NovelToon NovelToon
Menikahi Tunangan Impoten

Menikahi Tunangan Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Cinta Beda Dunia / Cinta Seiring Waktu / Pelakor jahat
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: rose.rossie

Nayla, seorang gadis sederhana dengan mimpi besar, tak pernah menyangka hidupnya akan berubah drastis setelah menerima lamaran dari Arga, seorang pria tampan dan sukses namun dikelilingi rumor miring—katanya, ia impoten. Di tengah desakan keluarganya untuk menerima lamaran itu demi masa depan yang lebih baik, Nayla terjebak dalam pernikahan yang dipenuhi misteri dan tanda tanya.

Awalnya, Nayla merasa takut dan canggung. Bagaimana mungkin ia menjalani hidup dengan pria yang dikabarkan tak mampu menjadi suami seutuhnya? Namun, Arga ternyata berbeda dari bayangannya. Di balik sikap dinginnya, ia menyimpan luka masa lalu yang perlahan terbuka di hadapan Nayla.

Saat cinta mulai tumbuh di antara mereka, Nayla menyadari bahwa rumor hanyalah sebagian kecil dari kebenaran. Tetapi, ketika masa lalu Arga kembali menghantui mereka dalam wujud seseorang yang membawa rahasia besar, Nayla dihadapkan pada pilihan sulit, bertahan di pernikahan ini atau meninggalkan sang suami.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rose.rossie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4

Diam itu menyakitkan. Bahkan denting sendok di piring terasa terlalu keras di tengah ruang makan yang sunyi. Nayla memandang makanannya, tetapi tidak benar-benar melihatnya. Arga duduk di seberangnya, wajahnya tersembunyi di balik layar ponsel yang ia genggam erat.

“Bagaimana masakannya?” Nayla akhirnya membuka suara, mencoba memecahkan tembok tak kasatmata yang membatasi mereka.

Arga menurunkan ponselnya perlahan, menatapnya dengan ekspresi datar. “Enak. Kamu yang masak?”

“Bukan. Pelayan yang masak.” Jawaban itu keluar dengan nada yang lebih tajam dari yang ia maksudkan.

Arga mengangguk kecil, kembali ke ponselnya tanpa komentar lebih lanjut.

Nayla menghela napas, menaruh sendok dan garpunya. “Kita tidak bisa terus begini, Arga.”

“Begini bagaimana?”

“Seperti orang asing yang kebetulan tinggal di rumah yang sama.”

Arga meletakkan ponselnya di meja, menatapnya dengan tatapan yang sulit ditebak. “Aku hanya memberikanmu ruang, Nayla. Aku pikir itu yang kamu butuhkan.”

“Ruang? Atau jarak?” Nayla menantangnya, merasa keberaniannya tiba-tiba muncul.

Pria itu terdiam sejenak sebelum menjawab, “Aku tidak tahu bedanya.”

---

Hari-hari berlalu seperti ritual yang hampa. Nayla bangun, sarapan dalam diam bersama Arga, lalu menghabiskan waktu menjelajahi rumah yang mulai terasa seperti penjara. Di malam hari, ia sering mendapati dirinya berdiri di depan pintu kamar Arga, ragu untuk mengetuk.

“Masuk saja kalau mau,” suara Arga mengejutkannya suatu malam.

Pintu kamar terbuka, dan pria itu berdiri di sana, mengenakan kemeja santai yang tampak terlalu mahal untuk disebut sederhana.

“Aku tidak tahu apakah ini waktu yang tepat,” kata Nayla pelan.

“Kapan waktu yang tepat menurutmu?”

Pertanyaan itu membuatnya terdiam. Ia melangkah masuk dengan ragu, menatap ruangan yang terasa lebih seperti hotel daripada tempat tinggal.

“Ada yang ingin kamu bicarakan?” tanya Arga, duduk di sofa dekat jendela.

Nayla menggigit bibirnya, berusaha mencari kata-kata. “Aku ingin kita bicara... tentang kita.”

Arga menatapnya lama sebelum menjawab, “Apa yang ingin kamu ketahui?”

“Kenapa kamu menikahiku?”

Pertanyaan itu meluncur begitu saja, tanpa filter. Arga tampak sedikit terkejut, tetapi ia segera menyembunyikannya.

“Aku pikir alasannya sudah jelas.”

“Tidak untukku.”

Arga menunduk, memandang lantai seolah-olah mencari jawaban di sana. “Aku butuh seseorang yang bisa kuberikan kepercayaan. Dan kamu... terlihat bisa diandalkan.”

“Bisa diandalkan?” Nada suara Nayla meninggi. “Itu saja?”

“Apa kamu mengharapkan sesuatu yang lain?” Arga balas bertanya, nadanya tetap tenang tetapi menusuk.

Nayla merasa ada sesuatu yang mengganjal di dadanya, tetapi ia tidak bisa mengungkapkannya. “Tidak. Mungkin aku hanya berharap sedikit lebih banyak kejujuran.”

Arga bangkit dari tempat duduknya, berjalan mendekati Nayla. “Kejujuran seperti apa yang kamu inginkan, Nayla? Bahwa aku tidak percaya pada konsep cinta? Bahwa aku tidak menganggap pernikahan lebih dari sebuah kesepakatan?”

Kata-kata itu menghantam Nayla seperti ombak besar. Ia merasa tersedak, tetapi tidak ingin menunjukkan kelemahannya. “Kalau begitu, apa yang aku lakukan di sini?”

“Menjadi istri yang kubutuhkan.”

Nayla menatapnya dengan mata yang penuh air mata, tetapi ia tidak akan membiarkannya jatuh. Ia melangkah keluar dari kamar itu tanpa berkata apa-apa lagi.

---

Seminggu kemudian, pesta kecil yang dijanjikan Arga akhirnya tiba. Nayla mengenakan gaun yang dipilihkan oleh salah satu pelayan, gaun biru muda yang membuatnya terlihat anggun tetapi sekaligus terasa asing.

Arga memegang lengannya ketika mereka memasuki ruangan penuh tamu. Senyumnya tipis, lebih seperti formalitas daripada kebahagiaan.

“Ini Nayla, istriku,” katanya pada seorang pria tua dengan jas hitam yang tampak mahal.

Pria itu menatap Nayla dari ujung kepala hingga ujung kaki. “Cantik. Tapi apa dia tahu, Arga?”

Wajah Arga berubah sedikit tegang, tetapi ia segera menutupinya dengan senyum palsu. “Kamu terlalu banyak bicara, Pak Wijaya.”

Nayla hanya diam, tidak tahu apa yang dimaksud pria itu. Namun, kegelisahan mulai menjalar di dadanya.

Sepanjang malam, ia merasa seperti boneka yang dipamerkan. Arga memperkenalkannya pada banyak orang, tetapi ia tidak pernah merasa benar-benar diperhatikan. Di satu sisi ruangan, ia melihat seorang wanita cantik dengan gaun merah yang terlalu menonjol. Wanita itu menatap Nayla dengan senyuman sinis, lalu melangkah mendekat.

“Kamu pasti Nayla,” katanya, suaranya lembut tetapi penuh sindiran.

“Iya. Maaf, saya belum tahu nama Anda?” Nayla mencoba tetap sopan meskipun merasa waspada.

“Karin,” jawab wanita itu sambil tersenyum kecil. “Mantan tunangan Arga.”

Darah Nayla terasa membeku. Karin menatapnya dengan mata penuh penilaian, lalu berkata, “Selamat, ya. Kamu berhasil mendapatkan sesuatu yang aku tinggalkan.”

Arga tiba-tiba muncul di sisi Nayla, menatap Karin dengan dingin. “Kamu seharusnya tidak di sini, Karin.” Suaranya penuh peringatan, tetapi wanita itu hanya tersenyum. “Kenapa, Arga? Takut aku akan memberitahunya sesuatu yang seharusnya dia tahu?”

1
Mumtaz Zaky
emang cerita horor gituh??
roserossie: nggak kak, biar tegang pembacanya 😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!