan hadiah utama dari perlombaan itu. Lumayan untuk masa depanmu
kelak bukan?," sambung Yunita.
"Baiklah, Mawar akan berjuang. Mawar tidak akan membiarkan yang lain untuk menjadi pemenang. Asalkan Ayah dan ibu harus
membantu Mawar seperti sebelum-sebelumnya,
Oke," Mawar membulatkan jarinya membentuk hurup 0 besar.
"Oke, kalau begitu kami pergi dulu, Kamu jangan kemana-mana sebelum ibu dan ayah pulang. Ayo mas semua teman-teman kita pasti sudah
menunggui kita di sana," Ajak Yunita menarik tangan Rudy.
Rudy dan Yunita pun melangkah meninggalkan Mawar sendirian di ruangan itu dan menuju kearah
pintu keluar.
Hari yang di tunggu-tunggu pun tiba. Ya, kompetisi pencarian model bintang iklan pun sudah di gelar di sebuah Mall ternama, terbesar dan
paling megah di kota tersebut.
Satu-persatu para peserta mulai berdatangan untuk menunjukkan bakat mereka di depan para
dewan juri.
Nadia yang saat itu masih berasa di mension sudah merasa gelisah. Pesan dari Dewi, Tania dan Diana satu persatu dia jawab dengan
jawaban yang sama yaitu tunggu sebentar.
Dave yang baru saja keluar dari dalam kamar mandi melihat betul bagaimana kegelisahaan Nadia saat itu.
"Kenapa sepagi ini wajahmu begitu gelisah?, Apa kamu sudah tidak sabar membantu mengenakan pakaian kerja padaku?," ucap Dave mengambil pakaian yang sudah di letakkan
Nadia diatas meja seperti biasa.
"Astaga orang ini, sudah di tunggui sedari tadi tapi pas keluar pertanya sungguh tidak masuk
diakal," gerutuh Nadia dalam hati.
"Kenapa hanya mata dan hatimu saja yang berbicara, sementara mulutmu kamu tutup begitu rapat,".
"Kok Tuan bisa tahu!, jangan-jangan Tuan juga tahu kalau Aku sedang mengomeli Tuan dalam
hati!," ucap Nadia santai tanpa dia sadari.
"Apa!, kamu sudah berani mengomeliku," Dave menghentikan aktifitasnya dan menatap kearah
Nadia.
"Astagfirullah, apa yang barusan Aku ucapkan?," Nadia menutup melutnya dengan kedua buah telapak tanganya.
"Kenapa hanya diam, cepat jawab," Dave dengan nada sedikit membentak.
"Tidak seperti itu suamiku, tadi itu Aku cuman bercanda. Cepatlah kenakan baju kerjanya, setelah itu kita turun untuk sarapan," Nadia mendekat kearah Dave dan memegangi bahunya.
"Kamu sekarang sudah pandai merayuku, Apa kamu sudah siap menjadi istriku yang
seutuhnya?,".
"Tuan ini!, ayo cepat kenakan bajunya nanti Tuan terlambat ke kantor," Nadia dengan wajah merah merona bak kepiting rebus.
Ingin menyuruh Dave cepat-cepat pergi ke kantor malah dia sendiri yang dapat imbasnya.
"Baiklah tapi mulai sekarang kamu harus memanggilku dengan sebutan suamiku seperti tadi.".
"Astajim, iya iya asal Tuan senang pasti dengan senang hati Aku akan melakukanya," Mau tidak mau Nadia harus mengalah dari pada Dave
memperpanjang urusan.
"Bagus, istri pintar," Dave mengucak-ucak rambut
Nadia sembari tersenyum.
Ada rasa bahagia dalam hati Dave saat Nadia memanggilnya dengan sebutan suamiku.
Hanya membutuhkan beberapa menit saja kini keduanya sudah keluar dari dalam kamar.
Sama seperti hari-hari sebelumnya, Goy sudah menyambut mereka berdua di depan pintu.bersama dengan beberapa pelayan.
"Selamat pagi Tuan dan Nyonya," sambut Goy bersama dengan para pelayan yang bersamanya.
"Pagi paman Goy," balas Nadia. Sementara Dave hanya terdiam seperti biasa.
Setelah sambutan ringan yang di lakukan Goy pagi itu, Dav melanjutkan langkahnya menurunin tangga dan langsung menuju kearah ruangan
makan.
Sudah ada Elis dan Anita yang menyambut mereka dengan senyuman yang dibuat-buat.
"Pagi Dave, pagi kak," ucap keduanya.
Dav sama sekali tidak menjawab dia langsung duduk setelah Goy menarik kursi untuknya.
"Dave, minggu depan Nelza pulang dari luar negeri. Apa kamu tidak menjemputnya di bandara?," ucap Anita disaat mereka berempat
sudah menikmati sarapan pagi mereka.
"Minggu depan Aku sibuk jadi biarkan sekertaris Ken saja yang melakukanya," balas Dave lalu
melanjutkan makananya.
"Syukurlah kamu masih perhatian padanya," Anita tersenyum kearah Nadia.
"Ya jelaslah perhatian, Kan kakak masih menyimpan hati pada Nalza," lanjut Elis sedikit memperdengarkan pada Nadia.
Seketika perasaan Nadia begitu aneh setelah mendengar ucapan terakhir dari Elis. Sedapat mungkin Nadia menyembunyikanya agar Anita
dan Elis tidak membacanya.
"Suamiku, makanlah yang banyak agar tenaga dan pikiranmu bisa sinkron saat kamu bekerja
nanti di kantor," Nadia meletakkan sepotong daging ayam diatas piring Dave.
Mata Anita dan Elis terbelak setelah mendengar Nadia memanggil Dave dengan sebutan suamiku.
Anita dan Elis berencana memberi kejutan kecil pada Nadia tapi Nadia membalas mereka dengan kejutan yang besar.
"Perempuan ini benar-benar pandai
memanfaatkan situasi. Segala sesuatu yang kita rencanakan pasti dengan muda dia baca, Entah bagaimana lagi caranya agar kita dapat memberi pelajaran yang cukup berharga untuknya," Anita memandang lekat pada Nadia yang seolah-olah hanya menikmati setiap permainan yang di suguhkan oleh kedua perempuan yang sedang
duduk di hadapanya itu.