Menantu Yang Di Remehkan

"Siapa dia?" tanya Rania semakin penasaran.

"Dia adalah ..."

Belum sempat Sobin meneruskan kalimatnya, nyonya Isabella masuk tiba-tiba mengagetkan keduanya.

"Rania, mama mau pergi ke wisata yang biasa orang-orang kesana. Tentu di tempat biasa syuting kerajaan Korea, mama ingin pergi kesana. Katanya ada syuting film di sana," ucap nyonya Isabella.

"Haish, mama ini seperti anak kecil saja. Tahu tidak ma, aku lagi sibuk dengan Sobin, cari tahu tentang laki-laki itu," ucap Rania kesal sekali dengan tingkah mamanya seperti gadis remaja yang antusias pergi ke tempat wisata.

"Tapi mama ingin pergi kesana, kenapa kamu seperti itu? Jangan terlalu serius dalam bekerja, manfaatkan liburan ini," ucap nyonya Isabella lagi.

"Ma, ini bukan waktunya liburan. Sebaiknya mama keluar saja, bikin repot dan kesal saja," kata Rania.

Nyonya Isabella berdecak kesal melihat reaksi anaknya itu, dia melihat Sobin begitu sibuk sekali dengan laptopnya. Tak lama ponsel Sobin berdering, gadis itu pun melihat siapa yang menelepon dan dia kaget. Dengan buru-buru merapikan laptopnya tanpa banyak bicara, membuat Rania dan nyonya Isabella heran.

"Geugeos eun mueos ibnikka?" tanya nyonya Isabella menatap Sobin yang berdiri.

"Miam, na gaya hae. Lain kali saya jelaskan lagi masalah ini," jawab Sobin.

"Hei, kamu harus kasih tahu saya dulu siapa itu Jiro?!" ucap Rania sedikit meninggi karena dia belum puas dengan keterangan yang menggantung.

Sobin hanya memberi hormat dengan menundukkan badan, dia merasa bersalah tapi dia harus pergi secepatnya.

"Maafkan saya nona, saya harus pergi dulu. Lusa saya akan bertemu anda lagi," ucap Sobin kembali membungkukkan badan lalu pergi tanpa berkata apa-apa lagi.

Rania sangat kesal sekali, kenapa bisa perempuan itu memberikan penjelasan yang sangat menggantung. Siapa sebenarnya Jiro, apa dia punya pengaruh besar di negaranya?

"Aargh! Sial. Kenapa jadi begini? Apa mama tidak memberi orang yang salah? Dia pergi begitu saja setelah dapat telepon," ucap Rania menyalahkan mamanya.

"Dia benar tahu semuanya, Rania. mama tidak salah, mungkin dia memang ada perlu yang sangat penting sampai harus pergi buru-buru. Sudahlah, di sini kita punya banyak waktu mencari tahu. Bila perlu, suruh anak buah papa datang dan cari tahu masalah ini, dia yang cari tahu kita senang-senang saja di sini menikmati liburan," ucap nyonya Isabella.

"Seenaknya saja mama bicara, apa mama tahu. Semua yang kita lakukan itu tentu saja papa tahu, jangan membuatku kesal. Lagi pula aku semakin penasaran siapa laki-laki sialan itu. Kenapa begitu misterius sekali identitasnya."

"Kalau begitu, kamu saja yang cari tahu sendiri dengan internet. Bukankah sama saja kamu dan Sobin mencari tahu dari internet?" ucap nyonya Isabella.

Rania tampak berpikir, benar juga apa yang di ucapkan mamanya. Kenapa juga harus dia menyewa orang untuk cari tahu sedangkan dia juga bisa mencari tahu melalui internet.

_

Deru mobil hitam membelah kota Tokyo, Kendo sang asisten duduk di balik kemudi. Sedangkan Jiro duduk di belakang sambil menatap ke jendela, entah apa yang di pikirkan laki-laki itu. Yang jelas, kali ini memang sedang ada masalah di sebuah perusahaannya.

Kendo melirik dari kaca spion, dia melihat wajah dingin dari bosnya. menarik napas panjang, sedikit menebak kalau Jiro sebenarnya sedang memikirkan Namira.

"Nona Namira berada di tempat yang aman tuan, anda tidak perlu khawatir. Saatnya kita bereskan masalah di perusahaan," ucap Kendo memulai pembicaraan dengan hati-hati.

"Seharusnya ini sudah selesai, kenapa masih saja berlarut-larut. Apa pengacara itu tidak becus bekerja?" tanya Jiro dengan mimik dingin menatap Kendo ke arah kaca spion.

"Mereka naik banding tuan, jadi pengacara perlu diskusi lebih dulu dengan anda. Tidak bisa melakukan tanpa diskusi dengan anda dulu, padahal saya juga sudah memberitahunya. Tapi dia tidak mau gegabah, karena lawan kita juga sangat kuat," ucap Kendo.

Jiro kembali diam, dia menarik napas panjang.

"Oh ya, beberapa hari lalu ada orang yang ingin masuk ke situs kita tuan. Dia sepertinya orang Korea, di lacak lokasinya dari Korea. Apa mungkin ada yang ingin cari tahu tentang anda?"

"Situs kita di retas?"

"Bukan, ada yang cari tahu tentang anda. Ya memang banyak yang ingin tahu tentang anda, tapi ini dari negara tetangga. Saya pikir mungkin ada yang penting yang harus di ketahui oleh mereka. Atau ada yang mengincar anda, mungkin," ucap Kendo.

"Lalu?"

"Sepertinya tidak di teruskan, apa anda penasaran siapa yang mencari tahu orang Korea itu?" tanya Kendo.

"Tidak perlu, jika ada yang mencari tahu tentangku biarkan saja. Mungkin mereka penasaran siapa itu Jiro," ucap Jiro.

"Atau jangan-jangan itu dari orang-orang Aleandra."

"Aleandra? Siapa dia?"

"Ayah dari nona Namira. Anda lupa kalau anda sudah membawa kabur putrinya, mungkin saja mereka mengirim orang untuk mencari tahu siapa anda melalui internet situs kita," jawab Kendo.

Jiro diam, dia sepertinya berpikir. Lalu tersenyum smirik, merasa tertantang dengan apa yang dia dengar.

"Biarkan orang itu menemukan siapa sebenarnya aku. Buka kunci atau sedikit berita tentang diriku di internet, kerahkan ahli IT untuk melacak juga siapa dia yang penasaran tentang diriku."

"Baik tuan. Saya akan perintahkan pada mereka, dan saatnya anda fokus masalah ini. Jangan pikirkan masalah nona Namira," ucap Kendo.

"Apa kamu bilang?! Dalam otakku, hanya ada dia. Jangan memerintahku untuk menghentikanku memikirkan dia, dan jangan khawatir aku tidak fokus masalah ini. Kamu pikir aku orang bodoh?!"

Kendo terdiam, memang dia tahu bosnya itu cukup cerdas dalam menangani masalah apa pun. Tapi dia hanya takut saja jika Jiro menjadi lupa dengan urusan penting perusahaan.

"Namira to issho ni chichioya to taiketsu suru Yo."

"Nandesuka?" tanya Kendo dengan tatapan lebar pada bosnya.

"Jangan menatapku begitu Kendo! Aku tidak suka!" ucap Jiro menatap tajam pada asistennya.

"Ya, maafkan saya tuan. Tapi, apa anda benar-benar akan melakukan itu?"

"Kenapa? Aku bahkan berniat meninggalkan semuanya jika chichioya tidak merestuiku dengan Namira," ucap Jiro.

Kendo menggeleng kepala saja, bahkan dia benar-benar tidak habis pikir dengan cinta yang di miliki oleh bosnya. Padahal jika berhadapan dengan Namira, laki-laki itu sangat dingin. Apa jiwa Yakuza hanya dia tunjukkan pada gadis itu saja?

_

_

*****